Share

11. Fakta Komanya Rigen

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-04-30 11:02:52

Asap rokok melayang pelan dari sela jari Rigen, membentuk siluet kabur di udara yang hening.

Ia duduk di kursi kulit hitam, bersandar dengan mata terpejam dan rahang mengeras. Di balik kelopak matanya, adegan semalam kembali berputar.

Ariella.

Sentuhan hangatnya. Tatapan mata yang penuh tanya. Tubuh yang terlalu dekat, terlalu lekat, hingga Rigen nyaris kehilangan kendali.

Untuk sesaat, dia lupa.

Lupa bahwa Ariella bukanlah siapa-siapa. Hanya istri kontrak yang dipaksakan oleh keluarga. Gadis yang ia tak tahu, musuh atau sekadar bidak permainan lain dalam rencana besar yang belum ia pecahkan.

Detik itu, jantungnya berdetak terlalu kencang. Nafasnya tak beraturan.

Namun, akal sehat Rigen menyelamatkannya di saat terakhir. Dengan dingin, ia menarik diri, membalikkan situasi, dan meninggalkan Ariella sendirian di kamar yang terlalu sunyi.

Kini, hanya sunyi dan asap tembakau yang menemaninya. Tapi bukan rasa bersalah yang menghantuinya—melainkan rasa penasaran.

Siapa sebenarn
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   376. Tuan Posesif

    Pagi itu, kantor Axel Corp dipenuhi ritme kerja yang biasa. Tapi suasana berubah begitu Giovanni memasuki ruangannya, langkahnya tenang tapi aura dominannya menggetarkan setiap orang yang melihat. Seketika, semua mata teralihkan padanya—tetapi tidak ada yang berani menatap terlalu lama. Di meja Cia, Alicia menyiapkan dokumen untuk rapat jam sembilan, mencoba terlihat profesional seperti biasa. Tapi napasnya tercekat ketika Giovanni melangkah masuk, jaraknya hanya beberapa langkah dari mejanya. “Kau datang lebih awal dari biasanya, Cia,” katanya, suara berat dan tenang, namun memancarkan kuasa. Alicia tersenyum manis, tapi hatinya berdegup lebih cepat. “Aku hanya ingin memastikan semua dokumen siap, Pak.” Giovanni menyilangkan tangan di dada, menatapnya tajam. “Bagus. Tapi ada beberapa aturan baru yang harus kau patuhi hari ini.” Alicia menatapnya, mencoba tetap profesional. “Aturan baru, Pak?” “Ya,” jawabnya singkat. “Pertama, senyuman manismu hanya untukku. Kedua, jarakmu deng

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   375. Tidak Ada Jalan

    Cahaya lampu kota Roma memantul di kaca balkon suite, menciptakan bayangan panjang yang menari di lantai. Giovanni masih berdiri di belakang Alicia, jaraknya hanya beberapa sentimeter, tangan besarnya menempel di dinding tepat di sisi kepala gadis itu. Hanya ada dua pilihan: melawan atau menyerah. Tapi Alicia tidak bisa bergerak—dan ia sadar, untuk pertama kalinya, tidak ingin bergerak. “Cia,” suara Giovanni rendah dan bergetar sedikit, “kau tahu, aku bisa membuatmu menyesal… jika kau mencoba lari sekarang.” Alicia menelan ludah. “Aku… aku tidak mau menyesal, Pak…” Giovanni mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat. Napasnya hangat di telinga Alicia. “Itu sudah terlambat. Kau sudah di sini, dalam jarak yang tidak bisa kau hindari. Kau… milikku, Cia. Dan aku akan membuatmu sadar akan itu.” Cia menatap ke samping, berusaha menenangkan diri. “Kau selalu begitu… dominan, ya?” Giovanni tersenyum tipis, mendekatkan wajahnya hingga dagunya hampir menempel di pundak Alicia. “Aku bukan

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   373. Tarik Ulur

    Giovanni menatap layar monitor di ruangannya tanpa benar-benar melihat apa pun. Fokusnya berantakan, pikirannya penuh dengan bayangan tentang Alicia—tentang bagaimana senyum gadis itu terlihat tulus saat berbicara dengan pria lain di lobi tadi pagi. Rahang Giovanni mengeras. Jemarinya mengepal di atas meja, buku-buku jarinya memutih. Ia membenci rasa ini—rasa cemburu yang tiba-tiba menyerang tanpa peringatan. Padahal ia sudah bersumpah, perasaannya pada Alicia seharusnya hanya dendam. Hanya pelajaran bagi gadis yang dulu menolak dan mempermalukannya. Tapi mengapa sekarang, setiap kali melihat Alicia tersenyum bukan padanya, ada dorongan aneh yang membuatnya ingin menghancurkan siapa pun di sekitar gadis itu? Pintu ruangannya terbuka pelan. Alicia masuk sambil membawa map laporan, wajahnya tampak profesional, namun ada rona gugup yang sulit ia sembunyikan setiap kali berhadapan langsung dengan bosnya. “Ini laporan revisi yang Bapak minta,” ucapnya pelan. Giovanni tak langsung menja

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   372. Benci Atau Rindu?

    Udara malam Roma terasa lembap dan berdesir. Balkon suite itu diterangi cahaya kota yang berkilau, memantul di kaca dan bayangan dua orang yang berdiri terlalu dekat untuk sekadar rekan kerja. Giovanni berdiri di belakang Cia, jaraknya hanya sehelai napas. Tatapannya berat, tapi suaranya tetap tenang—nyaris terlalu tenang. “Kau tahu kenapa aku tidak bisa jauh darimu, Cia?” Alicia tak menoleh. Ia menatap kota di bawah sana, pura-pura sibuk. “Karena kau tidak punya sekretaris lain yang sekuat aku?” Giovanni tertawa kecil. Suara itu rendah dan tajam. “Salah. Karena tidak ada yang bisa membuatku marah, sekaligus... waras, seperti kau.” Cia menelan ludah. “Aku tidak tahu apakah itu pujian atau ancaman.” “Itu fakta.” Giovanni mencondongkan tubuhnya sedikit. “Dan fakta lain: aku tidak suka kau tersenyum pada pria lain. Terutama Rafael.” Alicia menoleh cepat, membalas dengan pandangan setajam pisau. “Jadi sekarang aku harus minta izin setiap kali tersenyum?” “Tidak perlu izin.” Giova

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   371. Permainan

    Pesawat pribadi Giovanni meluncur mulus di atas langit Eropa. Alicia duduk di kursi kulit putih di seberang Giovanni, dengan tablet di tangan dan wajah berusaha setenang mungkin. Tapi tentu saja, itu percuma. Sejak insiden makan malam itu, setiap kali pria itu menatapnya, Cia merasa tubuhnya otomatis siaga—antara ingin lari, dan ingin tetap di sana. “Berhenti gelisah,” suara Giovanni memecah keheningan. “Kau membuatku pusing.” Alicia menatap, kesal. “Aku nggak gelisah. Aku cuma—” “Bohong,” potong Giovanni dengan nada datar. “Kaki kananmu mengetuk lantai sejak lima menit lalu.” Alicia spontan berhenti. “Kau menghitung lagi, ya?” Giovanni menyandarkan punggung, senyum tipis muncul. “Aku selalu menghitung hal yang menarik perhatianku.” “Dan apa aku termasuk di dalamnya?” tanya Cia dengan nada sarkastik. Giovanni memiringkan kepala, tatapan matanya terlalu tajam. “Kau bahkan satu-satunya.” Alicia menelan ludah. Ia langsung menunduk, pura-pura fokus pada tablet. Tapi setiap deti

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   370. Cemburu!

    Langit sore di Milan mulai berubah jingga ketika Giovanni dan Alicia baru keluar dari ruang rapat. Presentasi berjalan mulus, klien puas, tapi suasana antara mereka jauh dari tenang. Alicia berjalan di belakang Giovanni, menatap punggung tegap pria itu yang tampak semakin menjauh setiap kali ia mencoba mendekat. Sejak insiden di restoran malam itu, Giovanni berubah. Ia tetap dingin, tetap profesional di depan orang lain—tapi setiap kali mata mereka bertemu, ada kilatan yang membuat jantung Alicia berdetak lebih cepat. “Kau akan diam terus begitu?” tanya Giovanni tiba-tiba tanpa menoleh, langkahnya tetap mantap menuju lift pribadi. Alicia menatapnya kaget. “Aku tidak tahu kau ingin bicara, Tuan Giovanni. Biasanya kau hanya—” “—memerintah?” potongnya dengan nada datar, tapi di ujung bibirnya terlukis senyum sinis yang terlalu singkat untuk ditangkap siapa pun selain Alicia. Dia menatapnya lama, seolah menantang. “Ya. Itu memang tugasku, kan? Memerintah sekretarisku.” Nada suarany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status