Share

165. Jason Runtuh?

Penulis: Lil Seven
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-16 21:42:26

Sementara itu, di rumah sakit, suasana perlahan berubah.

Ariella duduk di kursi dengan bantal kecil di belakang punggungnya. Dokter sudah memperbolehkan ia duduk lebih lama karena kondisinya mulai stabil, meski masih harus dipantau ketat.

Surat dari Drake ia simpan di laci samping tempat tidur. Tapi kata-katanya tinggal di dada.

“...Maaf karena pernah jadi bagian dari keraguan.”

Kalimat itu terasa seperti luka yang dijahit perlahan.

Di seberangnya, Rigen duduk dengan mata yang tak berhenti mengawasi. Lelaki itu nyaris tak tidur sejak kejadian penyerangan malam itu.

Namun pagi ini, ada secercah kelegaan di wajahnya.

“Aku baca artikelnya tiga kali,” ujar Rigen, suaranya berat. “Dia tak cuma bersaksi. Dia bertarung.”

Ariella mengangguk. “Mungkin... ini awal dari akhirnya.”

“Bukan akhir,” potong Rigen. “Ini awal dari keadilan, Sayang," jjawabnya dengan ekspresi yakin.

Ia meraih tangan Ariella, menggenggamnya erat.

“Kita harus kuat sampai akhir, Riel," tandasnya den
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Chili Ruhenk
rasain tu jason moga jangan pernah bebas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   280. Obsesi

    “Aku benci kamu, Rigen… lepaskan aku!” Suara Ariella pecah, terdengar serak karena tangisan. Tubuhnya masih bergetar saat Rigen mendorongnya ke ranjang. Tatapan hitam Rigen menajam, tapi bukan dingin—ada api, ada luka, ada rasa ingin menelan bulat-bulat wanita di hadapannya. “Benci aku? Kau pikir aku akan diam saja setelah melihatmu hampir disentuh orang lain?” “Aku tidak melakukan apa-apa dengan Ror!” Ariella menjerit, mencoba menepis tangan Rigen di pergelangan tangannya. “Kamu selalu menuduh, selalu tidak percaya. Kamu tahu betapa hancurnya aku melihat Lily di sisimu? Kamu—” Sebuah ciuman kasar menghentikan kata-katanya. Rigen mendominasi bibir Ariella dengan paksa, mencuri napasnya, hingga gadis itu hanya bisa mengerang tertahan. Ia berusaha memalingkan wajah, tapi tangan besar Rigen menahan rahangnya. “Jangan sebut nama perempuan itu di hadapanku lagi,” desis Rigen di sela ciuman, nadanya rendah, nyaris bergemuruh. “Aku tidak peduli pada Lily. Yang kubenci ha

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   279. Ini Cintaku

    “Ariella!” Suara Rigen menggelegar di halaman taman itu, tajam dan penuh bara. Ariella tersentak, tubuhnya menegang. Ia baru saja mendorong lengan Ror yang hendak menyentuh wajahnya. Bukan ciuman sungguhan, hanya gerakan spontan Ror saat melihat air mata yang nyaris jatuh dari mata Ariella. Namun tepat di saat itu, Rigen muncul. Mata suaminya memancarkan api. Nafasnya berat, dada bidangnya naik turun cepat. “Rigen… bukan seperti yang kamu lihat,” ucap Ariella dengan suara lirih, terbata. “Bukan seperti yang aku lihat?” Rigen mendengus, melangkah maju. Tangannya langsung menarik pergelangan Ariella kasar, membuat tubuh wanita itu hampir terjerembab ke dadanya. “Aku melihat jelas, Ariella! Dia hampir mencium kamu!” “Bukan!” Ariella berusaha melepaskan diri, tapi genggaman Rigen terlalu kuat. “Ror hanya—” “Diam!” bentaknya. Tatapan Rigen menusuk tajam ke arah bodyguard-nya. “Keluar dari sini sebelum aku benar-benar menghabisimu!” Ror mengepal tangannya, wajahnya tegang. “Tua

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   278. Provokasi

    Pagi itu, Rigen duduk di ruang makan besar dengan secangkir kopi yang masih mengepul. Tatapannya menyipit ke arah Ariella yang sibuk memotong roti, tak menoleh sama sekali padanya. “Kamu marah?” tanya Rigen akhirnya, suaranya rendah. Ariella tidak mengangkat kepala. “Tidak.” Jawaban singkat, datar. “Ariella.” Rigen menekankan nada suaranya, tapi tetap tidak ada respons selain dentingan sendok di piring. Ia mengembuskan napas kasar, lalu berdiri. “Kalau ada sesuatu yang mengganggumu, katakan langsung.” Baru kali ini Ariella menoleh, menatapnya dengan mata yang merah karena semalaman kurang tidur. Senyumnya tipis, getir. “Sudah kukatakan, aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir.” Ucapan itu terdengar sopan, tapi dingin. Membuat dada Rigen sesak tanpa ia sadari. Siang harinya, saat Rigen memeriksa beberapa dokumen di ruang kerja, Lily masuk begitu saja dengan langkah ringan. “Kamu terlihat muram akhir-akhir ini, Rigen,” ucapnya manis, sambil meletakkan secangkir teh di meja.

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   277. Kenapa Selalu Membela Dia?

    “Aneh sekali, Ror. Kamu sudah lama bekerja untuk Rigen, tapi kenapa kamu masih terlihat begitu… sendirian?” Suara Lily meluncur lembut di halaman belakang rumah Ataraka, tepat ketika Ror baru saja menyalakan rokoknya. Ror mengangkat alis, jelas tidak nyaman dengan kedekatan itu. “Apa maksudmu, Nona Lily?” Lily tersenyum samar, menyibakkan rambut hitam panjangnya ke belakang bahu. “Maksudku, seorang pria sepertimu seharusnya tidak hanya hidup untuk menjaga orang lain. Kamu juga pantas mendapatkan perhatian, bukan?” ucapnya dengan nada sedikit genit. Ror menatapnya dingin, mengembuskan asap rokok. “Saya tidak terbiasa membicarakan hal pribadi dengan orang asing," jawabnya dengan ekspresi datar. “Orang asing?” Lily terkekeh, langkahnya maju satu. “Bukankah aku teman lama Rigen? Itu membuatku… tidak terlalu asing, bukan?” Sebelum Ror sempat menjawab, suara Ariella terdengar dari arah taman. “Lily.” Nada Ariella tegas, namun matanya bergetar melihat pemandangan di depa

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   276. Ariella atau Lily?

    “Aku sudah bilang, jangan sedikit sedikit seperti ini, Rigen!” protes Ariella dengan suara bergetar, bercampur marah dan takut. Tubuhnya meringkuk di sudut ranjang, selimut menutupi sebagian tubuhnya yang masih lemah. Mata bengkaknya menolak menatap lelaki yang kini berdiri di hadapannya. Rigen menutup pintu kamar pelan, suaranya rendah tapi mengandung tekanan. “Jangan ucapkan kata-kata itu, Ariella. Kamu tahu aku tidak bisa diam mendengarnya.” Ariella mendengus sambil menahan isak. “Aku lelah… kamu pikir aku bisa terus bertahan? Kamu pikir aku tidak melihat bagaimana Lily memandangmu, bagaimana kamu membiarkannya?” Tatapan Rigen mengeras, langkahnya mendekat. “Cukup. Aku tidak akan biarkan namanya keluar dari mulutmu lagi.” “Kenapa? Karena aku benar?” Ariella melawan, matanya berkaca-kaca. “Karena ada sesuatu antara kamu dan dia yang tidak bisa kamu jelaskan padaku?” Rigen berhenti tepat di depan ranjang, menunduk menatapnya dengan sorot tajam. “Aku tidak perlu menje

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   275. Hukuman.

    Ariella buru-buru mengusap matanya, tapi percuma. Bengkak itu terlalu jelas. Ror menatapnya lama, wajahnya penuh pertimbangan. Lalu ia berkata pelan, “Aku… tahu ini bukan urusanku. Tapi kamu tidak seharusnya sendiri dengan air mata seperti itu.” Ariella tertegun. Tak ada yang pernah bicara padanya seperti itu di rumah ini. Semua hanya patuh pada Rigen, semua hanya menunduk. Dia berusaha tersenyum samar. “Aku baik-baik saja.” “Tidak,” potong Ror tegas, tapi suaranya tetap lembut. “Kamu tidak baik-baik saja.” Ariella menunduk, jari-jarinya meremas ujung gaun. Rasa sakit itu menumpuk, tapi ia tidak punya keberanian untuk meluapkannya. Ror melangkah sedikit lebih dekat, meski masih menjaga jarak sopan. “Kalau kamu mau… aku bisa mengajakmu keluar sebentar. Tidak jauh, hanya agar kamu bisa bernapas tanpa bayangan siapa pun di sekelilingmu. Anggap saja jalan-jalan.” Hati Ariella bergetar. Tawaran sederhana itu terasa seperti uluran tangan dari dunia luar. Dunia yang selama in

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status