Share

191. Penghianat!

Author: Lil Seven
last update Last Updated: 2025-07-28 23:57:46

Malam itu datang dengan tenang, tapi aroma ketegangan menyelimuti udara bagaikan kabut tak kasatmata.

Jamuan keluarga Ataraka digelar di ballroom hotel mewah milik jaringan bisnis mereka sendiri. Dinding-dindingnya berlapis marmer putih, lampu gantung kristal menggantung megah di langit-langit tinggi, dan denting alat musik klasik mengalun halus dari panggung kecil di ujung ruangan.

Rigen dan Ariella memasuki ruangan dengan tangan saling bertaut.

Tatapan para tamu langsung terarah pada mereka—terutama pada perut Ariella yang mulai terlihat bulat di balik gaun panjang biru tua berpotongan elegan.

“Dia datang...” bisik seorang wanita tua di sudut.

“Itu dia... wanita yang katanya hanya cari warisan.”

Rigen mendengarnya. Tapi ia tidak menoleh. Kepalanya tegak.

“Siap?” bisiknya pada Ariella.

“Selalu.”

Di sisi lain ruangan, Elisabeth berdiri berdampingan dengan Jason. Gaun hitam berbelahan tinggi melekat sempurna di tubuhnya, dan senyumnya—ah, senyumnya malam itu seperti racun dalam bentuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   193 Dijebak Atau Menjebak?

    "Dia pikir aku akan menyerah hanya karena dikurung beberapa bulan?"Suara Elisabeth terdengar seperti gumaman tajam di tengah senyap malam. Ia menatap dirinya di cermin besar kamar hotel mewah lantai tertinggi. Wajahnya tampak tenang, nyaris damai—tapi di balik sorot mata itu, badai strategi terus bergemuruh."Lucu," lanjutnya sambil menyentuh bibirnya dengan ujung jemari. "Lucu sekali, Jason. Bahkan lebih lucu dari ekspresi Rigen saat aku pura-pura menangis di depannya."Ia berdiri dari kursi rias, melangkah perlahan menuju jendela besar yang menampilkan panorama kota yang berkelip di bawah sana. Gaun sutra hitam yang membalut tubuhnya berdesir ringan, mengikuti gerak angin dari celah ventilasi."Ariella..." nama itu meluncur dari bibirnya seperti racun. "Kamu pikir kau sudah menang karena Rigen memilihmu? Karena kamu sedang mengandung anaknya? Sayang... kemenangan bukan tentang siapa yang dicintai." Ia tertawa pelan. "Ini tentang siapa yang paling bertahan sampai akhir."Tiba-tiba

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   192. Serangan Baru

    “Rigen... aku masih tidak menyangka kamu bisa atur semua itu,” bisik Ariella pelan, saat mereka berdua berdiri di balkon lantai atas ballroom, jauh dari keramaian yang perlahan mulai reda. Angin malam membelai wajahnya yang lembut, dan cahaya lampu kota membingkai siluet keduanya bagaikan lukisan hidup. Di balik gaun biru tuanya yang kini agak kusut karena malam panjang yang penuh tekanan, Ariella tampak tetap memesona. Rigen meraih tangannya, menggenggamnya erat dan menjawab dengan nada sungguh-sungguh. “Aku kan sudah janji akan selalu melindungimu. Bahkan jika seluruh dunia menuduhmu... aku akan tetap jadi tamengmu, Riel. Jadi, tentu saja aku akan melakukan hal seperti tadi.” Ariella menunduk, tak bisa menyembunyikan matanya berkaca-kaca. “Aku takut tadi... takut kehilangan semuanya tadi, sungguh," bisiknya dengan suara gemetar. “Yang penting sekarang kamu tahu,” ucap Rigen, mengangkat dagu istrinya lembut, lalu menatap dalam ke matanya, “kamu tidak pernah sendirian, Istri

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   191. Penghianat!

    Malam itu datang dengan tenang, tapi aroma ketegangan menyelimuti udara bagaikan kabut tak kasatmata.Jamuan keluarga Ataraka digelar di ballroom hotel mewah milik jaringan bisnis mereka sendiri. Dinding-dindingnya berlapis marmer putih, lampu gantung kristal menggantung megah di langit-langit tinggi, dan denting alat musik klasik mengalun halus dari panggung kecil di ujung ruangan.Rigen dan Ariella memasuki ruangan dengan tangan saling bertaut.Tatapan para tamu langsung terarah pada mereka—terutama pada perut Ariella yang mulai terlihat bulat di balik gaun panjang biru tua berpotongan elegan.“Dia datang...” bisik seorang wanita tua di sudut.“Itu dia... wanita yang katanya hanya cari warisan.”Rigen mendengarnya. Tapi ia tidak menoleh. Kepalanya tegak.“Siap?” bisiknya pada Ariella.“Selalu.”Di sisi lain ruangan, Elisabeth berdiri berdampingan dengan Jason. Gaun hitam berbelahan tinggi melekat sempurna di tubuhnya, dan senyumnya—ah, senyumnya malam itu seperti racun dalam bentuk

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   190. Percepat Rencana

    Malam itu, Elisabeth kembali ke apartemennya dengan tubuh letih tapi otak tetap berjaga. Setiap langkahnya terasa berat, seakan tubuhnya menyadari bahwa waktu bermain-main sudah habis.Ia baru saja membuka pintu ketika suara familiar terdengar dari dalam ruangan.“Aku harap kamu tidak mengira bisa pulang diam-diam setelah bertemu Ariella.”Jason duduk di sofa, mengenakan pakaian serba hitam, segelas wine di tangan.Elisabeth tak terkejut. “Kamu mengikutiku.”“Tentu.” Ia memutar gelas pelan. “Kamu terlalu... tidak konsisten untuk dibiarkan sendirian.”Elisabeth menutup pintu, meletakkan tas, lalu berjalan perlahan ke meja. “Kamu ingin tahu apa yang kubicarakan dengan Ariella?”Jason mengangguk, seolah itu hal kecil. “Tentu. Tapi aku lebih tertarik pada ekspresi wajahmu waktu bertemu dia. Hmm, kamu masih cemburu, ya?”Elisabeth menahan napas sejenak. “Kalau aku cemburu, sudah sejak lama aku membunuhnya," jawab gadis itu dengan tangan terkepal. Jason tertawa pelan. “Tapi kamu tidak mela

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   189. Jebakan Yang Disiapkan

    Malam itu, Elisabeth kembali ke apartemennya dengan tubuh letih tapi otak tetap berjaga. Setiap langkahnya terasa berat, seakan tubuhnya menyadari bahwa waktu bermain-main sudah habis.Ia baru saja membuka pintu ketika suara familiar terdengar dari dalam ruangan.“Aku harap kamu tidak mengira bisa pulang diam-diam setelah bertemu Ariella.”Jason duduk di sofa, mengenakan pakaian serba hitam, segelas wine di tangan.Elisabeth tak terkejut. “Kamu mengikutiku.”“Tentu.” Ia memutar gelas pelan. “Kamu terlalu... tidak konsisten untuk dibiarkan sendirian.”Elisabeth menutup pintu, meletakkan tas, lalu berjalan perlahan ke meja. “Kamu ingin tahu apa yang kubicarakan dengan Ariella?”Jason mengangguk, seolah itu hal kecil. “Tentu. Tapi aku lebih tertarik pada ekspresi wajahmu waktu bertemu dia. Hmm, kamu masih cemburu, ya?”Elisabeth menahan napas sejenak. “Kalau aku cemburu, sudah sejak lama aku membunuhnya," jawab gadis itu dengan tangan terkepal. Jason tertawa pelan. “Tapi kamu tidak mela

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   188. Aku Mencintaimu!

    “Aku tidak menyangka kamu benar-benar datang sendiri.”Suara Elisabeth terdengar tenang, hampir seperti rayuan. Tapi Rigen hanya berdiri di ambang pintu café kosong yang mereka sepakati sebagai tempat pertemuan, mengenakan mantel gelap dan tatapan sedingin malam.“Aku datang karena aku ingin dengar dari mulutmu sendiri... sebelum aku memutuskan kamu pantas dihapus sepenuhnya dari hidupku,” jawab Rigen tanpa basa-basi.Elisabeth tersenyum tipis. “Kamu terdengar seperti hakim di pengadilan terakhir.”“Aku mungkin bukan hakim, Lis. Tapi aku cukup waras untuk menyadari mana teman, mana pengkhianat.”Elisabeth menarik kursi. “Duduklah. Kita tidak sedang di ring tinju.”Rigen tetap berdiri. Matanya menatap lurus ke arah wanita yang pernah begitu dipercayainya—bahkan, nyaris ia nikahi. Tapi kini, duduk di depannya bukan wanita masa lalu. Melainkan teka-teki dengan sisi tajam.“Jason sudah bicara banyak padamu, ya?” tanya Elisabeth sambil mengaduk kopi yang tak ia sentuh sejak tiba.“Cukup un

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status