Share

212. Semua Demi Kamu

Author: Lil Seven
last update Huling Na-update: 2025-08-10 20:04:08

Rigen menatap layar ponselnya, lalu mengangkat alis.

"Aku menerima laporan bahwa pihak yang menyerang bisnis kita kemarin malam telah mulai bergerak lagi."

Ariella yang sedang merapikan jas Rigen menoleh.

"Apakah ini berarti ancaman mereka belum berakhir?"

Rigen menatapnya dalam, menjawab.

"Tidak hanya belum berakhir, Riel. Mereka bahkan berusaha memperluas pengaruhnya. Dan aku curiga ada orang yang mencoba mendekatimu."

Ariella mengerutkan dahi. "Maksudmu… aku yang menjadi target?" tanyanya, bingung.

"Ya. Mereka tahu kamu adalah celahku." Rigen meraih dagunya, menahan tatapan istrinya tetap padanya. "Itulah alasan aku tidak akan membiarkanmu sendirian, bahkan sedetik pun."

"Tapi aku tidak mau jadi beban—"

Rigen memotong tegas. "Kamu bukan beban, Riek. Kamu adalah alasan aku bertahan."

Ariella terdiam, merasakan nada pasti yang jarang sekali keluar dari bibir pria itu. Namun, sebelum ia sempat membalas, telepon Rigen kembali berdering.

"Ya?" suara Rigen datar, lalu berubah lebih d
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   218. Jangan Terus Mengujiku

    Ariella berusaha mengatur napasnya, meski jantungnya berdetak tidak beraturan. Tatapan mata lelaki di hadapannya—dingin, tajam, penuh perhitungan—seolah menelanjangi setiap pikiran yang berusaha ia sembunyikan. Rigen berdiri hanya berjarak beberapa langkah, kedua tangannya bersedekap, namun ketegangan di bahunya memperlihatkan amarah yang sedang ia tahan. “Aku hanya ingin memastikan semuanya baik-baik saja,” ucap Ariella dengan suara rendah, mencoba mengendalikan getaran di nada bicaranya. “Baik-baik saja?” Rigen menyeringai tipis, namun senyum itu dingin. “Kau bahkan tidak sadar siapa orang-orang yang kau dekati. Dan sekarang… mereka mungkin sudah tahu terlalu banyak.” Kata-kata itu membuat Ariella membeku. Ia tidak sepenuhnya mengerti apa yang dimaksud Rigen, tapi dari nada suaranya, jelas sekali ini bukan sekadar kecemasan biasa. Rigen melangkah mendekat, suaranya merendah namun setiap katanya menekan. “Mereka bukan orang biasa, Riel. Mereka bagian dari pihak yang selama

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   217. Selamatkan Aku

    Rigen memandang layar besar yang memuat daftar nama para pengkhianat yang berhasil teridentifikasi. Sorot matanya tajam, seakan setiap nama yang tertulis di sana sudah mendapat vonis tanpa harus melalui pengadilan. Suasana ruang rapat tertutup itu mencekam, hanya suara dengung pendingin ruangan yang terdengar di antara jeda sunyi. “Nama-nama ini sudah diverifikasi?” tanya Rigen dengan nada datar namun penuh tekanan. Jovian, yang berdiri di sisi meja, menunduk sedikit. “Sudah, Tuan. Semua bukti telah kami kumpulkan, termasuk rekaman komunikasi dan transaksi mereka.” Rigen mengangguk pelan, lalu berjalan menuju ujung meja. Jemarinya mengetuk pelan permukaan kayu, menciptakan irama monoton yang justru semakin menambah ketegangan. “Kita tidak akan memberi mereka kesempatan untuk menjelaskan diri. Waktu kita terlalu berharga untuk dihabiskan pada kata-kata bohong.” Tatapannya kemudian beralih pada salah satu nama yang terpampang di layar. “Orang ini… Naka. Dia yang memimpin kebocoran

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   216. Kamu Keterlaluan!

    Darven hanya tersenyum tipis, namun matanya menyimpan kilatan berbeda. “Tentu, Tuan Ataraka. Sampai jumpa lagi, Nyonya.” Rigen menggiring Ariella ke mobilnya tanpa memberi kesempatan untuk membantah. Di dalam mobil, suasana tegang. “Rigen, itu berlebihan. Dia hanya mengundangku untuk membicarakan kegiatan sosial.” “Dan kau pikir dia melakukannya tanpa agenda tersembunyi?” Rigen menatap lurus ke depan, tangannya menggenggam kemudi erat. “Dunia ini penuh dengan orang yang memanfaatkan kelembutan untuk menembus pertahanan.” Ariella terdiam, tapi dalam hati ia mulai merasa bahwa Rigen mungkin terlalu berprasangka. Ia belum menyadari bahwa kedekatannya dengan Darven perlahan membawa dirinya ke pusaran bahaya yang lebih besar. Malamnya, di ruang kerjanya, Rigen menerima pesan terenkripsi dari tim intel. “Target: Darven Hale — aktivitas terbaru: mencoba membangun kontak personal dengan Ariella. Tujuan: mendapatkan akses ke informasi internal Ataraka Corp.” Rigen mengetik bal

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   215. Memuncak

    “Aku akan mengurus sisanya,” ujar Rigen tegas, matanya tajam menyapu ruangan rapat bawah tanah itu. “Tidak ada ruang untuk kesalahan. Bila ada yang mencoba menghalangi, singkirkan.” Jovian mengangguk, meskipun ekspresinya terlihat sedikit ragu. “Target utama bergerak di pelabuhan timur, tapi ada indikasi mereka juga menempatkan umpan di pusat kota.” Rigen tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak mengandung kehangatan. “Biarkan umpan itu bergerak. Aku ingin mereka percaya bahwa kita terpancing.” Sementara itu, di sisi lain kota, Ariella berdiri di lobi sebuah gedung perkantoran tinggi. Ia tidak tahu, pria yang menemuinya kali ini—seorang pengusaha dengan nama alias Raka—sebenarnya adalah salah satu figur kunci dalam jaringan musuh Rigen. “Bu Ariella?” Suara bariton pria itu memanggilnya. “Maaf membuat Anda menunggu.” Ariella tersenyum sopan. “Tidak masalah. Saya memang ingin mendengar langsung tentang kerja sama ini.” Raka mempersilakan Ariella masuk ke ruangannya. “Saya d

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   214. Musuhku Musuhmu Juga

    “Serangan balik,” jawab Rigen tegas. “Mereka sudah terlalu lama merasa aman.”Beberapa jam kemudian, Rigen berdiri di sebuah ruangan yang dipenuhi layar monitor. Rekaman CCTV, peta lokasi, dan laporan intelijen terpampang jelas di hadapannya. Tangannya menunjuk salah satu titik merah di peta.“Target utama ada di sini. Mereka mengira aku tidak mengetahui markas cadangan itu. Malam ini, kita buat mereka sadar bahwa aku selalu selangkah di depan,” perintahnya kepada anak buahnya.“Bagaimana dengan pengamanan di sekitar lokasi?” tanya salah satu orangnya.“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mereka terlalu sibuk memindahkan aset untuk menyadari kita sudah mengurung mereka,” jawab Rigen datar, lalu matanya menyipit. “Tidak ada belas kasihan. Semua yang terlibat, habisi.”Sementara itu, Ariella berada di sebuah kafe yang tidak terlalu ramai. Ia memutuskan untuk keluar sebentar karena merasa sesak di rumah. Tanpa ia sadari, pria yang menolongnya siang tadi duduk di meja seberang.“Kita bert

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   213. Semua Demi Kamu

    “Apa maksudmu berada di sini?” Nada suara Rigen terdengar tegas, dingin, dan penuh kendali. Pandangannya menelusuri seluruh ruangan, memastikan tidak ada ancaman langsung sebelum tatapannya kembali terkunci pada Ariella. “Aku… hanya ingin bertemu seseorang. Ia bilang memiliki informasi tentang… tentang kondisi perusahaanmu,” jawab Ariella ragu. Matanya menatap lantai, seolah menyadari bahwa langkahnya mungkin keliru. “Kondisi perusahaanku adalah urusanku, bukan urusanmu. Dan orang yang kau temui—” Rigen memotong kalimatnya sendiri, rahangnya mengeras. “—siapa namanya?” Ariella mengangkat kepala perlahan. “Ia hanya memperkenalkan diri sebagai Daniel. Katanya ia rekan lama ayahmu.” Rigen tersenyum tipis, namun senyuman itu tidak mengandung kehangatan sedikit pun. “Daniel… berarti kau tanpa sadar mendekati salah satu pihak yang sedang berusaha menghancurkan aku.” Ariella terperanjat. “Apa? Tidak mungkin… Dia terlihat sangat sopan, bahkan membantuku saat—” “Jangan menilai orang da

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status