Share

8. Hukuman Panas!

Author: Lil Seven
last update Huling Na-update: 2025-04-29 17:15:47

Rigen melepas kemejaku dengan sekali tarik, kekuatannya membuat seluruh kancingnya berterbangan.

"Riel, ingat-ingat. Beginilah hukumanmu kalau tidak patuh."

Setelah berkata seperti itu, Rigen lantas menempelkan bibirnya kembali ke dadaku. Kelembutan bulat payudaraku menghilang di antara bibirnya, yang hangat dan lembap.

"R-Rigen.... "

Napasku seakan tertahan, sehingga mengeluarkan suara seperti tercekik.

"Ah-Ahh!"

Tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat saat Rigen mulai menjilati ringan puting ku dengan lidahnya, sebelum ia secara bertahap meningkatkan kecepatannya, menghisapnya dengan penuh semangat seperti anak kecil yang sedang menyusu pada ibunya.

“Ah! Hnng, mmnh…”

Kututup mulut rapat-rapat dengan tangan, saat suara desahan yang memalukan bocor keluar.

Sensasi sentuhan Rigen sungguh aneh dan tak terlukiskan. Rasa panas yang menusuk menjalar dari dadaku, menyebar ke seluruh tubuh.

Kehangatan yang tak biasa itu menetap di perut bagian bawahku, membuat jari-jar
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lil Seven
aseek kan kaaa
goodnovel comment avatar
Ahra Lee
hareudang haha
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   284. Gila Karena Kamu

    Cahaya matahari pagi merembes masuk melalui tirai tipis kamar besar itu. Udara masih hangat, penuh aroma bercampur antara parfum Rigen dan peluh semalam. Ariella membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa letih, bahkan untuk sekadar menggerakkan jari. Ia masih berada dalam pelukan Rigen. Lelaki itu memeluknya erat, wajahnya menempel di rambut Ariella, napasnya teratur, berat namun damai. Seakan badai semalam tidak pernah ada. Ariella menatap wajahnya yang tertidur. Ada ketenangan di sana, sesuatu yang jarang ia lihat ketika lelaki itu bangun. Hatinya meremas. Perasaan benci, cinta, takut, dan rindu bercampur jadi satu. Ia berusaha menggerakkan tubuhnya, tapi pelukan Rigen terlalu erat. “Jangan bergerak, Riel." Suara berat itu tiba-tiba terdengar, serak dan masih mengantuk. Rigen membuka mata setengah, menatapnya. “Tetap di sini.” Ariella terdiam. “Aku harus bangun…” “Tidak.” Rigen menutup matanya lagi, menariknya lebih dekat. “Kamu tetap di sini. Aku belum selesai memeluk

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   283. Belenggu Cinta

    Rigen menunduk, bibirnya menelusuri leher Ariella, meninggalkan jejak panas di kulit yang bergetar. “Karena aku keras kepala. Karena aku mencintaimu dengan cara yang salah. Tapi malam ini, aku akan buat kamu merasakannya, bukan hanya mendengarnya.” “Rigen… jangan…” Ariella merintih, napasnya tersengal, tubuhnya bergetar di bawahnya. “Jangan apa?” tanya Rigen, mengangkat wajahnya, tatapannya tajam menembus mata Ariella. “Jangan mencintaimu? Jangan gila karena kamu? Itu mustahil.” Ariella menggigit bibir, air matanya jatuh satu per satu. “Aku takut… kalau kamu bohong…” Rigen menunduk, mencium bibirnya dengan brutal, menelan tangisnya. “Aku akan cium kamu sampai kamu tidak bisa lagi meragukanku, Riel," jawabnya tanpa ragu. Ciuman itu panjang, dalam, menuntut. Ariella terengah, suaranya pecah di sela bibir yang disergap. “Rigen… ahh…” Rigen melepaskan tangannya hanya untuk menarik pinggang Ariella lebih dekat. “Aku ingin dengar suaramu. Aku ingin kamu teriak namaku. Biar semua

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   282.

    “Kenapa… kenapa selalu aku yang harus menanggung ini?” Ariella terisak di sudut ranjang, lututnya ditarik ke dada. Air matanya tak berhenti, matanya bengkak, suaranya parau. Gambar Rigen dan Lily yang keluar dari mobil dengan baju berantakan terus berputar di kepalanya, menusuk jantungnya tanpa ampun. Tangannya gemetar memegang dada sendiri. “Aku bodoh… percaya pada janji yang bahkan tidak bisa dia jaga semalam pun…” Pintu kamar tiba-tiba terbuka keras. Rigen masuk, langkahnya berat dan tidak stabil. Wajahnya merah, kemejanya berantakan, napasnya bau alkohol. “Ariella…” suaranya rendah, serak. Ariella langsung mendongak, matanya merah basah. “Jangan panggil namaku!” ia berteriak, suaranya pecah. “Kamu… kamu benar-benar tega, Rigen. Malam kemarin kamu bilang aku satu-satunya, kamu janji selalu di sisiku… tapi hari ini aku melihat kamu… dengan dia!” Rigen menutup pintu di belakangnya, menunduk, lalu perlahan melangkah mendekat. “Itu tidak seperti yang kamu pikirkan.” “Tida

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   281. Jebakan

    “Ayo, Rigen.” Suara lembut itu terdengar dari ambang pintu ruang kerja. Lily berdiri di sana dengan senyum yang seolah penuh ketulusan. “Sudah lama sekali kita tidak keluar bersama. Hanya sebentar. Anggap saja… reuni kecil," bujuknya sekali lagi dengan suara lembut. Rigen yang sedang memandangi layar laptopnya mengangkat alis, wajahnya dingin. “Aku tidak punya waktu untuk keluar, Lily. Ada urusan yang lebih penting," jawabnya, tegas. Lily melangkah masuk tanpa meminta izin, gaun sifon yang ia kenakan bergerak mengikuti langkahnya. “Selalu saja begitu. Sibuk, dingin, menutup diri. Padahal dulu…” Lily sengaja berhenti tepat di samping meja kerja, menyandarkan tangan di permukaan kayu, lalu lanjut bicara. “Dulu kau selalu menemaniku. Kau ingat? Kita berdua melawan dunia bersama. Kau bilang, aku satu-satunya yang benar-benar mengenalmu.” Rigen menutup laptopnya dengan satu hentakan. Tatapannya menusuk. “Itu dulu. Keadaannya sudah berbeda.” “Berbeda bagaimana?” Lily

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   280. Obsesi

    “Aku benci kamu, Rigen… lepaskan aku!” Suara Ariella pecah, terdengar serak karena tangisan. Tubuhnya masih bergetar saat Rigen mendorongnya ke ranjang. Tatapan hitam Rigen menajam, tapi bukan dingin—ada api, ada luka, ada rasa ingin menelan bulat-bulat wanita di hadapannya. “Benci aku? Kau pikir aku akan diam saja setelah melihatmu hampir disentuh orang lain?” “Aku tidak melakukan apa-apa dengan Ror!” Ariella menjerit, mencoba menepis tangan Rigen di pergelangan tangannya. “Kamu selalu menuduh, selalu tidak percaya. Kamu tahu betapa hancurnya aku melihat Lily di sisimu? Kamu—” Sebuah ciuman kasar menghentikan kata-katanya. Rigen mendominasi bibir Ariella dengan paksa, mencuri napasnya, hingga gadis itu hanya bisa mengerang tertahan. Ia berusaha memalingkan wajah, tapi tangan besar Rigen menahan rahangnya. “Jangan sebut nama perempuan itu di hadapanku lagi,” desis Rigen di sela ciuman, nadanya rendah, nyaris bergemuruh. “Aku tidak peduli pada Lily. Yang kubenci ha

  • Gairah Berbahaya sang CEO: Ciumanku Membuatnya Bangun dari Koma   279. Ini Cintaku

    “Ariella!” Suara Rigen menggelegar di halaman taman itu, tajam dan penuh bara. Ariella tersentak, tubuhnya menegang. Ia baru saja mendorong lengan Ror yang hendak menyentuh wajahnya. Bukan ciuman sungguhan, hanya gerakan spontan Ror saat melihat air mata yang nyaris jatuh dari mata Ariella. Namun tepat di saat itu, Rigen muncul. Mata suaminya memancarkan api. Nafasnya berat, dada bidangnya naik turun cepat. “Rigen… bukan seperti yang kamu lihat,” ucap Ariella dengan suara lirih, terbata. “Bukan seperti yang aku lihat?” Rigen mendengus, melangkah maju. Tangannya langsung menarik pergelangan Ariella kasar, membuat tubuh wanita itu hampir terjerembab ke dadanya. “Aku melihat jelas, Ariella! Dia hampir mencium kamu!” “Bukan!” Ariella berusaha melepaskan diri, tapi genggaman Rigen terlalu kuat. “Ror hanya—” “Diam!” bentaknya. Tatapan Rigen menusuk tajam ke arah bodyguard-nya. “Keluar dari sini sebelum aku benar-benar menghabisimu!” Ror mengepal tangannya, wajahnya tegang. “Tua

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status