Virna hanya bisa menangis tak kala dia berada disebuah batu nisan. Dia mengepalkan tangannya karena rasa sakit. Ayahnya sudah meninggalkan dirinya dan sekarang dia tidak tau harus melakukan apalagi setelah ini. Dirinya hanya tinggal sendiri bersama dengan pamannya. Bahkan ibunya saja Virna tidak tau tinggal di mana. Selama ini dia hanya tinggal bersama dengan ayahnya.
"Non Virana yang sabar yah."
"Aku bersumpah akan menemukan siapa pelakunya. Lihat nanti apa yang akan aku lakukan."
Virna sudah bertekad akan menemukan siapa dalang dibalik semuanya. Tidak jauh pasti dari kolega bisnis ayahnya yang memang merasa tersaingi. Virna akan mencari satu-satu dari mereka semuanya untuk saat ini.
"Paman Omawa, Apa paman tau siapa pelakunya?" tanya Virna yang kini merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi. Dia yakin akan menemukan orang itu dalam waktu dekat.
Omawa melihat kearah Virna dengan sekilas. "Tidak salah lagi kalau pelakunya adalah dari keluarga Gustav."
"Paman yakin?" tanya Virna lagi yang memang sedikit tidak percaya dengan apa yang sudah pamannya katakan. Keluarga Paman Gustav memang kolega bisnis ayahnya. Apa benar pelakunya adalah beliau? Bagaimana caranya agar dia bisa mendapatkan bukti yang nyata.
Virna sudah menduganya kalau dalang dari semua ini adalah musuh dari Ayahnya. Dia.harus sadar sekarang kalau semua yang dia lakukan memang harus benar adanya.
"Siapa lagi musuh kedua orangtuamu selain mereka?" Omawa terus saja memanas-manasi Virna. Memang ini adalah salah satu tujuan utamanya agar Virna bisa masuk ke dalam keluarga Gustav. Apalagi Omawa tau kalau Gustav memiliki anak pria yang bernama Randy.
Virna terdiam sejenak memikiran apa langkah yang harus dia ambil selanjutnya. Jika memang mereka adalah pelakunya maka dia harus tetap hati-hati dan juga waspada. Virna tidak boleh sampai salah langkah kalau tidak maka dia yang akan tau sendiri akibatnya.
"Kalau begitu aku akan mendatangi mereka dan membunuh mereka satu persatu," gumam Virna dengan penuh tekad dan juga keberanian dirinya. Apapun yang dia lakukan saat ini harus benar adanya. Tidak perlu ada yang dia khawatirkan lagi setelah ini.
Omawa melihat kearah Virna yang kini penuh akan kebencian. "Kita tidak bisa bermain kasar, ada baiknya kita main halus saja. Mereka mempunyai banyak bodyguard yang menjaga. Kamu pasti akan kalah nanti."
Virna terdiam mendengarkan apa yang dikatakan oleh Omawa. Pamannya memang benar berbicara padanya dengan baik. Apapun yang terjadi saat ini harus dia lakukan dengan sempurna. Dia memang tidak boleh gegabah untuk saat ini.
"Lalu apa yang harus aku lakukan Paman Omawa? Apa paman punya ide yang bagus?" tanya Virna yang kini melihat kearah Omawa dengan seringai nya. Dia hanya perlu tersenyum melihat semua yang akan dia rencanakan selanjutnya.
"Tentu saja. Tapi itu juga jika kamu mau menurutinya," gumam Omawa dengan senyuman yang penuh arti. Apapun yang dia lakukan sudah sesuai dengan keinginan dirinya.
"Aku akan menuruti semuanya."
Virna sudah bertekad untuk membelas dendam apa yang sudah terjadi padanya. Dia akan melakukan apapun demi membalaskan dendam untuk keluarganya.
Omawa tersenyum manis karena rencananya sudah hampir berhasil untuk membuat Virna ada dalam genggaman dirinya. "Kamu harus menjadi seoarang maid dan mendekati anak Gustav yang bernama Randy."
Virna membulatkan matanya ketika dia yang harus menjadi seoarang maid. Apa dia tidak salah dengar? Demi apapun juga Virna tidak mau melakukan hal rendahan seperti itu. Apalagi selama ini dia belum pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya. Ayahnya selalu memanjakan dirinya layaknya seoarang putri raja. Sekarang dirinya harus menjadi seoarang pembantu, yang benar saja dia harus melakukan itu semuanya.
"Apa tidak ada cara lain?" tanya Vira yang kini penuh harap. Dia tidak mau jika hanya jadi seoarang maid di rumah itu. Nanti.yang ada harga dirinya malah semakin diijak oleh keluarga mereka.
"Lakukan ini demi balas dendam kelurgamu Virna. Bukannya kamu ingin balas dendam. Satu lagi, tidak ada cara lain agar kamu bisa masuk ke dalam sana kecuali kamu harus menyamar jadi seoarang maid."
Omawa pergi setelah mengatakan itu pada Virna. Dia tersenyum dengen penuh arti ketika melihat Virna yang saat ini sedang merenung di makam basah milik ayahnya. Dia yakin hilangnya ibunya juga ada hubunganya dengan keluarga Gustav.
"Apa yang harus aku lakukan?"
Virna terdim memikiran apa keputusan yang akan dia ambil nanti. Menjadi seoarang maid di rumah musuhnya sendiri bukan hal yang mudah untuk dia jalani saat ini.Semua yang dia lakukan saat ini memang malah membuat dia jadi semakin berat. Apapun yang dia lakukan untuk sekarang harus benar adanya. Tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi."Tidak punya pilihan lain, aku harus menjadi seoarang maid."Virna hanya bisa bergumam dengan pelan saja. Semua yang dia lakukan sudah sesuai dengan keinginan dirinya. Semoga saja ini akan menjadi awal yang baik."Aku akan datang sekarang."Virna membawa bajunya yang memang terlihat biasa saja. Dia melakukan itu agar tidak ada orang yang nanti akan curiga padanya. Setidaknya senuanya akan berjalan dengan sempurna sesuai dengan keinginan dirinya.Virna sengaja naik motor dan menyuruh supirnya untuk mengantar dirinya ke rumah keluarga Gustav. Dia sudah betrekad pada tujuan utamanya untuk membe
Virna malah merasa was-was ketika Randy malah membawa dirinya pada tempat yang gelap. Virna dipojokan di sebuah tembok. Entah kenapa Virna seperti merasakan sesuatu pada bibirnya yang manis itu.Sentuhan lembut yang entah dia tidak bisa melihatnya karena tempat ini yang memang gelap. Dia hanya mencoba memejamkan matanya sejenak dan mencoba menikmatinya tanpa protes.Sampai pada akhrinya lampu tiba-tiba menyala dan Virna terkejut ketika melihat Randy yang berjarak bebarapa senti saja dengan dirinya."Apa yang sedang kamu lakukan Randy?""Maaf Pah, hanya sedang bermain saja."Randy melirik Virna dengan sekilas sebelum akhirnya dia menutuskan untuk pergi dari tempat ini.Sedangkan Virna merasakan bekas sentuhan Randy tadi pada bibirnya, apa itu adalah sebuah ciuman? Virna menggelengkan kepalanya ketika membayangkan kalau benar itu sudah terjadi."Kamu siapa?"Virna baru tersadar kala
Mata Virna langsung membulat ketika melihat siapa orang yang saat ini ada dihadapan dirinya. Dia tidak menyangka sama sekali kalau orang itu adalah Randy.Randy menarik Virna langsung ke dalam kamarnya. Dengan seringai yang menjadi sebuah candu yang menurut dirinya adalah manis."Apa yang Tuan Muda lakukan?"Virna jelas terkejut ketika melihat Randy yang ternyata membawa dirinya pada kamarnya. Mendekatkan dirinya dengan jarak beberapa senti saja. Jarak serrti ini membuat Virna jadi tegang. Randy mengelus bibirnya dengan memiringkan wajahnya."Aku merindukan bibirmu."Virna membulatkan matanya dengan kesal ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Randy barusan. Pria yang ada di hadapannya itu sudah berusaha untuk melecehkan dirinya. Sungguh dia tidak terima akan hal ini."Kamu kurang ajar! Tidak pantas jadi Tuan Muda." Virna hampir akan menampar Randy yang sudah berani berbuat hal yang tidak senonoh padanya. Belum semp
"Randy."Randy tersenyum kearah seoarang wanita yang kini datang menghampiri dirinya. Wanita itu melihat kesekeliling kamar Randy dengan sekilas."Mamah ngapian ke sini? Apa ada yang sedang mamah cari?"Randy benar-benar merasa panik sekarang, apa ibunya sudah benar-benar tau kalau dia tadi memang membawa seoarang perempuan ke sini. Jika memang benar begitu maka dia dalam bahaya sekarang. Apa yang harus Randy jelaskan pada ibunya agar tidak curiga.Tyas adalah istri dari Gustav, wanita itu masuk ke dalam kamar anaknya karena memang dia sedang mencari seoarang maid yang baru."Mamah hanya lagi cari maid yang baru itu, Sari bilang kalau dia ke kamar kamu tadi," ucap Tyas membuat Randy merasa lega karena ibunya tidak mengetahui aksi yang dia lakukan tadi. Kalau tidak bisa kena cincang ibunya."Oh wanita itu sudah keluar mah tadi," Randy langsung mengatakan itu agar Tyas tidak curiga dengan dirinya."Oh begit
"VIRNA!"Virna menoleh kearah orang yang barusan memanggil namanya. Dia merasa panik karena barusan keluar dari kamar milik Randy."Kamu dari mana saja hah?" marah Sari pada Virna.Viran merasa kebingungan akan menjawab apa tapi, Sari sudah lebih dulu memotong pembicaran dirinya kembali. "Lupakan saja, aku mencarimu karena kamu saat ini sedang dicari oleh Nyonya Tyas."Virna tau tadi Tyas memang sempat ke kamar Randy untuk mencari dirinya tapi, Randy malah memberikan alasan lain dan tidak memberitahu dirinya saat ini ada di mana. Virna harus bertemu dengan ibunya Randy saat ini."Di mana dia sekarang?" tanya Virna langsung mendapat pukulan dari Sari."Kamu bicara yang sopan, jangan sebut Nyonya dengan dia. Sebutnya Nyonya," Sari yang merasa senior malah menceramahi Virna.Virna sadar kalau dirinya memang salah sebut. Kali ini dia harus bisa berbicara dengan formal agar tidak ada orang yang curiga padanya.
Virna mengambil minum karena Randy yang menyuruh dirinya. Virna dengan sangat malas melakukan itu semuanya. Apalagi minuman ini bukan untuk Randy melainkan untuk kekasihnya."Hei Virna ini airnya kepenuhan!" peringat Sari yang hampir saja berteriak karena panik.Virna langsung sadar dengan kecerobohan dirinya. Bisa-bisanya dia malah melamun tadi. Sekarang dia yang harus membereskan semua ke kacauan ini."Maaf Sari, aku tidak sengaja.""Lagian sudah tau lagi buat minuman, malah melamun kaya gitu. Pasti lagi melamunin Tuan Muda yah," goda Sari pada Virna."Apa sih bi, siapa juga yang malah memikirkan dia. Kaya gak ada pria lain aja yang lebih ganteng dari dia."Sari yang mendengar itu malah tertawa, padahal niatnya hanya bencanda doang tapi, Virna malah menganggap dirinya serius. "Aku hanya bencada saja, lagian Tuan Muda juga sudah punya kekasih, tidak mungkin mau dengan wanita seperti dirimu bukan?"
Virna sedang berada di kamar yang memang sudah disediakan khusus para maid yang memang bekerja ditempat ini. Dia merasa tidak nyaman karena menurutnya kasur ini terlalu keras dibandingkan dengan kasur yang selalu dia gunakan."Aku harus terbiasa mulai sekarang," gumam Virna yang kini melihat kearah tempat tidurnya sendiri. Dia melakukan itu semuanya hanya untuk menemukan bukti kalau memang keluarga ini adalah dalang dari semuanya.Ponsel Virna tiba-tiba berdering malam-malam seperti ini, dia melihat siapa orang yang menghubunginya."Hallo, Kenapa?""Saya sudah menemukan informasi tentang Windi, dia anak dari Mulani Bitara pemilik PT.Mulani Jaya."Virna tau PT Mulani jaya itu hampir saja bangkrut dulu, entah kenapa tiba-tiba PT itu kini bisa maju, mungkin ada hubungannya dengan hubungan Windi dengan Randy, pasti keluarga Gustav yang menolong perusahaan itu. Mulani menyembunyikan anaknya dan juga sauminya, sekarang dia s
Virna menoleh kearah jendela dengan pandengan was-was, entah kenapa dia malah merasa kalau ada seseorang yang mengintip dirinya dari balik jendela tadi. Virna akhrinya memutuskan untuk membuka jendelanya karena penasaran. Ketika dia baru saja membukanya dan memang tidak melihat siapapun ditempat ini."Mungkin hanya perasaanku saja," gumam Virna yang kini akhrinya menutuskan untuk menutup jendelannya dengan tenang. Mungkin benar itu hanya perasaannya saja dan dia tidak mau ambil pusing tentang hal ini.Virna melihat kearah kasur yang memang menurut dirinya keras. Maklum saja karena selama ini dia tidur dikasur yang memang terbilang lembut. Sekarang dia tidak bisa tidur dengan nyenyak pake kasur yang keras begini.Virna mencoba untuk membaringkan badannya diatas kasur. Dia memejamkan matanya dengan sekilas saja. Berharap semuanya akan segara berakhir sesuai dengan keinginan dirinya.***Di tempat lain, Windi sedang bersama den