Virna terdim memikiran apa keputusan yang akan dia ambil nanti. Menjadi seoarang maid di rumah musuhnya sendiri bukan hal yang mudah untuk dia jalani saat ini.
Semua yang dia lakukan saat ini memang malah membuat dia jadi semakin berat. Apapun yang dia lakukan untuk sekarang harus benar adanya. Tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi.
"Tidak punya pilihan lain, aku harus menjadi seoarang maid."
Virna hanya bisa bergumam dengan pelan saja. Semua yang dia lakukan sudah sesuai dengan keinginan dirinya. Semoga saja ini akan menjadi awal yang baik.
"Aku akan datang sekarang."
Virna membawa bajunya yang memang terlihat biasa saja. Dia melakukan itu agar tidak ada orang yang nanti akan curiga padanya. Setidaknya senuanya akan berjalan dengan sempurna sesuai dengan keinginan dirinya.
Virna sengaja naik motor dan menyuruh supirnya untuk mengantar dirinya ke rumah keluarga Gustav. Dia sudah betrekad pada tujuan utamanya untuk membelaskan dendam atas kematian kedua orangtuanya.
***
Virna sudah sampai di rumah yang cukup mewah hampir sama dengan rumah yang selama ini dia huni. Virna tersenyum pada supirnya dan nengangguk. Dia langsung berjalan dan hendak akan masuk ke dalam. Belum juga dia masuk ke dalam, sudah ada dua orang yang mengahalangi dirinya.
"Anda siapa?" tanya salah seoarang bodyguard yang memakai baju serba hitam dihadapan Virna.
"Saya orang yang akan menjadi maid di sini," ucap Virna dan hendak akan berjalan ke depan pintu tapi langkahnya dicegah oleh bodyguard.
"Kamu maid baru di sini rupanya, lebih sopan jalan pintu belakang jangan lewat pintu depan."
Virna menghentakan kakinya karena kesal ketika dirinya yang harus diatur seperti ini. Lalu dengan sangat terpaksa akhirnya dia memutuskan untuk kebelakang. Sampai pada akhirnya matanya melihat pemandangan yang indah di mana ada seorang pria kini sedang mandi di kolam berenang.
"Tampan sekali," gumam Virna yang merasa kagumam dengan sosok itu.
Virna melihat tubuh tegap dari pria itu yang memang tamoan ditambah dengan otot kekar bersama dengan roti sobek yang ingin sekali Virna rapa. Dia langsung menggkengkan kepalanya ketika otaknya yang kini malah berpikir kotor.
Menyadari ada seseorang selain dirinya di tempat ini, Randy langsung menoleh kearah belakang dan melihat siapa orang yang sudah berani menganggu kegiatan dirinya. Randy menaikan sebelah alisnya ketika tidak mengenali orang yang sudah berani mengintip dirinya.
"Siapa kamu?"
Pria itu menoleh kearah Virna karena kesal acara mandinya malah diintip oleh orang asing. Bukannya dia sudah bilang kalau tidak boleh ada yang ke belakang dulu selagi dia sedang mandi.
"Saya..."
Virna tiba-tiba menjadi gugup ketika akan mengatakan semuanya. Pria itu langsung berdiri dan mengambil handuknya. Dia langsung menghampiri Virna karena merasa penasaran.
"Jawab! Apa kamu seorang penyusup?"
Dia menatap wanita itu dengan pandengan tajamnya seolah mengintimidasi. Dari mana asal wanita itu sebenranya? Dia belum pernah melihatnya sama sekali.
"Saya yang akan menjadi maid di sini. Maaf Tuan..."
"Randy, namaku."
Seolah paham apa yang dimaksudnya akhirnya Virna tersenyum. Rupanya pria tampan itu adalah Randy anak dari Paman Gustav musuh dari ayahnya.
"Iya Tuan Randy maaf, saya hanya disuruh oleh bodyguard yang ada di depan untuk jalan ke sini," Virna mencoba untuk menjelaskan semuanya dengan pelan saja. Semoga Randy tidak akan curiga padanya.
Apalagi sorot mata pria itu terus saja memperhatikan bentuk tubuhnya dan itu membuat Virna merasa tidak nyaman. Dia seperti sedang diperhatikan dalam diam oleh Randy.
"Yasudah kamu bisa pergi," usir Randy dengan menggibaskan tangannya mengusir Virna dari tempat ini.
"Tuan Randy bisa antar saya? Saya tidak tau tempatnya."
Randy langsung menarik tangan Virna dan itu malah membuat hati Virna bergetar. Entah apa yang ada di dalam pikirannya saat ini ketika tangannya bersentuhan dengan Randy.
"Tuan mau bawa saya ke mana?" tanya Virna ketika Randy yang menbawa dirinya ke tempat berlabirin dan gelap tidak terlihat apapun juga.
"Tuan."
BERSAMBUNG
"Kenapa lo nyerang gue hah?" Randy merasa heran ketika orang tersebut yang tiba-tiba menyerang dirinya dengan brutal. Memangnya apa salahnya sekarang? "Sudah hentikan nak," sergah Inah yang memang tidak mau kalau sampai terjadi perkelahian di sini. Dia masih berusaha yang terbaik untuk dirinya, membela dirinya yang memang terasa sakit. Randy menatap kearah pria tersebut. "Lo siapa sebenarnya main pukul gue begitu?" Randy juga penasaran dengan orang yang ada dihadapannya. Tidak mungkin kalau dia adalah keluarga dari Virna katena semua keluarga sudah tidak ada kecuali Pamannya yang licik tersebut. d Inah mencoba untuk menenangkan anaknya agar tidak terbawa dengan omosi sekarang ini. Apalagi Inah juga tahu kalau Randy orang Yann baik. "Dia anak saya," jawab Inah. "Oh anak pembantu rupanya," hina Randy. "Kurang ajar lo yah, brengsek!" Maki Firman ketika dirinya direndahkan seperti itu oleh Randy. Sampai Randy teringat dengan niat kedatangannya ke sini yaitu untuk
Virna merasa mual, dia juga merasa tidak tenang. Belum lagi dia barusan mendapatkan pesan dari Windy yang membuat emosinya semakin tersulut. "Non Virna kenapa?" tanya Bi Inah yang khawatir dengan Virna sekarang. "Aku baik-baik saja bi," balas Virna. "Ya ampun Virna," ujar seseorang yang kini datang dari arah pintu depan. Dia sedikit heran ketika melihat keadaan Virna yang pucat. "Firman," panggil Virna ketika melihat orang yang memang dia percaya sekarang menghampiri dirinya. Virna merasa sedikit lega sekarang. Bi Inah akan membawa Virna ke ranjangnya, tetapi kemudian Firman sudah lebih dulu berinsiatif untuk menggendong Virna masuk ke dalam. "Biar aku saja Bu yang bawa dia," ujar Firman. "Terimakasih banyak nak."Firman membawa Virna ke atas ranjangnya, lalu dia melihat kearah ibunya karena dia merasa heran dengan keadaan Virna sekarang ini. "Kenapa dengan Virna? apa dia sakit?" tanya Firman yang merasa penasaran dengan keadaan Virna sekarang. Inah hanya bisa menghela napasn
Virna terus memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tempo hari. Apa dia harus menikah dengan Randy. Dia harus merebut kembali perusahaan ayahnya. "Non Virna," panggil Bi Inah. "Kenapa Bi?" tanya Virna menaikan sebelah alisnya heran. "Itu Non. Firman tadi menghubungi bibi." Virna terkejut ketika mendengar hal itu. Firman adalah orang kepercayaan dirinya sekaligus anak Bi Inah. "Dia bilang apa bi?" tanya Virna. "Dia hanya menanyakan alamat kita yang sekarang. Terus bibi memberitahunya. Mungkin dia akan berkunjung ke sini," jelas Bi Inah. Virna hanya mengangguk, akhirnya setelah lama menghilang dia bisa bertemu dengan Firman lagi. Sudah lama sekali Virna menanti kehadiran Firman, akhirnya pria itu datang ke sini juga. "Aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya," ujar Virna dengan antusias. "Apalagi Bi Inah non. Dia anak satu-satunya bibi," ujar Virna. Virna tersenyum dengan bahagia, dia percaya kalau Firman memang orang yang baik. Pria itu tidak akan pernah mengkhianati dir
Virna sedang berada di apartemen yang diberkan oleh Randy padanya, entah dia merasa gelisah sekarang. Apa ini memang benar atau salah di matanya. Permintaan Tyas memang sangat sulit, apalagi dengan permintaanya yang harus menikah dengan Randy, rasanya memang sangat sulit. "Ah menyebalkan sekali."Tiba-tiba ada yang masuk dengan begitu saja ke tempat ini, Virna menoleh dan ternyata itu adalah Randy, untuk apa pria itu datang ke sini."Ngapain kamu datang ke sini?" ketus Virna masih dengan angkih, apalagi dengan melihat karah Randy yang asal datang begitu saja. "Kamu tidak lupa dengan pemilik apartemen ini kan? jadi suka-suka aku dong mau datang ke sini atau tidak."Randy mengatakan itu dengan santai lalu dia memberikan dua bungkus nasi padang untuk dimakan mereka berdua. Rasanya memang bahagia ketika semuanya akan jadi lebih baik."Oh yah, aku membawakan ini untuk kamu, semoga kamu akan suka.""Apa itu?" tanya Virna sambil melirik sekilas yang sebenarnya dia masih merasa penasaran.
Virna saat ini sudah berdiri di depan restoran Alfaso. Dia ingin bertemu dengan Tyas. Virna merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan oleh Tyas padanya. Dia yakin kalau hal ini memang sangat penting. Dia duduk sendirian di sini. Tanpa BI Inah yang menemaninya karena memang dia menyuruh Bi Inah untuk menjaga apartemen saja. "Sudah lama?" tanya Tyas yang kini menghampiri Virna. Dia tersenyum ramah pada Virna. "Tidak, barusan. Aku juga baru sampai Tante," jelas Virna. Tyas mengangguk lalu dia memesan minum pada seorang pelayan restoran. Dia memesan jus apel kesukaan dirinya. Virna hanya memperhatikannya saja, menunggu apa yang akan dikatakan oleh orang yang ada dihadapannya. "Kamu terlihat tegang sekali, santai lah." "Maaf Tante, sebenarnya Tante ingin mengatakan apa?" tanya Virna. "Tante tau kalau sekarang kamu sedang hamil anak Randy," ucap Tyas. Deg... Kenapa bisa tau? Apa Randy yang memberitahunya. Apa Tante Tyas meminta dia untuk menggugurkan kandungannya? J
"Sekarang kamu sudah percaya padaku bukan?" jelas Randy sambil melirik kearah Virna. "Terimakasih banyak atas bukti ini." Virna hanya mengucapakan terimakasih saja pada Randy. Dia sama sekali tidak menyangka atas semuanya. Orang yang selama ini dia percaya ternyata sudah menghianatinya. "Apa sekarang kamu percaya padaku?" tanya Randy pada Virna. Virna melirik kearah Randy dengan sekilas lalu dia menganggukkan kepalanya. Dia percaya pada Randy yang sudah beruat baik padanya. "Tapi tetap saja kamu adalah pria berengsek di mataku!" ketus Virna ketika dia yang mengingat apa yang sudah dilakukan oleh Randy ketika dirinya menjadi maid dulu. "Haha kalau itu memang benar adanya. Aku memang pria berengsek. Tapi aku berani mempertanggungjawabkan apa yang sudah terjadi, termasuk dengan menikahimu," bisik Randy membuat Virna membulatkan matanya. Apa pria yang ada dihadapannya itu serius? Atau hanya bualan saja. Virna menggelengkan kepalanya, Randy pasti hanya ingin bermain-main saja