"Virna tunggu!"
Randy menganggil Virna ketika wanita itu keluar dari rumah milik Windy. Randy hanya ingin meminta penjelasan dari wsnita itu saja.
Walaupun dia sempat mendengarkan perkataannya hanya sedikit saja tapi, Randy mau Virna yang menjelaskan semua masalahnya.
Randy jadi yakin kalau ini yang dimaksud oleh Papahnya untuk menjaga Virna. Wanita itu mempunyai hubungan dengan Mulani ibunya Windy.
"Kamu mengikutiku?" Kesal Virna ketika dia melihat Randy juga datang ke tempat ini.
"Bukannya sudah aku bilang kalau aku akan mengikuti kamu kemanapun kamu pergi," ujar Randy tersenyum dengan santai.
"Bodo amat!"
Virna terlihat acuh dan dia langsung berjalan menuju ke dalam mobilnya. Dia hanya ingin melakukan sesuatu yang baik untuk dirinya saja.
"Kita harus bicara Virna!"
Randy mengajar Virna sampai ke dalam mobilnya. Tapi Virna memang terlihat enggan untuk berbicara dengan Randy. Dia lang
Virna sudah sampai di kediaman rumah yang memang dia tempati. Dia melihat kearah kaca spion mobilnya dan melihat masih ada Randy yang mengikutinya."Pria itu tidak punya kerjaan selain menguntitnya."Randy mengatakan itu karena memang dia merasa kesal. Dia tidak tau harus berkata apalagi setelah ini. Pria itu yang sudah membuat dia malu.Virna turun dari mobilnya dan dia berusaha untuk mengabaikan Randy. Dia berjalan dengan begitu saja dan Randy malah terus saja menghalanginya."Aku akan tetap mengikutimu sampai kamu mau berbicara denganku!"Virna membulatkan matanya dengan kesal, kenapa juga wanita itu malah jadi seperti ini."Aku cape! Kenapa kamu malah terus saja menghalangiku!"Randy benar-benar sudah dibuat kesal. Dia tidak bisa melakukan apapun juga sekarang ini. Dia tidak paham dengan apa yang sudah terjadi saat ini."Aku tidak akan pergi!"Virna berpikir sejenak, Randy orang ya
"Kenapa Virna?"Virna melihat kearah jam tangannya. Dia harus menghindar dari pertanyaan Randy barusan."Waktunya sudah habis! Terimakasih atas informasinya Pak Randy. Anda boleh keluar dari rumah saya!"Virna kembali dengan bahasa formalnya ketika Randy yang malah mencecarnya dengan banyak pertanyaan yang menyudutkan dirinya."Kamu belum menjawab pertanyaanku.""Keluar, atau saya akan panggilkan satpam!""Okeh aku keluar, plis jangan berbicara formal ketika kita hanya berdua seperti ini saja," pinta Randy."Keluar!"Virna malah berteriak, Randy yang melihat itu malah merasa tidak tega dengan Virna dan akhirnya dia sendiri yang memilih untuk mengalah keluar dari rumah milik Virna."Okeh baiklah jika itu yang kamu mau. Aku akan keluar dari rumahmu."Randy tidak punya pilihan lain dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah Virna. Dia hanya memastikan saja kalau saat ini Virna dalam ke
Virna baru saja akan memasuki kantornya. Semua karyawan sudah berdemo agar tidak melakukan kerjasama dengan perusahaan milik Gustav Stevanus. "Ada apa ini?" Virna menghampiri semua karyawannya, diantara mereka sudah membawa spanduk berisikan kalau dia harus membatalkan kerjasama yang sudah dia sepakati. "Kamu ingin Bu Virna membatalkan kerja sama itu." "Iya kami semuanya setuju." Semua orang mengatakan itu dan Virna tidak bisa mengambil keputusan dengan sepihak begitu saja. "Kalian tenang dulu, kita bisa bicarakan baik-baik." Virna berusaha untuk menenangkan semua orang yang ada di tempat ini. Dia cukup yakin kalau semuanya akan berjalan dengan baik. "Kami tidak bisa tenang sebelum Ibu Virna membetalkan semuanya." "Iya, semenjak Ibu Virna jadi pemimpin, semuanya malah jadi berantakan. Sudah bagus sama Pak Omawa saja," sindir wanita yang memakai baju sedikit ketat. "Benar ini
Virna membuka matanya ketika dia yang kini malah mencium bau obat-obatan yang membuat dia tidak suka. Seketika ingat dengan demo yang tadi di kantor sebelum kepalanya merasa pusing."Kamu sudah sadar sekarang."Virna melihat orang yang menghampirinya saat ini. Dia menaikan sebelah alisnya ketika melihat Randy ada di sini juga."Kamu ngapain ada di sini?" ketus Virna."Aku ke sini tadi membawa kamu yang pingsan. Karyawan kamu terlihat tidak perduli denganmu tadi. Beruntung aku dengan sigap membawa kamu ke sini," jelas Randy.Virna terdiam, lalu dia panik ketika mengingat sesuatu. Apa Randy sudah mengetahui kalau dirinya sedang hamil. Ini akan sangat membanggakan dirinya sendiri."Apa yang dikatakan oleh dokter?" tanya Virna."Dia tidak mengatakan apapun."Randy sengaja mengatakan itu karena dia ingin melakukan ekpresi wajah dari Virna."Syukurlah," ujar Virna memegangi jantungnya
Mulani menemui seseorang karena memang dia ingin mengetahui semuanya. Termasuk dengan wanita yang bernama Virna anak dari Wijaya.Dia hanya ingin memastikan kalau perusahaan itu sudah baik-baik saja. Dan dengan begitu dia bisa melakukan rencananya yang baru.Mulani turun dari mobilnya ketika dia yang sudah berdiri di depan perusahaan a ini."Perusahaan ini memang sudah kembali bangkit."Mulani tersenyum dengan seringainya. Dia berjalan masuk ke dalam kantor ini."Permisi, apa saya boleh bertemu dengan pemilik perusahaan ini?" tanya Mulani dengan berani."Oh maaf Bu. Kebetulan Bu Virna sedang tidak ada."Mulani tersenyum, wanita itu rupanya sedang tidak ada. Lalu dia melihat kearah resepsionis lagi."Apa Pak Omawa Wardana masih bekerja di tempat ini?" tanya Mulani."Ada Bu. Dia masih bekerja di sini."Mulani yang mendengar itu tersenyum dengan seringainya. Akhirnya dia bisa
Virna sedang diam di rumahnya sendiri. Dia memikirkan apa yang dikatakan oleh Randy tentang pria itu yang akan bertangungjawab padanya."Apa Randy sungguh-sungguh?" gumam Virna yang memang sedikit merasa ragu."Non Virna makan dulu yah."Bi Inah salah satu pembantu di rumah ini langsung menghampiri dirinya dan mengatakan akan membantu dirinya saat ini.Dia sedikit merasa bahagia dan sekaligus merasa lega karena semua yang dia ingin selalu terpenuhi."Terimakasih Bi."Virna mencoba untuk memakan itu semuanya tapi, mulutnya seperti menolak. Dia malah ingin makanan lain. Mungkin ini yang dimaksud oleh dokter kalau dia pasti akan mengalami ngidam."Bi Inah, sepertinya aku tidak mau makan ini.""Kenapa non? Apa non tidak suka?"Virna menggelengkan kepalanya, bukan dia yang tidak suka, hanya saja ada hal yang memang harus dia lakukan dengan baik."Bukan begitu bi.""Lalu
Virna baru saja sarapan dan dia akan berangkat ke kantor. Baru juga dia akan keluar dari rumah. Matanya melihat kearah Randy yang sudah berdiri di sana. "Hai," sapa Randy pada Virna. Virna memutar bola matanya jengah ketika melihat ini semuanya. Dia bahkan merasa kesal atas apa yang dia lihat saat ini. Kenapa juga Randy sudah berdiri di tempat ini. Dia malah dibuat kesal sekarang. Apa yang ddiginkan pria itu sehingga menemui dirinya. "Untuk apa kamu ada di sini?" Virna memutar bola matanya jengah, dia sangat muak melihat wajah dari Randy sebenarnya. "Tentu saja aku akan menjemput ibu dari anakku," ujar Randy dengan santai sambil mengedipkan matanya. Virna malah terheran melihat tingkah aneh dari Randy, pria itu bahkan sudah berani untuk menggoda dirinya seperti ini. "Aku bisa berangkat sendiri." Virna berkata dengan ketus tapi, Randy tetap pada pendiriannya. Dia melihat kearah Virna. "Kamu pikir aku akan mengijinkan kamu untuk berangkat sendiri sambil mengendarai mobil?
Mulani tengah tersenyum dengan bahagia bersama dengan anaknya. Dia bisa mendapatkan harta yang dia inginkan tanpa harus bergantung pada Randy. "Sekarang kamu merasa puas sayang," ujar Mulani pada anaknya dengan senyuman penuh rencana busuk. Orang jahat seperti dia memang susah untuk menjadi baik. "Kenapa ibu gak bilang kalau aku adalah anak dari orang kaya juga. Tau begitu aku tidak usah mengemis cinta pada Randy." Windy tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh ibunya awalnya. Tapi dia bahagia karena artinya dia anak dari orang kaya raya dan tidak usah mengemis cinta pria brangkotan atau tua lagi sebagai kolega bisnis mereka. "Ibu juga baru tau. Semuanya gara-gara anak sialan itu datang. Jadi tau deh perusahan ini yang waktu itu katanya bangkrut jadi bisa kembali bangkit," jelas Mulani. "Tapi aku heran deh, kenapa Virna sambil menyambar jadi maid di rumah Randy? Pasti ada alasan lain dong dibalik semuanya," ujar Windy. "Mana ibu tau, lagian itu udah gak penting lagi. Se