"A-apa?! Mengapa ia tiba-tiba ingin bertemu denganku, Ayah? Bahkan tidak ada pemberitahuan apapun sebelumnya." Bella tampak terkesiap dengan netra cokelat membeliak menatap Duke Marthin.
Pria dengan setelan jas mahal abad pertengahan dan tampak berwibawa itu mengedikkan bahu, "Aku telah menyuruh para pelayan menyiapkan semuanya di taman. Kalian bisa menikmati waktu minum teh bersama. Kau segera bersiap-siaplah untuk mendandani diri. Sebentar lagi pelayanmu akan ke mari untuk membantumu. Sementara aku akan mengajaknya berjalan-jalan sebentar," papar Duke Marthin yang kemudian membalik tubuh dan melenggang pergi.
Bella masih tetap tercenung dengan tatapan kosong, 'Astaga! Apakah aku tidak salah dengar? Pangeran Neraka yang menyebalkan itu datang ke mari?'
~~~
Dengan balutan gaun berwarna lavender, Bella kini berjalan menuju taman untuk bertemu dengan Pangeran Neraka. Sedangkan Emma berjalan di belakang Bella seperti biasanya. Berbeda dengan sebelumnya kala
Kembali di taman kediaman Duke Marthin yang ditumbuhi ratusan bunga mawar. Sayup-sayup embusan angin kini membelai sepasang pria dan wanita yang saling duduk berhadapan. Bella masih menampilkan raut wajah terkesiap dengan kedua kelopak mata mengerjap, "Peraturan apa yang Anda maksud, Pangeran?"Pangeran Glenrhys yang sebelumnya duduk bersandar sembari menyilangkan kedua tangan di depan dada, perlahan menegakkan tubuh. Kini, kedua tangannya menopang dagu dengan pandangan lurus ke depan, menatap Bella, "Kau harus memberikan kesetiaanmu padaku, Lady Bella," desisnya rendah.Bella mengernyit, "A-apa?!""Ya, meskipun hal itu memang sudah menjadi kewajibanmu untuk memberikan kesetiaanmu padaku, tetapi aku akan memberimu beberapa peraturan.""P-peraturan?" Bella masih menampilkan kernyitan di dahinya.Pangeran Glenrhys mengangguk elegan, "Peraturannya, kau hanya harus hidup seakan tidak ada. Sebagai gantinya, aku tidak akan menyakitimu dan juga memb
Hari ini adalah saatnya. Sebentar lagi, pesta debutante akan segera dimulai. Para gadis bangsawan yang telah memasuki usia dewasa sedang bersiap-siap di masing-masing kediaman mereka. Sebuah penampilan terbaik dan gaun terbaik tentu saja akan mereka tampilkan untuk bertemu dengan sang ratu.Semuanya begitu sibuk dan antusias. Bahkan, kereta kuda yang berlalu lalang di alun-alun Grivendor kini juga menjadi lebih ramai dari biasanya. Alun-alun Grivendor merupakan pusat kota di mana banyak kebutuhan untuk debutante para bangsawan dicari.Dan kini, kita beralih di kediaman Duke Marthin. Seorang gadis berambut pirang kemerahan tengah menundukkan tubuh dengan kedua telapak tangan bertumpu di atas permukaan meja. Dia adalah Aurora yang sedang menahan napas karena berusaha memakai korset dengan susah payah. Para pelayan berusaha menarik tali korset itu di belakangnya dengan sekuat tenaga.Pablo yang juga berada di ruangan itu hanya bisa menatap Aurora dengan raut
Di dalam aula istana milik sang ratu, para bangsawan sudah berkumpul dan menjadi satu. Suara terompet saxophone yang menandakan dimulainya acara membuat beberapa bangsawan yang sebelumnya sibuk dengan kegiatan mereka seketika terdiam berhiaskan wajah antusias.Seorang pria paruh baya yang merupakan petugas kerajaan tampak sedang berdiri dengan membawa sebuah gulungan kertas berwarna putih tulang. Dengan rambut sedikit panjang berwarna putih keriting dan diikat dengan sehelai benang, pria paruh baya itu membusungkan dada untuk mulai memanggil nama-nama putri bangsawan yang akan menghadap sang ratu."Lady Luna Mariposa, putri dari bangsawan Marquis Sancez .... Silakan menghadap sang ratu!" pekiknya dengan suara meninggi memanggil nama Luna yang juga berada di aula tersebut.Luna Mariposa, seorang gadis cantik dengan rambut hitam sebahu yang sebelumnya ikut dalam jamuan minum teh di kediaman Bella lantas terkesiap dengan wajah sedikit menegang. Gadis itu meng
Mereka bertiga telah menghadap sang ratu. Marimar sedikit mundur ke belakang untuk lebih menonjolkan Aurora dan Bella yang sama-sama memasuki usia dewasa dan hendak dinilai oleh sang ratu. Dua gadis itu kemudian memberikan salam dengan sopan sembari tersenyum menawan.Ratu menatap ke arah Aurora terlebih dahulu dengan membalas senyuman gadis tersebut, "Kau terlihat sangat cantik, Lady Aurora. Tatapan matamu menunjukkan sebuah ambisi yang begitu dalam. Namun, satu pesan dariku, jangan sampai ambisimu merusak segalanya. Kau akan damai jika menghadapi semua takdir seperti air," tutur Ratu Cecilia, masih dengan senyuman.Aurora mengangguk dengan sopan, "Terima kasih banyak, Your Majesty. Saya akan mengingat pesan Anda dengan baik," jawabnya lembut sembari menunduk.Kini, Ratu Cecilia beralih dan menatap ke arah Bella yang tengah menatapnya dengan senyuman. Namun, jangan salah! Bella kini sedang berusaha menyembunyikan kegugupan di balik wajahnya. Kedua manik mata pe
Beberapa penduduk tampak berlalu lalang di salah satu bangunan yang ada di pusat Kota Grivendor—Ring De Claire—tempat yang biasa digunakan untuk pertandingan gulat. Seorang pria berpakaian klasik dengan topi fedora panjang dan juga sebuah tongkat di tangannya, sedang berdiri tepat di samping sebuah papan yang bertuliskan dua nama pria yang akan bertarung di pertandingan gulat."Pertarungan hari ini, Will Mondrich lawan Billie Gillispie," ucap pria itu pada penduduk yang berlalu lalang.Sedangkan tidak jauh dari pria itu, terdapat dua orang gadis yang hanya berdiri dan terus melihat ke arahnya. Mereka berdua terlihat gamang dan terus mengamati, seolah sedang berpikir untuk masuk atau tidak.Seorang gadis terbalut dengan setelan jas pria, topi fedora panjang yang digunakan untuk menyembunyikan rambut cokelatnya yang digulung, serta kumis di atas mulutnya. Sedang yang satunya seorang gadis mungil yang terbalut gaun indah dan pita jaring di rambut pendek
Bella dan Emma kini tengah berada di toko kue langganan yang sering mereka kunjungi, yaitu toko kue milik Madam Kelly. Berbagai macam kue dipajang di dalam lemari kaca model abad pertengahan. Emma memilih tart lemon kecil kesukaannya. Sedangkan Bella justru hanya bergeming dan tidak memilih apa-apa. Gadis itu tidak merasa lapar."Apakah Anda kebingungan memilih kue, Lady? Jika benar, maka biar saya bantu untuk memilihkannya," bisik Emma lirih saat melihat majikannya yang hanya diam saja.Bella seketika beralih menatap Emma, "Ehm ... tidak, Emma. Aku tidak lapar. Kau nikmati saja kue mu dan duduklah di sebelah sana! Pesanlah minuman juga dan nanti kau bisa membayar dengan koin yang ada di kantung putih yang kau bawa. Aku ingin membeli sesuatu terlebih dahulu," ujar Bella yang berpamitan secara tiba-tiba.Emma mengernyit, "Membeli apa, Lady?"Bella berpikir sejenak, "Ehm ... pena bulu angsa. Aku membutuhkan pena baru untuk membalas surat para bangsawan yang
Di bawah kedua manik mata cokelat Bella, terdapat seraut wajah tampan dan tegas seperti matahari, bibir tipis yang memberikan warna cerah di kulitnya yang pucat, alis berbentuk garis tebal legam dan sedikit menyiku di bagian ujung, serta keindahan manik mata yang membuat Bella memaku, yaitu iris mata dengan melanin berwarna biru yang menghanyutkan.Tunggu, wajah itu ... bukankah itu adalah wajah yang begitu mirip dengan Glenn Lucas?! Tanpa sadar, Bella menatap lekat manik mata biru dengan corak yang berkilauan milik pria di bawahnya tersebut. Bella tiba-tiba merasa dibawa mengitari galaksi dengan beratus-ratus biliun bintang dari manik mata itu. Otak cantik Bella kemudian membatin, 'Oh Tuhan! Mengapa tulang selangkanya juga sangat seksi?'Namun tak lama, pria di bawahnya justru menukikkan sebelah alis kala menatap gadis di atasnya yang tiada henti memandangi wajahnya. Bella seketika tersadar dan terperanjat terduduk. Kedua telapak tangan Bella bahkan menepuk-nepu
Bella, Emma, dan si pria berjubah hitam keluar bersama dari toko kue Madam Kelly. Kini, perut ketiganya sudah cukup terisi dengan kue lezat buatan wanita paruh baya tersebut.Ya, Pangeran Glenrhys telah memakan habis semua tart strawberry yang lembut dan telah terlanjur menyentuh lidahnya. Ternyata rasa kue itu sesuai dengan seleranya. Namun, sang pangeran masih terlalu enggan untuk mengakui jika kue lembut itu memang lezat."Kami akan kembali pulang. Kau juga bisa segera kembali ke rumahmu, Tuan. Jika ingin meminta sumbangan, jangan mengikuti orang dari belakang seperti tadi karena itu cukup berbahaya. Kau bisa dianggap seorang penguntit nantinya," tutur Bella panjang lebar sekaligus berpamitan.Namun, si pria berjubah hitam hanya diam. Bella berpikir sejenak hingga tiba-tiba kedua matanya berbinar cerah seolah mengerti mengapa pria di hadapannya hanya diam saja. Gadis itu seketika mengambil sebuah kantung kain putih kecil dan memberikan beberapa keping k