Beranda / Romansa / Gairah Cinta CEO Muda / Bab 7 : Langkah yang Berbeda

Share

Bab 7 : Langkah yang Berbeda

Penulis: firaslfn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 21:11:06

Setelah makan siang itu, Nayara kembali ke mejanya dengan langkah sedikit lebih lambat dari biasanya. Pikiran-pikirannya berputar pada percakapan mereka di restoran tadi. Saya ingin lebih mengenalmu. Kata-kata Devandra masih terngiang-ngiang di telinganya, membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari yang seharusnya.

"Nayara!"

Suara Lisa mengejutkannya dari lamunan. Nayara mengerjap, menoleh cepat ke arah sahabatnya yang berdiri dengan senyum usil. "Kamu kenapa sih? Dari tadi senyum-senyum sendiri. Ada apa, nih?"

"Apa sih, Lis?" Nayara buru-buru merapikan dokumen di mejanya, berusaha mengalihkan topik. Namun Lisa tentu saja tidak akan berhenti semudah itu.

"Jangan bohong! Tadi aku lihat kalian berdua makan siang bareng di restoran bawah." Lisa memelankan suaranya sambil mendekat. "Ada apa, Nay? Jangan bilang bos kita yang super dingin itu mulai menunjukkan sisi manusiawinya?"

"Lisa, tolong, ya." Nayara mendesah pelan, menyembunyikan rasa malunya. "Itu cuma makan siang biasa. Dia hanya ingin membicarakan proyek."

"Tapi..." Lisa menatap Nayara tajam dengan senyum penuh arti. "Tapi tatapannya, Nay. Aku lihat kok dari jauh. Tatapan itu bukan tatapan biasa."

Nayara memutar matanya. "Kamu kebanyakan nonton drama, Lis."

Lisa tertawa kecil sebelum akhirnya kembali ke mejanya. Namun, komentar Lisa tadi seakan membuka ruang baru di pikiran Nayara. Apa benar ada yang berbeda dalam cara Devandra menatapnya? Nayara menggeleng cepat, mencoba menepis pikiran itu. Fokus utamanya sekarang adalah pekerjaan.

---

Waktu berjalan cepat, dan sebelum Nayara menyadarinya, jarum jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Tugasnya hari ini sudah hampir selesai, namun ada satu laporan tambahan yang harus ia serahkan langsung ke Devandra.

Dengan langkah ragu, Nayara mengetuk pintu kaca ruangan sang CEO.

"Masuk," suara tegas Devandra terdengar dari dalam.

Nayara masuk dengan dokumen di tangannya, lalu mendapati Devandra sedang berdiri di depan jendela besar dengan pemandangan kota yang sibuk di luar sana. Cahaya matahari senja menerobos masuk, memantulkan siluet tubuh tegapnya.

"Tuan Mahendra, ini laporan tambahan yang tadi Anda minta." Nayara meletakkan dokumen itu di atas meja dengan hati-hati.

Devandra berbalik, tatapannya langsung jatuh pada Nayara. Namun kali ini, wajahnya tampak sedikit lebih lembut dari biasanya. "Kamu bisa panggil saya Devandra, Nayara. Bukankah sudah saya bilang?"

Nayara terdiam sejenak sebelum mengangguk pelan. "Baik... Devandra."

Senyum tipis terukir di wajah pria itu, membuat Nayara merasa semakin canggung. Devandra mengambil laporan itu, memeriksanya sekilas, lalu menutupnya. "Bagus. Kamu memang selalu bisa diandalkan."

"Terima kasih," jawab Nayara cepat.

Devandra berjalan menuju meja kerjanya, tapi alih-alih duduk, ia bersandar di sisi meja sambil menatap Nayara lekat-lekat. "Nayara, saya ingin bertanya sesuatu. Ini mungkin terdengar pribadi, jadi jika kamu tidak nyaman menjawab, saya mengerti."

Nayara menatapnya dengan bingung. "Apa itu?"

"Kamu selalu terlihat serius dan berdedikasi. Tapi saya penasaran... apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan? Maksud saya, apa ada alasan kenapa kamu selalu bekerja lebih keras dari siapa pun di sini?"

Pertanyaan itu membuat Nayara terdiam. Ia tidak pernah menyangka Devandra akan menanyakan hal sepersonal itu. "Saya... hanya ingin memberikan yang terbaik untuk pekerjaan ini," jawab Nayara hati-hati.

"Jawaban selalu seperti itu, tapi bagus," gumam Devandra, senyum samar kembali muncul di wajahnya. "Tapi saya harap, suatu saat nanti, kamu bisa lebih terbuka. Bukan sebagai karyawan, tapi sebagai Nayara."

Nayara menunduk, merasa pipinya memanas. "Saya pikir saya sudah cukup terbuka, Devandra."

"Belum." Devandra menggeleng pelan. "Tapi tidak apa-apa. Saya punya banyak waktu untuk mengenalmu lebih dalam."

Suasana di ruangan itu mendadak hening. Nayara merasa jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Perkataan Devandra tadi terdengar begitu tulus, namun juga penuh tanda tanya.

---

Hari-hari berikutnya berjalan dengan lebih intens untuk Nayara. Sejak makan siang mereka beberapa hari lalu, sikap Devandra padanya mulai berubah—bukan dalam arti negatif, tapi lebih... perhatian. Devandra kerap memanggilnya secara khusus untuk membahas proyek, bahkan sesekali mengajaknya makan siang bersama lagi. Hal itu tentu saja memicu banyak desas-desus di antara rekan kerja mereka, terutama Lisa, yang tidak pernah bosan menggoda Nayara setiap ada kesempatan.

"Nay, aku nggak tahu kamu punya pesona yang bisa menaklukkan Devandra Mahendra!" goda Lisa suatu pagi.

"Lisa, tolong berhenti ngomong seperti itu!" Nayara memprotes sambil menatap sahabatnya dengan kesal. Namun, jauh di dalam hati, Nayara tidak bisa menyangkal bahwa sikap Devandra memang membuatnya bingung.

Di satu sisi, Nayara tahu batasan antara atasan dan bawahan harus dijaga. Tapi di sisi lain, sikap Devandra yang semakin perhatian membuat perasaannya mulai goyah. Apa ini benar-benar hanya profesionalitas? pikirnya berkali-kali.

---

Pada suatu sore, ketika Nayara sedang bersiap-siap pulang, suara panggilan dari ponselnya membuatnya tertegun. Nama Devandra muncul di layar, membuat hatinya berdegup kencang.

"Halo? Devandra?" sahut Nayara pelan.

"Nayara, apa kamu punya waktu sebentar? Aku ingin bertemu. Bukan di kantor, tapi di kafe dekat sini."

Nayara terdiam sejenak, mencoba memproses permintaan itu. "Sekarang?"

"Ya, hanya sebentar. Aku tunggu di sana," ujar Devandra sebelum menutup telepon.

Nayara mendesah panjang. Ia tidak tahu apa yang ingin dibicarakan Devandra, tapi sesuatu dalam suaranya membuatnya tidak bisa menolak. Dengan sedikit ragu, ia akhirnya memutuskan untuk pergi.

Saat tiba di kafe kecil yang disebut Devandra, Nayara mendapati pria itu sudah duduk di sudut ruangan dengan dua cangkir kopi di mejanya. Penampilannya terlihat lebih santai dibandingkan biasanya, tanpa jas, hanya kemeja biru yang digulung hingga siku.

"Nayara, duduklah," ujar Devandra sambil tersenyum kecil.

Nayara menurut, lalu menatapnya penuh tanda tanya. "Apa ada sesuatu yang penting, Devandra?"

Devandra menatap Nayara dengan serius, lalu akhirnya membuka suara. "Aku tahu ini mungkin terdengar aneh, Nayara. Tapi akhir-akhir ini, aku merasa semakin ingin mengenalmu lebih dekat. Bukan hanya sebagai bagian dari timku, tapi sebagai... seseorang yang spesial."

Nayara menatapnya dengan mata melebar. "Seseorang yang spesial?"

"Ya." Devandra mengangguk. "Aku tahu batasan kita sebagai atasan dan bawahan, dan aku tidak ingin membuatmu merasa tertekan. Tapi aku ingin jujur pada diriku sendiri. Kamu telah menarik perhatianku sejak lama, Nayara. Dedikasimu, ketulusanmu... semuanya."

Nayara terdiam, merasa sulit bernapas untuk beberapa detik. "Devandra... ini—"

"Aku tidak meminta jawaban sekarang, Nayara." Devandra memotongnya dengan lembut. "Aku hanya ingin kamu tahu perasaanku. Dan jika kamu siap, aku ingin kita memulainya dengan perlahan."

Suasana di antara mereka menjadi hening. Nayara tidak tahu harus berkata apa. Namun, jauh di dalam hatinya, kata-kata Devandra barusan membuat sesuatu dalam dirinya bergetar.

"Devandra, saya tidak tahu... apakah ini ide yang baik."

"Aku tahu ini rumit," jawab Devandra dengan suara tenang. "Tapi aku percaya, kita bisa menemukan jalannya jika kita berusaha bersama."

Nayara menatapnya lama, lalu akhirnya berkata pelan, "Berikan saya waktu untuk memikirkannya."

Devandra tersenyum tipis. "Tentu. Aku akan menunggu, Nayara."

---

To Be Continued..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta CEO Muda   Bab 21: Bayang-bayang Masa Lalu

    Di sebuah ruang kerja megah, Mahendra duduk di balik meja kayu mahoni yang besar. Ia menatap layar laptopnya, membaca laporan terbaru dari timnya yang melacak Nayara. Sorot matanya tajam, penuh determinasi. Baginya, wanita itu adalah alasan utama mengapa Devandra semakin jauh dari keluarga dan tanggung jawabnya sebagai pewaris perusahaan. Mahendra menutup laptopnya dengan kasar dan memijat pelipisnya. "Anak itu keras kepala," gumamnya pelan. "Jika dia tidak segera sadar, semua yang telah aku bangun akan sia-sia." Beberapa bulan terakhir, Mahendra merasakan perubahan besar pada Devandra. Putra nya yang dulu dingin tak tersentuh. Kini berubah hangat dan peduli bahkan penuh perhatian. Saat Nayara muncul dalam hidup Devandra. Wanita muda itu mungkin tidak sadar, tetapi kehadirannya memberi Devandra alasan untuk perubahan Devandra bahkan kini putranya semakin jauh untuk dia gapai. Nayara wanita dengan asal usul yang tidak jelas. Hidup sebatang kara di dunia ini... itu mustahil kecuali d

  • Gairah Cinta CEO Muda   Bab 20: Antara Cinta dan Ketakutan

    Nayara duduk termenung di apartemennya yang mungil di New York. Hatinya diliputi campuran emosi yang sulit ia pahami. Kecewa atas pembatalan kontraknya, bingung dengan tindakan Mahendra, dan kini ada sesuatu yang lebih rumit mengusik pikirannya, perasaannya terhadap Devandra. Selama ini, Nayara mengira Devandra hanyalah seseorang yang hadir dalam hidupnya sebagai teman kerja profesional. Namun, kenyataan bahwa ia terus memikirkan pria itu, merindukan suaranya, dan merasa hampa saat tidak bisa menghubunginya membuatnya sadar: ia telah jatuh cinta. "Kenapa harus dia?" pikir Nayara sambil memeluk lututnya di sofa. "Kenapa aku harus mencintai seseorang yang hidupnya penuh rahasia?" Perasaan itu terasa indah sekaligus menakutkan. Ia takut terluka, terutama karena Devandra adalah bagian dari keluarga yang kini menjadi sumber masalahnya. Bagaimana jika perasaannya hanya akan membawa lebih banyak kesedihan? --- Hari berikutnya, Nayara memutuskan untuk mencari udara segar di Central Park.

  • Gairah Cinta CEO Muda   Bab 19: Bayangan Dibalik Kesuksesan Nayara.

    Nayara menghubungi agen nya dan menceritakan kabar baik itu. Agen nya sangat bahagia mendengar itu dan langsung mengatur jadwal pertemuan untuk menandatangani kontrak esok.Nayara merasa sangat bahagia dan bersemangat. Mimpi nya akhirnya terwujud. Ia akan menjadi model utama 'The Muse', salah satu perusahaan fashion terbesar di New York.Ia berjalan keluar dari kantor 'The Muse' dengan langkah yang ringan, senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Ia merasakan seolah-olah semua yang ia lakukan selama ini terbayar lunas.Namun, di balik kebahagiaan itu, ada sebuah rasa kekosongan yang menyeruak di hatinya. Ia merasa sedikit hampa tanpa Devandra. Ia mengingat pertemuan terakhir mereka di Indonesia. Kata-kata Devandra masih terngiang di telinganya. "Kamu tidak harus menghadapi semuanya sendirian."Nayara tahu bahwa Devandra memiliki masalah yang besar, namun ia tak perna

  • Gairah Cinta CEO Muda   Bab 18: Antara Cinta dan Ketakutan

    Devandra kembali ke kamarnya, matanya tertuju pada bayangannya sendiri di cermin. Ia menatap wajahnya yang dingin, mencerminkan kepribadiannya yang keras kepala dan tertutup. Ia selalu begitu, tak mau menunjukkan kelemahan di depan orang lain. Ia terbiasa dengan dunia yang keras dan penuh bahaya.Ia mengingat perkataan Nayara, "Kamu tidak harus menghadapi semuanya sendirian." Namun, bagaimana bisa ia berbagi beban yang ia tanggung selama ini?Ia tak pernah melupakan kekecewaan yang dalam yang ia rasakan ketika ayahnya, Mahendra, meninggalkan ibunya dan dirinya. Kekecewaan itu menyeruak kembali ketika ia melihat Mahendra bersama istri barunya. Devandra tak pernah memaafkan ayahnya.Ayahnya yang seharusnya menjadi tiang penyangga kehidupan, yang seharusnya memberikan perlindungan dan cinta, justru meninggalkan mereka saat mereka paling membutuhkan. Devandra merasa dikhianati. Ia merasakan bahwa ibunya men

  • Gairah Cinta CEO Muda   Bab 17: Bayang Ancaman dan Perpisahan yang Berat

    Setelah Nayara pergi, Devandra berdiri mematung di sudut ruangan. Pikirannya kacau, bercampur aduk antara rasa marah, khawatir, dan sedih. Kehadiran ayahnya, Mahendra, di acara ini bukan hanya mengancam dirinya tetapi juga orang-orang yang ia sayangi. Dan sekarang, ancaman itu semakin nyata. Devandra melangkah menuju balkon hotel untuk menenangkan diri. Udara malam yang dingin menerpa wajahnya, tetapi tidak cukup untuk mendinginkan pikirannya yang bergolak. Ia mengingat setiap kata ayahnya, setiap ancaman yang dilontarkan dengan nada datar namun penuh intimidasi. "Kalau aku menyerah pada ancamannya, aku sama saja membiarkan dia menang," gumam Devandra sambil mengepalkan tangannya. "Tapi kalau aku terus melawan, Nayara dan yang lain akan menjadi targetnya." Ia menatap langit malam yang gelap. Pikirannya melayang ke masa lalu, saat ibunya masih hidup. Ia teringat senyuman lembut ibunya yang selalu menjadi sumber kekuatan bagi dirinya. Tapi sekarang, ia merasa sendirian. Hanya dirinya

  • Gairah Cinta CEO Muda   Bab 16: Kemunculan Ayah Devandra

    Saat ini Devandra kembali masuk ke dalam hotel dengan langkah berat, pikirannya terus tertuju pada sang ayah yang setelah sekian lama nya ia diberi peringatan yang begitu membuatnya terancam, dimana ayahnya mengancam seluruh orang terdekat di sekitar nya termasuk Nayara. Entah jalan apa yang akan ia ambil untuk langkah selanjutnya. Karna awal ancaman ayahnya dulu sangat tidak terlalu membuatnya takut tidak seperti sekarang, karena semuanya sudah berubah. Inilah yang ia takutkan di saat ingin mendekati lebih sosok Nayara karena cepat atau lambat ayah nya pasti tau dirinya mendekati seorang perempuan dan sekarang akan menjadi tersangka ancaman nya.Disaat Devandra tengah berkelahi dengan pikiran nya, jauh dari sana seseorang memperhatikan Devandra dengan secangkir minuman di tangannya. "Kamu sudah tidak bisa lari lagi dari ku, Devan." Pria itu, berjalan mendekati Devandra dengan langkah tenang. Dia, Ayah Devandra yang tidak lama datang menginjak lantai hotel dan bergabung dengan tamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status