Главная / Romansa / Gairah Cinta CEO dan Peramalnya / Bab 226: Perpisahan dengan Eliot

Share

Bab 226: Perpisahan dengan Eliot

Aвтор: Aurelia Rahmani
last update Последнее обновление: 2025-06-24 23:52:26

Namun sebelum ia sempat menyentuh tangan gadis itu, Aurora menatapnya tajam—mata yang semalam penuh rasa kini berubah jadi air mata.

Plak.

Satu tamparan mendarat di pipi Eliot. Bukan karena kebencian, tapi karena kekacauan hati Aurora sendiri.

“Aku… aku sedang rapuh, dan kamu tahu itu. Kenapa kamu biarkan ini terjadi?” suaranya gemetar.

Eliot menunduk, tidak marah. Ia tahu rasa bersalah itu tidak hanya milik Aurora. Ia tahu, semalam bukan sekadar kesalahan—tapi juga jeritan dua jiwa yang sedang mencari pegangan.

"Aku minta maaf…" ucapnya pelan. “Aku pikir kamu… ingin merasa dicintai.”

Aurora menatap ke luar jendela. Napasnya berat. "Tapi cinta bukan pelarian."

Mereka terdiam. Di antara mereka ada luka yang belum sembuh, dan keputusan semalam akan menjadi benang kusut yang harus mereka urai bersama.

Entah sebagai teman, atau sebagai dua orang yang sempat menyentuh cinta... namun belum tahu ke mana arah selanjutnya.

***

Sudah satu minggu berlalu sejak kejadian malam itu. Aurora tidak pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Заблокированная глава

Latest chapter

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 230: Teriakan dan Tangisan

    Pagi belum sepenuhnya menyapa, tapi kehangatan di kamar itu sudah terasa sempurna.Raku dan Aurora masih dalam pelukan, terbungkus oleh hangatnya selimut dan emosi yang menenangkan. Tak banyak kata—hanya napas yang menyatu dalam keheningan penuh makna.Raku menyentuh jemari Aurora, menggenggamnya lembut, lalu membalik tubuhnya agar bisa lebih dekat, lebih saling memandang. Aurora menyambut, tak ada penolakan, hanya kepercayaan dan cinta yang tak terucap.“Boleh kita ulangi momen semalam?” bisik Raku dengan suara serak pagi hari.Aurora tersenyum kecil, lalu mengangguk. Mereka saling mendekat, seperti tarikan alamiah yang tak bisa dihindari. Setiap gerakan bukan sekadar fisik, tapi ungkapan dari rindu yang terpendam dan cinta yang tumbuh semakin kuat sejak jadi orang tua.Gerakan mereka seperti tarian, lembut dan perlahan, namun perlahan meningkat intensitasnya, mengikuti irama hati yang semakin tak sabar mengekspresikan rasa.Dan ketika semuanya mencapai puncak keindahannya, mereka te

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 229: Malam Romantis yang Dinanti

    “Aku mencintainya, Ma, Pa. Aku akan bertanggung jawab. Kami hanya belum berani bilang karena takut mengecewakan kalian.”Ayah Raku terdiam, memandang Aurora yang sedang berusaha berdiri tegak sambil menahan nyeri punggung.Ibunya akhirnya bicara, lebih tenang, walau masih kecewa. “Kalau kamu memang serius dan mau bertanggung jawab, maka cepatlah menikah. Jangan biarkan cucu kami lahir tanpa nama keluarga yang jelas.”Raku mengangguk mantap. “Kami akan menikah… sebelum anak kami lahir. Terima kasih, Ma, Pa… atas kesempatan ini.”Mata Aurora berkaca-kaca, bukan karena takut, tapi karena merasa diberi ruang untuk memperbaiki semuanya.Hari itu di supermarket, tanpa rencana, pertemuan yang mendebarkan justru membuka pintu harapan untuk babak baru dalam kehidupan mereka.***Suara napas Aurora mulai tak beraturan, tangannya menggenggam ponsel erat. Dengan jempol yang sedikit bergetar, ia menekan nomor Mama. Setelah beberapa detik nada tunggu, suara lembut yang sangat dirindukannya terdenga

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 228: Bercinta Lagi

    Malam itu, Aurora duduk di sisi jendela apartemen, memandangi langit Tokyo yang temaram. Raku duduk tak jauh darinya, menatap wajah perempuan yang ia cintai sejak dulu, kini tengah mengandung anak mereka—hadiah yang tak terduga tapi juga penuh makna.“Rak,” bisik Aurora pelan, suaranya nyaris seperti angin malam. “Waktu itu… kita melakukannya dalam keadaan mabuk. Tanpa sadar. Tanpa benar-benar mengingat.”Raku mengangguk pelan, tatapannya lembut. “Iya, aku tahu.”Aurora menoleh padanya, mata mereka bertemu dalam keheningan. “Bagaimana kalau… kita melakukannya sekarang? Bukan karena mabuk. Tapi karena kita sadar. Karena kita saling mencintai.”Tidak ada jawaban dari Raku. Hanya senyum yang tumbuh perlahan. Ia mendekat, meraih tangan Aurora dan mengecup jemarinya. Tak ada kata-kata lagi. Hanya kehangatan yang menyelimuti mereka malam itu.**Pagi harinya, sinar matahari menerobos jendela. Aurora terbangun lebih dulu, dengan senyum yang belum pernah sehangat itu. Di lantai, pakaian merek

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 227: Mendadak Hamil

    Satu bulan berlalu sejak Aurora dan Raku saling memaafkan.Langit sore itu tampak teduh ketika Aurora dan Raku duduk di bangku taman belakang rumah. Angin semilir meniup rambut Aurora pelan. Raku menatapnya, menunggu kalimat yang sepertinya ingin keluar dari bibirnya sejak tadi."Aku… udah tes, dan hasilnya negatif. Aku nggak hamil," ucap Aurora, sambil memandang rerumputan.Raku menarik napas lega. "Kamu… nggak sedih?"Aurora menggeleng pelan. "Justru lega. Itu bukan cinta, Rak. Itu tekanan, trauma, dan luka. Dan aku gak mau ada jiwa yang lahir dari perasaan seperti itu."Raku tersenyum kecil. "Kamu kuat, Ro."Aurora menoleh dan tersenyum balik. "Ngomong-ngomong, kamu kapan balik ke Jepang?""Minggu depan. Ada tugas kerja sama kampus selama tiga bulan."Aurora menggigit bibirnya, lalu memberanikan diri, "Kalau aku ikut kamu ke Jepang… satu bulan aja, gimana? Mau healing, jalan-jalan, nulis jurnal hidup… dan boleh numpang di apartemen kamu?"Mata Raku membesar, lalu tertawa bahagia. "

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 226: Perpisahan dengan Eliot

    Namun sebelum ia sempat menyentuh tangan gadis itu, Aurora menatapnya tajam—mata yang semalam penuh rasa kini berubah jadi air mata.Plak.Satu tamparan mendarat di pipi Eliot. Bukan karena kebencian, tapi karena kekacauan hati Aurora sendiri.“Aku… aku sedang rapuh, dan kamu tahu itu. Kenapa kamu biarkan ini terjadi?” suaranya gemetar.Eliot menunduk, tidak marah. Ia tahu rasa bersalah itu tidak hanya milik Aurora. Ia tahu, semalam bukan sekadar kesalahan—tapi juga jeritan dua jiwa yang sedang mencari pegangan."Aku minta maaf…" ucapnya pelan. “Aku pikir kamu… ingin merasa dicintai.”Aurora menatap ke luar jendela. Napasnya berat. "Tapi cinta bukan pelarian."Mereka terdiam. Di antara mereka ada luka yang belum sembuh, dan keputusan semalam akan menjadi benang kusut yang harus mereka urai bersama.Entah sebagai teman, atau sebagai dua orang yang sempat menyentuh cinta... namun belum tahu ke mana arah selanjutnya.***Sudah satu minggu berlalu sejak kejadian malam itu. Aurora tidak pe

  • Gairah Cinta CEO dan Peramalnya   Bab 225: Terjebak Tidur Bersama

    Raku membeku. Dadanya serasa diremukkan. Dua hari lalu Renna bilang hamil? Tapi sekarang dia bilang sudah dua bulan?Kenyataan langsung menghantam. Rasa bersalah yang sempat tumbuh, rasa tanggung jawab yang mengganggu pikirannya selama dua hari terakhir—semuanya langsung runtuh.Renna sedang memanipulasi. Dia bukan hanya berbohong, tapi juga mencoba menjebaknya.Raku perlahan mundur dari pintu, menahan amarah, kecewa, dan… rasa lega. Ia tahu satu hal: apa pun yang terjadi malam itu, itu adalah kesalahan—tapi ia tak akan membiarkan kebohongan jadi luka seumur hidup.Dia mengeluarkan ponsel dan mengirim satu pesan ke Aurora:“Aku ingin bicara. Dan kali ini, aku akan jujur.”***Langit Amsterdam mendung sore itu. Di dalam kamar kecilnya, Aurora menatap layar laptop yang sedang menampilkan wajah Raku. Wajah itu terlihat lelah, mata sedikit sembab. Mereka sudah saling menyapa, tapi hening panjang menggantung di antara mereka.“Aurora…” Raku membuka suara dengan berat.Aurora menunggu. Tang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status