Share

Gairah Cinta Om Mafia
Gairah Cinta Om Mafia
Author: De Lilah

BAB 1 # Budak Nafsu

Jika ada pepatah: habis jatuh tertimpa tangga, maka begitulah nasib Arren yang sebenarnya.

Sudah beberapa tahun ini, ia kehilangan ibunda tercinta. Ayahnya yang dulunya gagah dan kaya raya, kini tak ubahnya sampah masyarakat karena perangai buruknya: seorang alkoholik dan penjudi akut yang seolah tanpa dosa.

Di usianya yang masih belia—19 tahun—Arren harus membanting tulang untuk menafkahi dirinya dan ayah yang tidak bisa bekerja. Pria itu hanya tahu cara berhutang dan menghabiskannya dalam semalam. Nasib Arren benar-benar malang.

“Akh ….”

Rasa sakit kembali menjalar. Kali ini, Arren merasakannya di area paha dan sebelah kakinya, setelah sebelumnya, hanya denyut di kepala saja yang menyakitinya.

“Di mana aku?”

Arren menyipitkan mata, memindai setiap benda yang ada di sekitarnya. Gelap. Arren tidak dapat melihat apa-apa.

“Errgh ….”

Arren mengerang karena tiba-tiba, rasa perih muncul di area vitalnya. Apa yang terjadi? Mengapa dia ada di tempat asing seperti ini?

TIba-tiba, pintu yang ada di sisi kiri ranjangnya, terbuka perlahan. Sesosok pria berbadan besar tampak berdiri dan memasuki tempat di mana Arren sedang linglung, seperti tak sadarkan diri.

“Ah, cantikku sudah bangun, rupanya?”

Suara bariton itu mengejutkannya. “Si–siapa kau?” Arren ketakutan dan menggeser tubuhnya sampai ke luar ranjang. Bahkan, ia hampir terjatuh karena tak dapat menerka di mana ujung ranjang itu berada.

“Ssshh ….”

Pria itu semakin mendekat, kali ini, dia akhirnya sampai di peraduan, tempat Arren terbaring pasrah, tak berdaya.

“Le–lepaskan!” Arren berteriak, setelah pria itu tiba-tiba menyeret tubuhnya mendekat. Hanya dengan sebelah tangan, pria itu berhasil merengkuh Arren dan menangkapnya ke dalam buaian.

“Mmhh … aroma ini. Aroma yang kusenangi,”

Pria itu menelusur setiap inci tubuh Arren dengan paksaan. “Arrgh!” Arren menjerit karena terkejut. Namun, ia dapat merasakan sensasi asing yang menggoyahkan hati dan pikiran warasnya.

“Bajingan gila!” teriaknya sambil menendang pria itu hingga jatuh tersungkur di hadapannya.

“Wah, wah! Sudah main kasar rupanya!" Alih-alih menyerah, pria itu semakin agresif dan kali ini, ia melepaskan kemeja yang tadi masih bertengger di bahunya, meski seluruh kancingnya sudah terlepas semua.

Arren menangis. Ia benar-benar tidak mengenal pria itu. Apa ini? Apakah … dia sedang diculik dan diperkosa?

“Kau adalah budakku. Paham? Kau harus melayaniku! Aku menebusmu dengan sangat mahal dari ayahmu itu!”

Perkataan pria itu lebih menyakitkan daripada gigitan yang kini sedang dilancarkan pada area dada.

“A–ayah?” Arren menggumam, sambil berusaha melepaskan diri namun tak bisa. Kekuatan pria yang sedang menyerangnya itu benar-benar di luar kuasanya. Arren lemah, tak berdaya.

“Ya. Ayahmu telah menjualmu padaku. Sekarang, kau adalah budakku! Paham?”

Tanpa bicara lagi, pria itu kembali mereguk madu dalam diri Arren, seperti malam kemarin, yang tidak Arren ingat lagi.

***

Kemarin malam, Arren diculik dan disekap oleh Leonard Connor, seorang bos mafia kejam yang sedang beruntung karena menang judi.

Dalam permainan itu, Leon berhasil mengalahkan seorang pria tua yang tidak memiliki apa-apa selain putri tercintanya, Arrendice Hart.

Tidak ada yang mengira bahwa Leon akan menerima pembayaran kemenangan berupa seorang gadis perawan.

“Di mana anak itu?” tanya Leon tak sabar. Kebetulan, gairahnya malam ini harus dipuaskan.

Ayah Arren—seorang duda pemabuk dan penjudi—menunjukkan kediamannya. Leon segera menuju ke sana setelah memenangkan pertaruhan.

“Tolong jangan sakiti dia,” ucap sang Ayah sebelum melepas putrinya pergi.

“Cara bicaramu seperti orang suci saja. Cih!” cemooh Leon tanpa ingin mendengar apapun lagi.

Begitulah pada akhirnya, Arren malang yang baru saja pulang dari bekerja, harus dihadapkan dengan insiden mengerikan. Arren menjadi pemuas nafsu orang asing yang bahkan tidak dikenalnya.

Leon, di sisi lain, bisa saja membeli seluruh gadis di kotanya, namun hal itu tidak menarik. Penyerahan paksa seperti inilah yang membangkitkan gairah buasnya, sehingga tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Leon merasa menang. Leon sangat dominan. Dialah dewa kematian.

"Kemarilah ..." panggil Leon lembut ke Arren yang berguling di kaki ranjang, setelah menyadari bahwa ia telah ditelanjangi tanpa perlawanan. Arren tidak menjawab, ia tidak bersuara. Tubuhnya menggigil gemetar dengan situasi yang di luar kehendaknya.

"Aku sudah cukup bermanis kata, sekarang, keluarlah, atau aku harus mengajarimu," ucap Leon masih bermulut manis pada tawanannya.

Arren kebingungan, ia tidak tahu harus berbuat apa. Deru napas Leon menggeram seperti singa yang kelaparan. Kesunyian kamar menjadi lebih mencekam. Arren yang sedang telanjang, tidak memiliki pilihan, selain menyerahkan diri, atau ... ia harus ditarik paksa tanpa belas kasih lagi.

'Oh, Ibu ....' gumamnya dalam hati.

"KENA!"

“KYA!”

Sebuah pisau menancap pada kaki Arren, setelah Leon sudah cukup bersabar dengannya.

"Seharusnya kau menurut saja, jadi kau tidak terluka," ucap Leon yang kini telah beradu cinta dengan liarnya. Jemarinya menyelusup ke dalam inti gadis itu dengan kasar, sedangkan sebelah tangannya diikat dengan tali tampar.

"AKH!!" jeritan Arren malah semakin membangkitkan gairah buasnya. Darah mengucur hangat, begitu pula deru napasnya. Dalam gelap dan heningnya malam, hanya suara derit ranjang yang menggema di dalam ruangan.

Arren yang sudah kehilangan banyak darah dan hampir pingsan, tidak peduli lagi dengan kesakitan lain yang mendera bagian vitalnya. Ia bahkan seperti mayat yang tak mengeluarkan suara. Arren sama sekali tidak merasakan perih atas luka-luka yang baru dideritanya.

“Ahh … Kau … nikmat sekali ….”

Setelah puas, menuntaskan birahinya, Leon membiarkan Arren begitu saja. Gadis itu terus menangis, mengerang, kemudian tertidur. Keesokan paginya, ia seolah tidak mengingat apa-apa. Hanya saja, rasa sakit itu tentu akan selalu terasa.

De Lilah

Ayo kirimkan Gem untuk mendukung karya ini naik peringkat! Follow juga agar terus update cerita terbaru dari Madam, xoxo.

| 7
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Evita Maria
bagus ceritanya kak...
goodnovel comment avatar
De Lilah
Makasi kak
goodnovel comment avatar
Widi.P
Bagus ceritanya, enak juga di baca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status