Share

Bab 8 # Sentuhanmu

Pengawal yang bertugas menjaga keselamatan Arren memintanya untuk turun dari pohon. Sungguh, situasi ini dapat menjadi poin hukuman dan juga pengurangan gaji jika saja majikan mereka mengalami cedera.

"Tenanglah, aku jago memanjat," sahut Arren dengan keyakinan. Ia menggerakkan kakinya secara perlahan-lahan, naik ke atas satu persatu hingga mencapai ujung dahan.

Di ujung sana, terdapat sarang burung pipit yang kehilangan salah satu anaknya.

"Nah, baik-baik ya, burung kecil," ucap Arren dengan lembut, kemudian meletakkan kembali burung yang terjatuh tadi ke dalam sarangnya.

Arren hendak beranjak pergi untuk menuruni batang pohon yang kokoh namun licin itu, namun, nahas, kakinya terpeleset.

"Aaaaaaakkkhh....."

Arren terpeleset, dan hampir terjatuh. Bisa-bisa, kakinya terkilir. Untung saja, seseorang menangkap tubuhnya tepat waktu. Arren benar-benar bersyukur. Rupanya, pengawal yang ditugaskan oleh Leon ada gunanya juga.

"Siapa yang sedang menyelamatkan siapa?" tukas Leon dengan rasa tidak senang karena Arren hampir berada dalam bahaya sekali lagi. Para pengawal saling pandang dengan tatapan khawatir. Mereka sadar bahwa mereka tidak akan mendapatkan upah lembur hari itu.

"Tu--tuan Leon, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Arren sambil menyingkirkan tubuhnya sendiri yang telah menindih Leon. Bahkan, ia bisa merasakan batang Leon yang tiba-tiba mengeras ketika beradu dengan area bawahnya yang berbuntal dua.

"Pertanyaan yang sama untukmu," sahut Leon tanpa memberi jawaban.

"A--aku. Aku sedang berjalan-jalan," sahut Arren sambil membersihkan bajunya yang bernoda tanah. Ia melihat pakaian Leon juga tampak mengkerut, dan memiliki noda sama seperti dirinya.

Arren mendekat untuk membersihkan sang penyelamatnya dengan niat tulus, karena ia tidak ingin Leon mendapatkan masalah ketika mulai bekerja. Bukankah, kebersihan dan kerapihan adalah citra seorang pimpinan?

Dengan sigap, Arren menyingkirkan debu-debu dan noda tanah di area celana milik Leon. Tangannya mengusap-usap celana Leon yang kotor dan penuh lempung. Tanpa disadari, ada sesuatu yang menyembul dari balik celana itu. Arren begitu terkejut dan gemetar, lalu … menyudahi aktivitas bersih-bersih itu.

Leon tampak menahan getaran asing yang menjalari seluruh tubuhnya. Ia tampak gemetar, dan lututnya yang beradu dengan lutut Arren tidak kuat menahan godaan sang pembersih dadakan.

"Ikut aku!" seret Leon pada Arren yang tampak merona malu karena telah berbuat hal aneh padanya.

BRAK!

Leon mendobrak pintu gudang dengan sisa tenaganya. Gudang itu seharusnya adalah tempat untuk menyimpan pupuk dan beberapa alat perkebunan. Kali ini … gudang itu akan menjadi saksi pergumulan panas dua insan yang sedang mengeja arti kenikmatan dan … cinta.

“Mmhh ….”

Arren mendesah ketika Leon mulai melumat bibirnya. Dengan perlahan, pria itu membimbing Arren untuk merasakan kenikmatan. “Tu–tuan ….”

“Sshh ….”

Jemari Leon membungkam pembicaraan. “Aku akan melakukannya dengan perlahan, hm?”

Kali ini, anehnya … Leon meminta persetujuan. Seakan terbius oleh nafsu setan, Arren mengiyakan. Sejak saat itulah, Arren mulai dapat merasakan kenikmatan hubungan badan. 

"Heuuuphh," Secara cepat, Leon menyesap aroma mawar yang ada pada tengkuk dan leher gadis itu sampai habis tanpa sisa. Mereka pun melakukan pergumulan panas yang tidak pernah diduga. 

Nikmat.

Itu lah kata-kata yang tepat menggambarkan bagaimana sensasi berhubungan dengan seorang pria. Arren merasa berdosa, namun … detik kemudian, ia mulai terbiasa.

“Aakh ….” Gadis itu tak berkutik ketika Leon menghimpit tubuhnya dengan perkasa. Ia hanya pasrah menerima setiap jejakan kasar dari otot tubuhnya yang mengeras semua. “Sakit, Tuan,” erang Arren namun tak bisa menutupi kenikmatan yang juga ia dapatkan.

“Hm? AH ….”Leon terus mengguncangkan tubuhnya, menciptakan setiap desir panas yang memenuhi dada hingga ke kepala. Arren menikmatinya. Namun … di saat yang sama, Arren juga merasa tak boleh larut dalam syahwat terlarang ini.

"Panggil namaku, Sayang," ucap Leon sambil terus memompa tubuhnya.

"Le--leon," bisik Arren sambil melingkarkan tangannya, mengikat tubuh perkasa pria yang telah memberinya kenikmatan sesaat itu.

"Haaaaah.... "

Mereka berdua terkulai lemas, setelah berhasil mencapai puncak bersama-sama. 'Arren bodoh! Sedang apa kau saat ini?' rutuknya pada diri sendiri setelah berhasil memuaskan diri.

'Apa laki-laki ini hanya tahu s*ks saja? Tidakkah ia ingin melakukan hal lain yang lebih berguna?' gumamnya sambil membuang muka, tidak ingin terlihat bodoh di mata Leon.

"Arren, aku ingin memberitahu sesuatu," ucap Leon sambil bangkit dan mulai berpakaian. Ia menolong Arren berdiri sebelum keluar dari gudang. 

"Ya, silakan," sahut Arren sambil memakai kembali gaunnya dan merapikan rambut yang berantakan. Ia juga tampak mengusap peluh yang bercampur dengan aroma Leon sehingga menghasilkan wangi baru yang menggairahkan. 

Oh tidak, apa yang sedang Arren pikirkan?

"Ini tentang kasus peracunanmu. Aku sudah menemukan tersangkanya," ucap Leon sambil menatap lurus ke arah Arren.

"Y--ya? Tersangka? Berarti belum pasti pelakunya?" tanya Arren seakan paham dengan maksud Leon.

"Ya, itu benar. Sepertinya, mereka bergerak bersama. Aku tidak yakin dia bisa mendapatkan racun langka itu tanpa koneksi. Menurutmu, apa yang akan kau lakukan untuk menghukumnya?" tanya Leon meminta pertimbangan Arren.

Gadis itu menatap Leon dengan wajah gusar. Ia bukanlah orang yang terbiasa memberi hukuman. “Te–terserah Anda saja, Tuan.”

“Panggil dengan namaku, mulai sekarang.”

“Baik. Le–leon.”

Pria itu tersenyum mendengar panggilan baru yang disematkan gadis pujaan hatinya. Leon. Entah kenapa, nama itu terdengar merdu di telinga.

“Aku meminta pendapatmu karena jika aku yang menghukumnya, itu artinya … membunuhnya.”

“A–apa?” Arren membeliak. Tentu saja nyawa orang seharusnya sangat berharga. “Jangan!” 

“Mengapa? Dia bahkan hampir membunuhmu!” Leon menggeram, mempertanyakan logika Arren yang berseberangan.

“Yah. Memang betul, tapi … Saya bahkan tidak dapat mengingat peristiwa peracunan itu,” Arren muram. Sebagian ingatannya telah hilang. Ia tidak mengetahui bahwa Venn telah menyuntikkan zat halusinogen untuk mengacaukan memorinya.

“Tidak masalah. Hukum Leon bukanlah hukum negara. Kau bisa menghukum siapa pun yang kau suka.”

Arren menggeleng. Tidak semudah itu mengambil nyawa seseorang. Namun, apa yang bisa ia lakukan?

De Lilah

Ayo kirimkan Gem untuk mendukung karya ini naik peringkat! Follow juga agar terus update cerita terbaru dari Madam, xoxo.

| 7
Komen (2)
goodnovel comment avatar
De Lilah
terima kasih. mohon votenya bintang 5 ya kak ......
goodnovel comment avatar
Tia Harta
bagus banget ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status