Home / Romansa / Gairah Cinta Om Mafia / Bab 8 # Sentuhanmu

Share

Bab 8 # Sentuhanmu

Author: De Lilah
last update Last Updated: 2023-08-02 13:18:34

Pengawal yang bertugas menjaga keselamatan Arren memintanya untuk turun dari pohon. Sungguh, situasi ini dapat menjadi poin hukuman dan juga pengurangan gaji jika saja majikan mereka mengalami cedera.

"Tenanglah, aku jago memanjat," sahut Arren dengan keyakinan. Ia menggerakkan kakinya secara perlahan-lahan, naik ke atas satu persatu hingga mencapai ujung dahan.

Di ujung sana, terdapat sarang burung pipit yang kehilangan salah satu anaknya.

"Nah, baik-baik ya, burung kecil," ucap Arren dengan lembut, kemudian meletakkan kembali burung yang terjatuh tadi ke dalam sarangnya.

Arren hendak beranjak pergi untuk menuruni batang pohon yang kokoh namun licin itu, namun, nahas, kakinya terpeleset.

"Aaaaaaakkkhh....."

Arren terpeleset, dan hampir terjatuh. Bisa-bisa, kakinya terkilir. Untung saja, seseorang menangkap tubuhnya tepat waktu. Arren benar-benar bersyukur. Rupanya, pengawal yang ditugaskan oleh Leon ada gunanya juga.

"Siapa yang sedang menyelamatkan siapa?" tukas Leon dengan rasa tidak senang karena Arren hampir berada dalam bahaya sekali lagi. Para pengawal saling pandang dengan tatapan khawatir. Mereka sadar bahwa mereka tidak akan mendapatkan upah lembur hari itu.

"Tu--tuan Leon, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Arren sambil menyingkirkan tubuhnya sendiri yang telah menindih Leon. Bahkan, ia bisa merasakan batang Leon yang tiba-tiba mengeras ketika beradu dengan area bawahnya yang berbuntal dua.

"Pertanyaan yang sama untukmu," sahut Leon tanpa memberi jawaban.

"A--aku. Aku sedang berjalan-jalan," sahut Arren sambil membersihkan bajunya yang bernoda tanah. Ia melihat pakaian Leon juga tampak mengkerut, dan memiliki noda sama seperti dirinya.

Arren mendekat untuk membersihkan sang penyelamatnya dengan niat tulus, karena ia tidak ingin Leon mendapatkan masalah ketika mulai bekerja. Bukankah, kebersihan dan kerapihan adalah citra seorang pimpinan?

Dengan sigap, Arren menyingkirkan debu-debu dan noda tanah di area celana milik Leon. Tangannya mengusap-usap celana Leon yang kotor dan penuh lempung. Tanpa disadari, ada sesuatu yang menyembul dari balik celana itu. Arren begitu terkejut dan gemetar, lalu … menyudahi aktivitas bersih-bersih itu.

Leon tampak menahan getaran asing yang menjalari seluruh tubuhnya. Ia tampak gemetar, dan lututnya yang beradu dengan lutut Arren tidak kuat menahan godaan sang pembersih dadakan.

"Ikut aku!" seret Leon pada Arren yang tampak merona malu karena telah berbuat hal aneh padanya.

BRAK!

Leon mendobrak pintu gudang dengan sisa tenaganya. Gudang itu seharusnya adalah tempat untuk menyimpan pupuk dan beberapa alat perkebunan. Kali ini … gudang itu akan menjadi saksi pergumulan panas dua insan yang sedang mengeja arti kenikmatan dan … cinta.

“Mmhh ….”

Arren mendesah ketika Leon mulai melumat bibirnya. Dengan perlahan, pria itu membimbing Arren untuk merasakan kenikmatan. “Tu–tuan ….”

“Sshh ….”

Jemari Leon membungkam pembicaraan. “Aku akan melakukannya dengan perlahan, hm?”

Kali ini, anehnya … Leon meminta persetujuan. Seakan terbius oleh nafsu setan, Arren mengiyakan. Sejak saat itulah, Arren mulai dapat merasakan kenikmatan hubungan badan. 

"Heuuuphh," Secara cepat, Leon menyesap aroma mawar yang ada pada tengkuk dan leher gadis itu sampai habis tanpa sisa. Mereka pun melakukan pergumulan panas yang tidak pernah diduga. 

Nikmat.

Itu lah kata-kata yang tepat menggambarkan bagaimana sensasi berhubungan dengan seorang pria. Arren merasa berdosa, namun … detik kemudian, ia mulai terbiasa.

“Aakh ….” Gadis itu tak berkutik ketika Leon menghimpit tubuhnya dengan perkasa. Ia hanya pasrah menerima setiap jejakan kasar dari otot tubuhnya yang mengeras semua. “Sakit, Tuan,” erang Arren namun tak bisa menutupi kenikmatan yang juga ia dapatkan.

“Hm? AH ….”Leon terus mengguncangkan tubuhnya, menciptakan setiap desir panas yang memenuhi dada hingga ke kepala. Arren menikmatinya. Namun … di saat yang sama, Arren juga merasa tak boleh larut dalam syahwat terlarang ini.

"Panggil namaku, Sayang," ucap Leon sambil terus memompa tubuhnya.

"Le--leon," bisik Arren sambil melingkarkan tangannya, mengikat tubuh perkasa pria yang telah memberinya kenikmatan sesaat itu.

"Haaaaah.... "

Mereka berdua terkulai lemas, setelah berhasil mencapai puncak bersama-sama. 'Arren bodoh! Sedang apa kau saat ini?' rutuknya pada diri sendiri setelah berhasil memuaskan diri.

'Apa laki-laki ini hanya tahu s*ks saja? Tidakkah ia ingin melakukan hal lain yang lebih berguna?' gumamnya sambil membuang muka, tidak ingin terlihat bodoh di mata Leon.

"Arren, aku ingin memberitahu sesuatu," ucap Leon sambil bangkit dan mulai berpakaian. Ia menolong Arren berdiri sebelum keluar dari gudang. 

"Ya, silakan," sahut Arren sambil memakai kembali gaunnya dan merapikan rambut yang berantakan. Ia juga tampak mengusap peluh yang bercampur dengan aroma Leon sehingga menghasilkan wangi baru yang menggairahkan. 

Oh tidak, apa yang sedang Arren pikirkan?

"Ini tentang kasus peracunanmu. Aku sudah menemukan tersangkanya," ucap Leon sambil menatap lurus ke arah Arren.

"Y--ya? Tersangka? Berarti belum pasti pelakunya?" tanya Arren seakan paham dengan maksud Leon.

"Ya, itu benar. Sepertinya, mereka bergerak bersama. Aku tidak yakin dia bisa mendapatkan racun langka itu tanpa koneksi. Menurutmu, apa yang akan kau lakukan untuk menghukumnya?" tanya Leon meminta pertimbangan Arren.

Gadis itu menatap Leon dengan wajah gusar. Ia bukanlah orang yang terbiasa memberi hukuman. “Te–terserah Anda saja, Tuan.”

“Panggil dengan namaku, mulai sekarang.”

“Baik. Le–leon.”

Pria itu tersenyum mendengar panggilan baru yang disematkan gadis pujaan hatinya. Leon. Entah kenapa, nama itu terdengar merdu di telinga.

“Aku meminta pendapatmu karena jika aku yang menghukumnya, itu artinya … membunuhnya.”

“A–apa?” Arren membeliak. Tentu saja nyawa orang seharusnya sangat berharga. “Jangan!” 

“Mengapa? Dia bahkan hampir membunuhmu!” Leon menggeram, mempertanyakan logika Arren yang berseberangan.

“Yah. Memang betul, tapi … Saya bahkan tidak dapat mengingat peristiwa peracunan itu,” Arren muram. Sebagian ingatannya telah hilang. Ia tidak mengetahui bahwa Venn telah menyuntikkan zat halusinogen untuk mengacaukan memorinya.

“Tidak masalah. Hukum Leon bukanlah hukum negara. Kau bisa menghukum siapa pun yang kau suka.”

Arren menggeleng. Tidak semudah itu mengambil nyawa seseorang. Namun, apa yang bisa ia lakukan?

De Lilah

Ayo kirimkan Gem untuk mendukung karya ini naik peringkat! Follow juga agar terus update cerita terbaru dari Madam, xoxo.

| 8
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
De Lilah
terima kasih. mohon votenya bintang 5 ya kak ......
goodnovel comment avatar
Tia Harta
bagus banget ...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 253 # Ending

    Ujung belati itu bengkok. Tidak ada yang menyangka bahwa belati tajam bisa berubah bentuk menjadi seperti itu. “Ti–tidak!” pekik si pelayan. Ia sangat kebingungan. Bagaimana perut Arren yang seharusnya ternoda darah malah membengkokkan belati tanpa setitik pun usaha? Dalam momen yang menentukan, belati itu telah mengalami deformasi plastis, seperti tarian metal yang mengubah bentuknya tanpa bisa kembali ke keadaan semula. “A–apa yang terjadi?” Pelayan itu bertanya-tanya dengan tangan yang gemetar. Arren hanya menyunggingkan senyum penuh kemenangan. Lawannya telah kalak telak tanpa perhitungan. “Aku sudah mengantisipasi hal ini, Lesel,” ujar Arren dengan wajah jumawa. Ya. Lesel. Ternyata, dialah kaki tangan Esme yang begitu ingin menghabisi nyawanya. “Ba–bagaimana kau tahu?” Arren segera menyobek kain tule yang menutupi area perutnya. Ada sebuah aksesori mengkilat di sana. Sebuah sabuk baja. “A–apa?” Pada awalnya, suara gemuruh dan getaran memang dirasakan oleh Lesel. Ia tak

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 252 # Klimaks

    Pelayan berambut pirang mengerucutkan bibirnya, sementara si rambut hitam tetap menatap lurus ke arahnya. “Baiklah!” jawabnya agak kesal, namun memang rencana mereka tidak boleh berantakan. “Aku akan awasi sekitar. Kau harus segera bersiap-siap.” “Oke.” Dua pelayan mencurigakan itu kemudian meneruskan misi rahasia mereka. Tidak banyak yang harus mereka lakukan kecuali mencari target dan melancarkan aksi balas dendam. “Sepertinya, dia ada di balkon barat. Tunggu aba-abaku, kita akan segera melakukan serangan!” “Oke!” *** Suasana jamuan masih meriah dengan alunan musik lembut yang merdu di telinga. Beberapa tamu menikmatinya sambil bersantap, ada juga yang masih mengobrol lama. Arren dan Leon tampak berbahagia sambil menyalami tamu-tamu yang ada di sana. “Sepertinya, aku merasa sesak,” lirih Arren pada Leon. Kehamilan ini membuatnya gampang lelah dan juga merasa panas sepanjang waktu. “Kau mau pergi dari tempat ini?” tanya Leon sambil merangkulkan lengannya ke pinggang sang

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 251 # Si Pelayan

    Mata Ava berbinar bahagia. Ia mengangguk cepat dan memeluk Arren sebagai balasannya. “Terima kasih, Bibi!” Ava tidak mengira bahwa ulang tahunnya akan dapat dirayakan dengan jamuan spesial, meski jamuan itu tidak dilangsungkan secara khusus untuknya. “Sama-sama, Ava!” Arren melakukan hal yang sama. Ia bahagia dapat menyemangati kawan kecilnya yang sepertinya sedang sendu dan tidak memiliki semangat karena ketidakhadiran ayah dan ibunya. “Kami harus pergi, Ava. Ini untukmu,” ucap Leon sambil menyerahkan kotak berbungkus kado dengan pita ungu di atasnya. “A–apa ini, Pak?” tanya Ava heran sekaligus senang. Ia tidak mengira akan mendapatkan kado dari Pak Leon di hari yang bukan ulang tahunnya. “Anggap saja kado cicilan,” gurau Leon sambil tertawa kecil padanya. “Ahaha! Terima kasih banyak!” seru Ava sambil membuka bungkus kado itu. Isinya boneka beruang dengan warna bulu kecokelatan. “Lucu sekali!” pekik AVa bahagia. Arren dan Leon senang melihatnya. Tak lama kemudian, mereka bena

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 250 # Antisipasi

    Setelah beberapa waktu di rumah sakit, Arren akhirnya diperbolehkan pulang. Tidak ada tanda-tanda bahaya ataupun kontraindikasi dari pengobatan yang diterimanya. “Terima kasih, Dokter. Saya merasa lebih sehat,” ucap Arren setelah dokter mengunjunginya untuk kali terakhir. “Sama-sama, Nyonya. Saya senang Anda sudah berhasil membaik tanpa kesulitan.”Dokter Freddy dan Dokter Josh melepas Arren pergi dengan hati lega. Akhirnya, kekhawatiran mereka sirna. Arren benar-benar terbebas dari bahaya racun yang mengintai nyawanya. ***Dalam perjalanan pulang, Leon terus saja menatap Arren dengan perasaan tak menentu. Ia sungguh senang dengan kesembuhan istrinya namun ada suatu hal yang membuatnya merasa khawatir. “Kau yakin dengan rencanamu itu? Aku tidak tega padamu, Sayang!” sergah Leon yang tidak ingin mengundang bahaya lagi bagi istrinya. “Tidak ada cara lain. Kita pasti bisa, Sayang!” tegas Arren dengan tekad kuat. Leon menghela napas dalam-dalam. Ia tak bisa mencegah kekeraskepalaan s

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 249 # Melenyapkan Nyonya!

    “Tuan! Anda salah dengar!” sergah perawat yang menahan lengan Leon agar tak melayangkan tinju ke arah sang dokter. “Apa?!” Leon menoleh ke arah si perawat. Ia sangat lelah dan tidak bisa lagi menolerir kesalahan dari pihak dokter yang membuat anak-anaknya akan terlahir cacat. “Salah dengar, Tuan!”“Ya, benar!”“Anak Anda baik-baik saja, Tuan.”Suara perawat dan dokter bersahut-sahutan. Leon menurunkan tinjunya dan memandang ke arah dokter Freddy yang tampaknya sedang menghela napas lega. “Katakan, Dokter! Apa yang terjadi pada istri dan anak-anakku?!” hardik Leon masih dalam keadaan penuh amarah. Sebelum sang dokter menjawab, suara Arren samar terdengar di balik punggung perawat yang ada di sisi ranjang. “On .…” panggilnya lirih. “Le—on ….” ulangnya, kali ini dengan suara yang lebih keras. “Arren!” Leon menyibak perawat-perawat yang menutupi keberadaan sang istri. “Arren!” Leon menghampiri Arren dengan berlinang air mata. “Kau … sudah sadar?” tanyanya sambil mengecul lembut keni

  • Gairah Cinta Om Mafia   Bab 248 # Anakku Cacat?

    Leon menggenggam tangan Arren dengan erat saat mereka bergegas menuju rumah sakit. Kecemasan dan kekhawatiran begitu dirasakannya. Entah mengapa, firasat Leon tidak enak. “Pak! Lebih cepat!” perintah Leon ketika melihat Arren semakin meringis kesakitan. Keringat dingin mulai mengucur dari dahi dan tubuhnya. Napas Arren tersengal-sengal. “Baik, Tuan!” Sopir segera mempercepat laju mobil dan sebisa mungkin menyeimbangkan kendaraan yang kian kencang. Ia benar-benar khawatir bahwa sang nona muda menderita sakit yang luar biasa. “Arren, bertahanlah,” pinta Leon sambil terus menenangkan Arren dengan pelukan dan genggaman tangannya. “Argh, Leon .…” Arren menggeram seakan menahan sakit yang teramat sangat pada dirinya. Tidak hanya di perut, tapi juga di sekujur tubuhnya. “Kita hampir sampai!” Sopir itu memberi aba-aba. Leon begitu cemas. Ia mengangguk dan bersiap untuk membawa Arren ke IGD begitu mereka sampai di rumah sakit sana. ***Akhirnya, setelah berkendara selama beberapa waktu,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status