Beranda / Romansa / Gairah Cinta Sang CEO / Bab 2 Mimpi Buruk Delisa

Share

Bab 2 Mimpi Buruk Delisa

Penulis: Author92
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-25 15:57:12

Delisa menggeliat, berusaha melepaskan diri dari mimpi buruk yang mencengkeramnya. Kepalanya berdenyut, ribuan jarum menusuk otaknya. Ia membuka mata, terkejut. Kamar asing. Bukan apartemennya yang sederhana, bukan pula kamar kos sahabatnya. Mewah, antik, lukisan mahal. Tapi kemewahan itu justru membuatnya merasa semakin asing dan takut.

Ia mencoba mengingat. Bayangan itu datang sedikit demi sedikit, seperti kepingan puzzle. Bir beberapa gelas di bar hotel, berusaha melupakan pengkhianatan mantan kekasih dan sahabatnya. Memesan kamar hotel. Resepsionis memberinya kunci kamar 272. Berjalan menyusuri koridor, langkah sempoyongan.

Tiba-tiba, ia tersentak. Bukan 272. Melainkan 222. Ia salah kamar!

Jantungnya berhenti berdetak. Air mata mengalir deras. Bukan hanya sakit dan kehilangan, tapi juga malu dan penyesalan. Ia telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan. Menyerahkan keperawanannya pada orang asing, bukan karena paksaan, melainkan karena kelalaiannya sendiri.

Sakit menusuk di antara kakinya. Ia meraba seprai putih, menemukan bercak darah merah pekat. Ia tidak bisa menyalahkan siapa pun kecuali dirinya sendiri.

Kemudian, sentuhan pria itu menghantuinya. Ciuman kasar, tangan yang menjelajahi tubuhnya dengan liar. Ia seharusnya merasa jijik, tapi mengapa ia juga merasakan sesuatu yang lain? Sesuatu yang... menyenangkan?

Wajah Delisa memerah padam. Ia melenguh keenakan saat pria itu menyentuhnya, membalas ciumannya dengan penuh nafsu. Ia kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Bahkan tidak bisa melihat wajah pria itu, karena kamar yang remang-remang.

"Tidak mungkin," bisiknya, menyangkal segala bayangan itu. "Aku tidak mungkin menginginkannya."

Tapi bayangan itu terus berputar, membuatnya semakin malu dan bingung. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Tidak bisa membalas dendam pada pria itu, karena ia sendiri yang bersalah. Tidak bisa melupakan kejadian ini, karena bayangan panas itu akan terus menghantuinya.

Dengan sisa tenaga, ia bangkit dan memunguti pakaiannya yang berserakan, lalu mengenakannya secepat mungkin. Ia menatap dirinya di cermin, melihat seorang wanita asing, terluka, hancur, dan penuh rasa malu. Bukan lagi Delisa yang ceria dan penuh harapan, melainkan seorang wanita yang kehilangan segalanya, termasuk harga dirinya.

Ia melihat tumpukan uang di meja samping tempat tidur. Bayaran untuk kejadian yang memalukan. Pria itu pasti menganggapnya sebagai wanita bayaran. Ia tidak lagi merasa marah, melainkan jijik pada dirinya sendiri. Ia meraih uang itu dengan tangan gemetar, dan melemparkannya ke lantai dengan sekuat tenaga.

"Sialan aku!" teriaknya sambil menangis tersedu-sedu. "Sialan aku yang telah menghancurkan hidupku sendiri! Apa yang sudah aku lakukan, ahh…." Delisa menjabak kasar rambutnya.

Namun, sebelum melangkah keluar dari kamar itu, Delisa berhenti sejenak. Ia menatap uang yang berserakan di lantai. Sejenak, ia merasa jijik dan ingin meninggalkannya begitu saja. Tapi kemudian, kenyataan hidup menghantamnya dengan keras. Ia baru saja kehilangan keperawanannya, ia merasa malu dan hancur, dan ia juga... sedang tidak punya uang.

Ia ingat dipecat dari pekerjaannya beberapa hari yang lalu, setelah itu mantan kekasihnya membuat sahabatnya menggantikan posisinya. Ia ingat berusaha membuktikan bahwa ia tidak bersalah, tapi tidak ada satu orang pun yang percaya padanya. Ia ingat merasa putus asa dan tidak tahu harus bagaimana.

Uang itu tentu tidak akan mengembalikan keperawanannya, tidak akan menghapus segala jejak yang memalukan, dan tidak akan mengembalikan pekerjaannya. Tapi setidaknya, uang itu bisa membantunya bertahan hidup untuk sementara waktu. Setidaknya, uang itu bisa ia gunakan untuk membayar sewa apartemen yang akan jatuh tempo, membeli makanan, dan mencari pekerjaan baru.

Delisa menghela napas panjang. Ia tidak ingin merasa seperti wanita bayaran, tapi ia juga tidak ingin mati kelaparan. Ia memunguti uang itu satu per satu, dan memasukkannya kedalam tas miliknya. Ia tahu bahwa ia tidak akan pernah bisa melupakan kejadian ini, tapi ia juga tahu bahwa ia harus move on dan mulai melanjutkan hidupnya.

"Ini bukan berarti harga diriku bisa dibeli dengan uang," gumamnya pada dirinya sendiri. "Ini hanya ganti rugi atas kekecewaanku."

Dengan langkah gontai, Delisa keluar dari kamar hotel, meninggalkan sejuta kenangan yang memalukan di belakangnya. Ia tidak tahu apa yang menantinya di masa depan, tapi ia bertekad untuk menghadapi semuanya dengan berani.

Di tengah rasa sakit dan keputusasaan yang menyertai dirinya, Delisa berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan membalas dendam pada mantan kekasih dan juga sahabatanya itu. Ia akan membuatnya membayar atas apa yang telah mereka lakukan padanya.

Sesampainya di apartemen, Delisa langsung merebahkan diri di ranjang. Air matanya sudah kering, tapi hatinya masih terasa sakit. Ia menatap langit-langit kamar, berusaha mencari kekuatan untuk menghadapi hari esok.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Ia meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar. "Reno," gumamnya lirih. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat.

Ia menghela napas panjang, lalu mengangkat teleponnya. "Halo," ucapnya dengan suara serak.

"Delisa, ini aku, Reno," jawab suara di seberang telepon. "Aku tahu apa yang telah terjadi padamu di…."

Delisa terkejut mendengar perkataan Reno dan langsung memotongnya. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada curiga.

"Aku tahu tentang kejadian semalam," jawab Reno dengan nada serius.

Jantung Delisa berdegup kencang. "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya dengan nada gemetar.

"Itu tidak penting," jawab Reno. "Yang penting adalah aku tahu kau telah disakiti. Dan aku akan membantumu."

"Membantu apa?" tanya Delisa dengan nada bingung.

"Membantu membalas dendam," jawab Reno dengan nada penuh tekad. "Aku tahu siapa yang telah menjebakmu di perusahaan dan merencanakan semua ini."

Jantung Delisa berdegup kencang. "Jadi kau sedang tidak membicarakan kejadian yang di Hotel?” jawab Delisa merasa lega karena Reno tidak mengetahui kejadian yang menimpanya semalam.

Reno bertanya merasa aneh dengan jawaban Delisa. “Hotel? Tentu tidak adap apa dengan kejadian di Hotel?”

Delisa terdiam, dia gugup untuk menjelaskan.” Maksudku Siapa yang menjebakku? Karena kejadian itu aku harus menginap semalaman di hotel untuk menenangkan diri." Jawabnya berasalan agar terdengar masuk akal, bagaimanapun dia tidak mungkin menceritakan kejadian yang menimpanya pada Reno. "Siapa yang tega melakukan ini padaku?"

"Oh begitu, Itu tidak penting sekarang," jawab Reno. "Yang penting adalah aku tahu kau tidak bersalah. Dan aku akan membantumu memulihkan nama baikmu."

Delisa terdiam sejenak, air mata kembali menggenang di pelupuk matanya. "Bagaimana caranya?" bisiknya. "Tidak ada yang percaya padaku."

"Aku percaya padamu, Delisa," jawab Reno dengan nada lembut. "Dan aku akan membuktikan pada semua orang bahwa kau tidak bersalah. Aku akan mencari bukti, aku akan mengungkap kebenaran. Aku janji."

"Mengapa kau melakukan ini untukku, Reno?" tanya Delisa dengan nada bingung.

"Karena aku peduli padamu, Delisa," jawab Reno. "Aku selalu peduli padamu. Dan aku tidak bisa membiarkan mereka menghancurkanmu."

Delisa terdiam sejenak, lalu menjawab dengan nada penuh harap, "Aku akan membalas dendam pada mereka. Aku akan membuat mereka membayar atas apa yang telah mereka lakukan padaku. Tapi aku tidak tahu bagaimana caranya."

"Kau tidak perlu melakukan apa-apa," jawab Reno. "Biarkan aku yang melakukan semuanya. Kau hanya perlu percaya padaku. Nanti aku akan mengirimpakan sebagian buktinya padamu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 6 Tawaran Mengecewakan

    Delisa melangkah dengan penuh semangat ke kantor Jaya Sentosa. Panggilan wawancara ini bagaikan setitik cahaya di tengah kegelapan yang melandanya. Ia berharap, pekerjaan ini akan menjadi jembatan menuju kesuksesan, membuktikan bahwa ia mampu bangkit dari keterpurukan dan meraih impiannya.Semalam, ia sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ia mempelajari profil perusahaan, berlatih menjawab pertanyaan wawancara, dan memilih pakaian yang profesional namun tetap menunjukkan karakternya. Ia yakin, dengan kemampuan dan pengalamannya, ia bisa meyakinkan pihak HRD bahwa ia adalah kandidat yang tepat untuk posisi manajer yang ia lamar.Namun, senyumnya memudar saat berhadapan dengan Bapak Handoko. Kabar mengejutkan."Delisa, kami terkesan dengan kemampuanmu. Namun, kami menawarkan posisi sekretaris CEO," ujar Bapak Handoko, menyesal.Delisa tertegun. Sekretaris? Bukan manajer? Ia merasa seperti disambar petir di siang bolong. Semua persiapan dan harapan yang ia bangun selama ini runtuh dal

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 5 Mencari Pekerjaan

    Namun, sebelum membalas dendam pada Andre, ia harus menghadapi dulu teman-teman kerjanya yang telah menyebarkan aibnya. Ia membuka kembali grup WA dan mulai mengetik pesan. Saatnya menunjukkan pada mereka siapa aku sebenarnya.Delisa:"Kalian semua puas sekarang? Sudah puas menghina dan merendahkan aku?"Beberapa saat kemudian, Santi membalas pesannya.Santi:"Lho, kenapa marah-marah? Kan kenyataannya begitu. Lagian siapa suruh keluar hotelNamun, sebelum membalas dendam pada Andre, ia akan menunjukkan dulu kepada teman-teman kerjanya siapa Andre sebenarnya. Ia membuka kembali grup WA dan mulai mengetik pesan.Delisa:"Kalian semua sibuk menghina aku? Kalian tahu apa yang sebenarnya terjadi? Kalian tahu siapa yang sebenarnya menjijikkan di sini?"Santi langsung membalas dengan sinis.Santi:"Oh, mau cuci tangan sekarang? Telat, Sayang. Bukti sudah tersebar di mana-mana."Delisa tersenyum sinis. Justru itu yang ia inginkan.Delisa:"Bukti? Kalian mau bukti? Oke, aku kasih bukti."Delisa kem

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 4 Topeng Kemunafikan

    Dirga tiba di restoran mewah itu, lampu kota berkelap-kelip seperti bintang jatuh. Tapi di hatinya, hanya ada dingin dan gelap. Prisil sudah menunggunya, tersenyum manis. Topeng yang menjijikkan.Dirga duduk di hadapannya tanpa basa-basi, tatapannya tajam dan menusuk. "Kau memintaku datang ke sini, Prisil. Katakan apa yang sebenarnya ingin kau katakan," ucap Dirga dengan nada dingin, seperti bongkahan es yang membeku. Aku tidak punya waktu untuk permainanmu.Prisil menghela napas dramatis. "Dirga, aku sangat khawatir padamu semalam. Kau menghilang tiba-tiba setelah minum koctail yang kubuatkan. Aku mencarimu ke mana-mana, takut kau diculik atau terjadi sesuatu yang buruk padamu."Dirga menatap Prisil dengan tatapan menyelidik. "Kau mencariku? Tapi mengapa aku tidak melihatmu? Kau tahu betul aku tidak suka dibohongi, Prisil." Kau pikir aku bodoh?"Aku sudah mencarimu di seluruh pesta, bahkan sampai ke toilet dan taman," jawab Prisil dengan nada meyakinkan, tapi matanya tidak berani men

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 3 Jejak Yang Hilang

    Dirga kembali ke kantor pagi itu dengan perasaan lega sekaligus bingung. Efek obat perangsang sudah hilang, menyisakan rasa lelah dan sedikit mual. Tapi yang lebih mengganggunya adalah bayangan wanita di kamar hotel itu. Ia mencoba melupakannya, menganggapnya sebagai kesalahan satu malam yang tidak perlu dipikirkan lebih lanjut. Tapi bayangan tanda lahir berbentuk bulan sabit di punggung wanita itu terus menghantuinya, muncul setiap kali ia mencoba memejamkan mata. Mengapa tanda itu terasa begitu familiar?Salahnya memang yang langsung menarik wanita itu saat berdiri di depan kamarnya. Efek obat perangsang mengalir deras dalam darahnya, mengalahkan logika dan akal sehatnya. Ia tidak memberi wanita itu kesempatan untuk berbicara, tidak bertanya siapa namanya, tidak peduli siapa dia sebenarnya. Ia hanya tahu bahwa ia membutuhkan penawar, dan wanita itu ada di sana, siap untuk dijadikan pelampiasan."Pak Dirga?" suara Rio membuyarkan lamunannya. "Anda baik-baik saja? Anda tampak linglung

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 2 Mimpi Buruk Delisa

    Delisa menggeliat, berusaha melepaskan diri dari mimpi buruk yang mencengkeramnya. Kepalanya berdenyut, ribuan jarum menusuk otaknya. Ia membuka mata, terkejut. Kamar asing. Bukan apartemennya yang sederhana, bukan pula kamar kos sahabatnya. Mewah, antik, lukisan mahal. Tapi kemewahan itu justru membuatnya merasa semakin asing dan takut.Ia mencoba mengingat. Bayangan itu datang sedikit demi sedikit, seperti kepingan puzzle. Bir beberapa gelas di bar hotel, berusaha melupakan pengkhianatan mantan kekasih dan sahabatnya. Memesan kamar hotel. Resepsionis memberinya kunci kamar 272. Berjalan menyusuri koridor, langkah sempoyongan.Tiba-tiba, ia tersentak. Bukan 272. Melainkan 222. Ia salah kamar!Jantungnya berhenti berdetak. Air mata mengalir deras. Bukan hanya sakit dan kehilangan, tapi juga malu dan penyesalan. Ia telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan. Menyerahkan keperawanannya pada orang asing, bukan karena paksaan, melainkan karena kelalaiannya sendiri.Sakit menusuk di ant

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 1 Pagi yang Janggal

    Sinar mentari pagi, alih-alih menghangatkan, justru terasa seperti pisau yang menusuk mata Dirga. Ia menggeliat di ranjang yang berantakan, denyutan di kepalanya berpacu dengan detak jantungnya yang semakin cepat. Bukan hanya karena alkohol. Ada sesuatu yang salah. Kamar ini bukan miliknya. Terlalu klasik, terlalu... asing. Semalam adalah kekacauan, kabur oleh pengaruh obat perangsang.Di sampingnya, seorang wanita meringkuk di bawah selimut. Wajahnya tersembunyi, namun Dirga merasakan aura yang aneh. Bukan aura wanita bayaran. Melainkan... kepolosan? Kerentanan? Kontras yang mengganggu.Dirga menghela napas tajam, menggeleng. Ia bangkit, berusaha tidak membangunkannya. Kakinya menapak lantai dingin. Ia melihat bercak darah di seprai. Alisnya berkerut tajam. Mustahil. Wanita penghibur perawan? Itu dongeng. Ini pasti jebakan. Tapi jebakan yang dirancang untuk apa?Ia tidak mau ambil pusing. Rio salah pesan. Kesalahan identitas. Atau wanita itu penipu ulung. Ia terlalu sibuk untuk sandi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status