Beranda / Romansa / Gairah Cinta Sang CEO / Bab 3 Jejak Yang Hilang

Share

Bab 3 Jejak Yang Hilang

Penulis: Author92
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-25 16:18:49

Dirga kembali ke kantor pagi itu dengan perasaan lega sekaligus bingung. Efek obat perangsang sudah hilang, menyisakan rasa lelah dan sedikit mual. Tapi yang lebih mengganggunya adalah bayangan wanita di kamar hotel itu. Ia mencoba melupakannya, menganggapnya sebagai kesalahan satu malam yang tidak perlu dipikirkan lebih lanjut. Tapi bayangan tanda lahir berbentuk bulan sabit di punggung wanita itu terus menghantuinya, muncul setiap kali ia mencoba memejamkan mata. Mengapa tanda itu terasa begitu familiar?

Salahnya memang yang langsung menarik wanita itu saat berdiri di depan kamarnya. Efek obat perangsang mengalir deras dalam darahnya, mengalahkan logika dan akal sehatnya. Ia tidak memberi wanita itu kesempatan untuk berbicara, tidak bertanya siapa namanya, tidak peduli siapa dia sebenarnya. Ia hanya tahu bahwa ia membutuhkan penawar, dan wanita itu ada di sana, siap untuk dijadikan pelampiasan.

"Pak Dirga?" suara Rio membuyarkan lamunannya. "Anda baik-baik saja? Anda tampak linglung sejak tadi."

Dirga menghela napas. "Aku baik-baik saja, Rio. Hanya sedikit lelah. Ada apa?"

"Saya hanya ingin memastikan Anda tidak sakit," jawab Rio dengan nada khawatir. "Anda tidak pernah terlihat seperti ini sebelumnya."

Dirga tersenyum tipis. "Terima kasih atas perhatianmu, Rio. Aku hanya butuh kopi yang kuat."

"Baik, Pak. Saya akan minta OB buatkan," kata Rio sambil beranjak pergi.

"Tunggu, Rio," panggil Dirga. "Soal wanita yang bersamaku semalam... apa kau sudah mencari tahu identitasnya?"

Rio berhenti dan menatap Dirga dengan ekspresi bersalah. "Maaf, Pak. Saya sudah mencoba, tapi saya tidak berhasil menemukan informasi apa pun tentangnya."

"Apa maksudmu?" tanya Dirga dengan nada tidak sabar. Seseorang pasti menyembunyikan sesuatu.

Rio menghela napas. "Saya sudah memeriksa rekaman CCTV hotel, tapi ternyata CCTV di koridor kamar Anda sedang rusak," jelas Rio. "Saya juga sudah bertanya pada staf hotel, tapi tidak ada yang mengenalinya. Ciri-ciri yang Anda berikan juga terlalu minim, Pak. Wanita itu berambut hitam, bertubuh langsing, dan memiliki kulit putih bersih. Itu terlalu umum, Pak."

Dirga menggeram frustrasi. "Lalu apa yang kau lakukan?"

"Saya sudah menghubungi semua kenalan saya di dunia hiburan malam, Pak. Tapi tidak ada yang mengenalinya," jawab Rio. "Tapi satu hal yang pasti, Pak. Wanita itu bukan pesanan dari musuh Anda."

"Bagaimana kau bisa yakin?" tanya Dirga dengan skeptis. 

"Saya sudah menyelidiki semua musuh Anda, Pak. Tidak ada yang memesan wanita penghibur di hotel itu semalam," jelas Rio. "Kemungkinan besar, wanita itu adalah pengunjung hotel biasa yang kebetulan berada di sekitar kamar Anda."

Dirga terdiam. Ia merasa kejadian itu sedang berputar-putar tanpa menemukan jalan keluar. Ia tidak tahu siapa wanita itu, mengapa ia berada di kamarnya, dan mengapa ia merasa begitu terobsesi untuk menemukannya. Ini bukan kebetulan. Tidak mungkin.

"Teruslah mencari, Rio," perintah Dirga dengan nada tegas. "Aku ingin tahu siapa wanita itu. Aku ingin tahu segalanya tentangnya. Aku ingin tahu mengapa dia ada di sana."

"Baik, Pak," jawab Rio dengan patuh.

"Dan satu lagi, Rio," tambah Dirga dengan nada serius. "Rahasiakan semua ini. Jangan sampai ada yang tahu, terutama musuh-musuhku. Aku tidak ingin mereka memanfaatkan situasi ini untuk menyerangku."

"Tentu, Pak. Saya mengerti," jawab Rio. "Saya akan menjaga rahasia ini dengan nyawa saya."

"Selain itu, aku ingin kau segera mencari tahu siapa yang sudah memasukkan obat ke dalam minumanku semalam," perintah Dirga. "Aku ingin tahu siapa yang berani menjebakku. Aku ingin tahu motifnya."

"Baik, Pak. Saya akan segera menyelidikinya," jawab Rio.

Setelah Rio pergi, Dirga kembali duduk di kursinya dan menatap keluar jendela. Pikirannya berkecamuk, dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Siapa wanita itu? Mengapa ia merasa begitu tertarik padanya? Siapa yang ingin menjebaknya? Dan apa yang akan terjadi jika ia berhasil mengungkap kebenaran? Aku akan mencari tahu kebenaran, meskipun harus membakar seluruh dunia.

Tiba-tiba, telepon di mejanya berdering. Dirga mengangkatnya dengan malas.

"Dirga, ini aku, Prisil," suara Prisil terdengar manja di seberang telepon. "Aku ingin bertemu denganmu. Ada yang ingin kubicarakan."

Dirga menghela napas. "Aku sedang sibuk, Prisil. Bisakah kita bicara nanti?"

"Tidak, Dirga. Ini penting. Ini tentang kejadian semalam," jawab Prisil dengan nada misterius. Nada yang membuat bulu kuduknya meremang.

Dirga terdiam. Apa yang sebenarnya terjadi semalam? Dan mengapa Prisil tahu tentang hal itu? Apakah benar dia terlibat?

"Baiklah, Prisil. Kita bisa bertemu," jawab Dirga dengan nada dingin. "Tapi jangan harap aku akan bersikap manis padamu. Aku sedang tidak berminat dengan permainanmu."

"Aku mengerti, Dirga. Aku akan menunggumu di tempat biasa," jawab Prisil sebelum menutup telepon.

Dirga merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia merasa kalau dirinya sedang memasuki sarang lebah, dan ia tidak tahu apa yang akan terjadi di sana.Tapi aku siap untuk menyengat balik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 6 Tawaran Mengecewakan

    Delisa melangkah dengan penuh semangat ke kantor Jaya Sentosa. Panggilan wawancara ini bagaikan setitik cahaya di tengah kegelapan yang melandanya. Ia berharap, pekerjaan ini akan menjadi jembatan menuju kesuksesan, membuktikan bahwa ia mampu bangkit dari keterpurukan dan meraih impiannya.Semalam, ia sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Ia mempelajari profil perusahaan, berlatih menjawab pertanyaan wawancara, dan memilih pakaian yang profesional namun tetap menunjukkan karakternya. Ia yakin, dengan kemampuan dan pengalamannya, ia bisa meyakinkan pihak HRD bahwa ia adalah kandidat yang tepat untuk posisi manajer yang ia lamar.Namun, senyumnya memudar saat berhadapan dengan Bapak Handoko. Kabar mengejutkan."Delisa, kami terkesan dengan kemampuanmu. Namun, kami menawarkan posisi sekretaris CEO," ujar Bapak Handoko, menyesal.Delisa tertegun. Sekretaris? Bukan manajer? Ia merasa seperti disambar petir di siang bolong. Semua persiapan dan harapan yang ia bangun selama ini runtuh dal

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 5 Mencari Pekerjaan

    Namun, sebelum membalas dendam pada Andre, ia harus menghadapi dulu teman-teman kerjanya yang telah menyebarkan aibnya. Ia membuka kembali grup WA dan mulai mengetik pesan. Saatnya menunjukkan pada mereka siapa aku sebenarnya.Delisa:"Kalian semua puas sekarang? Sudah puas menghina dan merendahkan aku?"Beberapa saat kemudian, Santi membalas pesannya.Santi:"Lho, kenapa marah-marah? Kan kenyataannya begitu. Lagian siapa suruh keluar hotelNamun, sebelum membalas dendam pada Andre, ia akan menunjukkan dulu kepada teman-teman kerjanya siapa Andre sebenarnya. Ia membuka kembali grup WA dan mulai mengetik pesan.Delisa:"Kalian semua sibuk menghina aku? Kalian tahu apa yang sebenarnya terjadi? Kalian tahu siapa yang sebenarnya menjijikkan di sini?"Santi langsung membalas dengan sinis.Santi:"Oh, mau cuci tangan sekarang? Telat, Sayang. Bukti sudah tersebar di mana-mana."Delisa tersenyum sinis. Justru itu yang ia inginkan.Delisa:"Bukti? Kalian mau bukti? Oke, aku kasih bukti."Delisa kem

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 4 Topeng Kemunafikan

    Dirga tiba di restoran mewah itu, lampu kota berkelap-kelip seperti bintang jatuh. Tapi di hatinya, hanya ada dingin dan gelap. Prisil sudah menunggunya, tersenyum manis. Topeng yang menjijikkan.Dirga duduk di hadapannya tanpa basa-basi, tatapannya tajam dan menusuk. "Kau memintaku datang ke sini, Prisil. Katakan apa yang sebenarnya ingin kau katakan," ucap Dirga dengan nada dingin, seperti bongkahan es yang membeku. Aku tidak punya waktu untuk permainanmu.Prisil menghela napas dramatis. "Dirga, aku sangat khawatir padamu semalam. Kau menghilang tiba-tiba setelah minum koctail yang kubuatkan. Aku mencarimu ke mana-mana, takut kau diculik atau terjadi sesuatu yang buruk padamu."Dirga menatap Prisil dengan tatapan menyelidik. "Kau mencariku? Tapi mengapa aku tidak melihatmu? Kau tahu betul aku tidak suka dibohongi, Prisil." Kau pikir aku bodoh?"Aku sudah mencarimu di seluruh pesta, bahkan sampai ke toilet dan taman," jawab Prisil dengan nada meyakinkan, tapi matanya tidak berani men

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 3 Jejak Yang Hilang

    Dirga kembali ke kantor pagi itu dengan perasaan lega sekaligus bingung. Efek obat perangsang sudah hilang, menyisakan rasa lelah dan sedikit mual. Tapi yang lebih mengganggunya adalah bayangan wanita di kamar hotel itu. Ia mencoba melupakannya, menganggapnya sebagai kesalahan satu malam yang tidak perlu dipikirkan lebih lanjut. Tapi bayangan tanda lahir berbentuk bulan sabit di punggung wanita itu terus menghantuinya, muncul setiap kali ia mencoba memejamkan mata. Mengapa tanda itu terasa begitu familiar?Salahnya memang yang langsung menarik wanita itu saat berdiri di depan kamarnya. Efek obat perangsang mengalir deras dalam darahnya, mengalahkan logika dan akal sehatnya. Ia tidak memberi wanita itu kesempatan untuk berbicara, tidak bertanya siapa namanya, tidak peduli siapa dia sebenarnya. Ia hanya tahu bahwa ia membutuhkan penawar, dan wanita itu ada di sana, siap untuk dijadikan pelampiasan."Pak Dirga?" suara Rio membuyarkan lamunannya. "Anda baik-baik saja? Anda tampak linglung

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 2 Mimpi Buruk Delisa

    Delisa menggeliat, berusaha melepaskan diri dari mimpi buruk yang mencengkeramnya. Kepalanya berdenyut, ribuan jarum menusuk otaknya. Ia membuka mata, terkejut. Kamar asing. Bukan apartemennya yang sederhana, bukan pula kamar kos sahabatnya. Mewah, antik, lukisan mahal. Tapi kemewahan itu justru membuatnya merasa semakin asing dan takut.Ia mencoba mengingat. Bayangan itu datang sedikit demi sedikit, seperti kepingan puzzle. Bir beberapa gelas di bar hotel, berusaha melupakan pengkhianatan mantan kekasih dan sahabatnya. Memesan kamar hotel. Resepsionis memberinya kunci kamar 272. Berjalan menyusuri koridor, langkah sempoyongan.Tiba-tiba, ia tersentak. Bukan 272. Melainkan 222. Ia salah kamar!Jantungnya berhenti berdetak. Air mata mengalir deras. Bukan hanya sakit dan kehilangan, tapi juga malu dan penyesalan. Ia telah melakukan kesalahan yang tak termaafkan. Menyerahkan keperawanannya pada orang asing, bukan karena paksaan, melainkan karena kelalaiannya sendiri.Sakit menusuk di ant

  • Gairah Cinta Sang CEO   Bab 1 Pagi yang Janggal

    Sinar mentari pagi, alih-alih menghangatkan, justru terasa seperti pisau yang menusuk mata Dirga. Ia menggeliat di ranjang yang berantakan, denyutan di kepalanya berpacu dengan detak jantungnya yang semakin cepat. Bukan hanya karena alkohol. Ada sesuatu yang salah. Kamar ini bukan miliknya. Terlalu klasik, terlalu... asing. Semalam adalah kekacauan, kabur oleh pengaruh obat perangsang.Di sampingnya, seorang wanita meringkuk di bawah selimut. Wajahnya tersembunyi, namun Dirga merasakan aura yang aneh. Bukan aura wanita bayaran. Melainkan... kepolosan? Kerentanan? Kontras yang mengganggu.Dirga menghela napas tajam, menggeleng. Ia bangkit, berusaha tidak membangunkannya. Kakinya menapak lantai dingin. Ia melihat bercak darah di seprai. Alisnya berkerut tajam. Mustahil. Wanita penghibur perawan? Itu dongeng. Ini pasti jebakan. Tapi jebakan yang dirancang untuk apa?Ia tidak mau ambil pusing. Rio salah pesan. Kesalahan identitas. Atau wanita itu penipu ulung. Ia terlalu sibuk untuk sandi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status