“Tidak boleh, kau tidak tahu kekacauan macam apa yang ada di sana,” tolak kakeknya.
“Aku janji tidak akan melakukan apa pun yang dapat membahayakanku. Kumohon, kakek,” ucap Lana dengan nada memelas.
“Terlalu berbahaya untuk seorang gadis sepertimu berada di sana, terlebih lagi kau adalah cucuku. Aku tidak bisa mengambil risiko dengan membiarkanmu berada di sana.”
“Kakek…” Lana memajukan bibirnya, merasa kesal karena tidak diijinkan ikut serta.
“Dengarkan saja apa kata kakekmu, dan jangan membuat masalah. Karena peperangan ini, bukan sesuatu yang bisa kau lihat.”
Setelah mengatakan hal itu, Kai benar-benar pergi dengan membawa pasukannya ke perbatasan.
“Victor, bawa Lana kembali ke kamarnya.”
Lana tidak dapat menahan kekesalannya saat dipaksa kembali ke kamar sementara dirinya ingin ikut serta melihat kekacauan seperti apa yang sedang terjadi di perbatasan.<
Lana menoleh ketika terdengar suara klik dari pintu kamarnya, dan mendapati keberadaan Kai yang sudah berada di sana. Perlahan melangkah dengan pasti untuk mendekat ke arahnya. Membuat Lana gugup dan mundur seketika dari tempatnya. Gadis itu masih belum bisa beranjak dari memikirkan tentang adegan ciuman panas mereka beberapa saat yang lalu.Namun pria itu malah muncul di kamarnya, dengan wajah tenang seolah tidak pernah terjadi apa pun sebelumnya. Apa yang sebenarnya dilakukan Kai malam-malam begini di kamarnya?“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Lana, setengah mati berusaha mengontrol detak jantungnya.“Kau takut?” bukannya menjawab, Kai malah balik bertanya, sembari terus melangkah mendekat.“Apa?” Lana tidak tahu kenapa Kai tiba-tiba menanyakan hal itu.“Sudah dua kali kau melihatku bertarung, dan dua kali juga kau melihat wujud asliku. Apa kau takut?” Kai mengulang pertanyaannya.Lana m
Lana membuka mata dan menemukan Kai berada dalam posisi sangat dekat dengannya, dan—menciumnya.Lana merasakan jantungnya nyaris copot dan matanya berkunang-kunang saat pria itu tak kunjung menyudahi ciumannya. Bibir Kai yang dingin menyentuh bibirnya yang hangat. Keduanya, secara mengejutkan menyatu dengan sempurna.GILA!Ini gila!Otaknya memberi peringatan keras.Selain ciuman Kai yang terasa luar biasa, latar yang mengelilingi mereka adalah kobaran api di mana para vampir amatir itu akhirnya menamatkan hidupnya di tangan Kai dan Klan Maverick yang lain. Dan anehnya, kobaran api yang menyalak-nyalak itu seolah bagaikan kabut yang tak terlihat.“Apa—yang kau lakukan?” suara Lana pelan dan nyaris tertelan di tenggorokan sesaat setelah Kai mengakhiri ciumannya.Sementara Kai berusaha mengalihkan perhatiannya dari bibir ranum Lana yang tampak merah dan bengkak akibat ulahnya. Dirinya sadar telah melakukan perbua
“Tidak boleh, kau tidak tahu kekacauan macam apa yang ada di sana,” tolak kakeknya.“Aku janji tidak akan melakukan apa pun yang dapat membahayakanku. Kumohon, kakek,” ucap Lana dengan nada memelas.“Terlalu berbahaya untuk seorang gadis sepertimu berada di sana, terlebih lagi kau adalah cucuku. Aku tidak bisa mengambil risiko dengan membiarkanmu berada di sana.”“Kakek…” Lana memajukan bibirnya, merasa kesal karena tidak diijinkan ikut serta.“Dengarkan saja apa kata kakekmu, dan jangan membuat masalah. Karena peperangan ini, bukan sesuatu yang bisa kau lihat.”Setelah mengatakan hal itu, Kai benar-benar pergi dengan membawa pasukannya ke perbatasan.“Victor, bawa Lana kembali ke kamarnya.”Lana tidak dapat menahan kekesalannya saat dipaksa kembali ke kamar sementara dirinya ingin ikut serta melihat kekacauan seperti apa yang sedang terjadi di perbatasan.
Ucapan Kai itu sukses membuat kakak dan adiknya melotot sempurna.“Kau gila!” seru Louise.“Bagaimana kau bisa mengatakannya dengan begitu mudah?” lanjutnya, merasa kesal dengan sikap Kai kali ini.“Aku serius, pertunangan ini belum terjadi. Jadi tidak masalah kalau kau ingin maju sekarang,” lanjut Kai.Setelah puas menikmati reaksi terkejut kakak dan adiknya, pria itu segera melenggang pergi meninggalkan keduanya.“Apakah dia serius? Aku bisa mendekati Lana juga mulai sekarang?” tanya Julian pada Louise.Louise menggeleng frustasi. Kedua adiknya itu sungguh bodoh untuk urusan wanita.***Lana baru saja selesai mandi saat Julian tiba-tiba berada di kamarnya. Gadis itu terkejut dan segera mengencangkan tali ikat bathdrobe-nya.“Apa yang kau lakukan di kamarku?” tanyanya tak suka.“Ada yang ingin kukatakan padamu,” Julian bangkit dari s
Louise menghela napas berat sembari membanting punggungnya ke sandaran kursi. Sejak tadi dirinya tidak bisa mengerti apa yang coba diucapkan Lana padanya.“Baiklah kalau begitu, kau menangis saja dulu. Aku akan menunggumu sampai kau bisa bercerita dengan benar,” Louise melipat kedua tangan di dada.Mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk melihat taman yang ditimbuhi oleh berbagai macam tumbuhan dan bunga warna-warni.Tempat itu teduh dan menyejukkan, juga menjadi salah satu tempat favorit Louise untuk melepas penat. Banyak pohon-pohon besar yang ditanam dan tumbuh di sana, menjadikan suasana taman sangat nyaman dan menenangkan.Tapi hari ini, saat Louise ingin melepas penat, dia justru menemukan Lana yang sedang menangis sendirian di tengah taman. Louise tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun dari sepatah dua patah kata yang diucapkan gadis itu, sepertinya dia sedang berkonflik dengan Kai.‘Pria bodoh. Sebenarnya apa y
“Kau menggunakanku untuk balas dendam padanya?” tanya Kai lagi. Lana menelan ludahnya susah payah. Sementara di kepalanya, Lana setengah mati memikirkan kalimat yang tepat untuk dikatakan pada Kai. Namun gagal, Lana tidak bisa membela diri kali ini. “Itu… Kai, aku bisa menjelaskannya padamu.” “Katakan!” suara pria itu meninggi. Dari ekspresi wajahnya saja Lana sudah tahu kalau pria itu sedang—marah. “Tadinya iya, tapi aku benar-benar menyesal dan sedang memikirkan cara untuk membatalkan pertunangan itu.” “Kau pikir kau bisa membodohiku lagi, Lana?” wajah pria itu mendekat, berbicara lebih pelan namun Lana merasa itu jauh lebih menyeramkan. “Aku serius, Kai. Aku sedang mencari waktu yang tepat untuk berbicara dengan kakek.” “Apa yang sudah kau lakukan sampai-sampai raja memutuskan pertunangan ini begitu cepat?” tanya Kai penuh desakan. Dia ingin mendengar kejujuran gadis itu secara langsung. “Aku… itu… aku hanya mengatakan kalau aku menyukaimu, lalu kakek mulai meren