/ Romansa / Gairah Cinta Yang Berdosa / Bab 1. Letupan Gairah Tak Tertahankan

공유

Gairah Cinta Yang Berdosa
Gairah Cinta Yang Berdosa
작가: Abigail Kusuma

Bab 1. Letupan Gairah Tak Tertahankan

last update 최신 업데이트: 2025-07-30 03:54:27

“Aku mau wine,” kata seorang wanita pada sang bartender yang segera menjawab dengan patuh.

Cecilia Moreau lalu melemaskan duduknya di sebuah kursi, berusaha menenangkan diri. Namun, bayangan-bayangan memuakkan itu tak mau enyah dan justru makin membakar dadanya. Bayangan ketika melihat pria yang dicintainya mencumbu rakus sahabatnya sendiri.

“Minuman Anda, Nona.”

Cecilia langsung meraih gelas di meja dan menenggak isinya hingga tandas sekaligus, sampai minuman dengan kadar alkohol tinggi itu meluber membasahi dress-nya.

Desahan yang terdengar rendah dari video itu kembali terbayang. Membuat kesabarannya kembali terbakar habis. Terlebih begitu melihat sendiri bagaimana kedua orang yang begitu dia percaya ada di dalam video berdurasi tiga puluh menit, saling melempar kata cinta, lalu saling melucuti pakaian, dan berakhir telanjang di ranjang melakukan sebuah pergulatan panas yang tak pernah sama sekali dipikir olehnya.

“Sialan!” maki Cecilia murka. Wanita cantik itu kembali meminta bartender untuk mengisi gelasnya yang telah kosong. Kesadarannya mulai mengawang.

Dia seharusnya tak berakhir di tempat terkutuk ini, di sebuah kelab malam, bergabung dengan banyak orang yang tampak sedang bersenang-senang. Berbeda dengan dirinya yang datang ke sini dengan emosi meledak-ledak.

Beberapa saat lalu, Cecilia pergi main ke rumah Bertha Stone, sahabat yang paling dia sayangi sekaligus percaya. Mereka telah bersahabat sejak SMA. Jadi, kurang lebih Bertha masuk sebagai jajaran orang yang paling dia percayai di dunia ini.

Tidak sebelum dia melihat sendiri video Bertha berciuman panas hingga berhungan seks dengan Evan Langston, pria yang menjadi tunangannya. Adegan itu dia lihat secara tak sengaja, di laptop sahabatnya yang telah berkhianat.

Rasanya dunia Cecilia hancur tak bersisa.

“Tambah,” kata Cecilia untuk yang kesekian kali. Kesadarannya telah hilang perlahan-lahan karena asupan alkohol yang terus-menerus. Namun, untuk saat ini, dia tak ingin berhenti. Tidak sampai bayangan sialan itu lenyap dari kepalanya dan rasa sakit tak lagi menyayat hatinya.

Luka dari pengkhianatan ternyata semenyakitkan ini.

Tiba-tiba seorang pria tampan duduk di sampingnya. “Vodka,” kata pria itu dengan suaranya yang serak dan dalam.

Cecilia mengernyit, kembali menenggak sisa wine di gelas. Namun, matanya tak bisa lepas dari wajah tampan itu. Ya, tampan. Bahkan sangat tampan. Pahatan itu tampak sempurna, mirip Dewa dalam mitologi Yunani. Dia mendadak membandingkan rupa Evan dengan wajah pria itu.

“Kau lebih tampan darinya.” Cecilia mulai meracau. “Bagaimana mungkin dia berkhianat dariku padahal wajahnya tidak lebih tampan darimu?” Sekarang dia beranjak turun dan mendekati pria yang nyaris menenggak vodka di gelasnya itu.

Sang pria tampan seketika terdiam, menunggu aksi apa yang akan dilakukan wanita muda itu.

“Aku cantik, kan?” tanya Cecilia dengan kedua mata yang sudah sulit terbuka. “Tubuhku juga bagus.” Dia membawa tangan kiri pria itu dan menyentuhkannya ke pinggangnya.

Namun, tangan itu bertahan di sana. Cecilia lalu tersentak kecil saat tangan pria itu mendorongnya. Membuatnya menubruk dada bidang sang pria yang masih memegang gelas vodka.

Cecilia tak beranjak di sana, mulai merasakan kenyamanan lain dari dada bidang pria asing itu. Tubuhnya berdesir panas. Matanya kembali menyipit, berusaha menatap penuh pada wajah sang pria. Tangannya lalu terulur, menyentuh dagu dengan bulu-bulu tipis itu. Terus turun dan tiba di leher, meraba dengan gerakan lembut yang membuat tubuh pria itu seketika meremang. Terlebih saat tangan Cecilia bermain-main nakal di jakunnya. Gairah pria itu seketika terpantik.

Wanna play, hm?” tanya pria itu dengan suara seraknya yang lebih dalam.

Seharusnya Cecilia takut dengan nada penuh peringatan itu. Namun, dia justru berjinjit dan mencium singkat bibir sang pria tampan. “Aku tidak cukup buruk, kan? Pria itu saja yang terlalu berengsek karena lebih memilih wanita lain daripada diriku.”

Pria tampan itu memberi tatapan rumit yang tajam pada Cecilia. Sementara Cecilia yang sudah hilang kesadaran pun justru terus meracau, membongkar isi kepalanya sendiri. Menyatakan dengan jujur bahwa dia sedang patah hati.

Dalam suasana yang kian intim itu, sang pria akhirnya menyimpan gelas di meja, lalu berkata dengan nada menggoda. “Ingin berdansa denganku? Kau tampaknya sedang sangat patah hati,” tawarnya dengan suara berat yang membuat Cecilia menggigit bibir seksi.

Sure,” jawab Cecilia cepat.

Di tengah kesadarannya, dia menyadari bahwa tubuhnya ditarik dengan sedikit buru-buru oleh pria tampan itu. Kemudian, mereka bergabung ke tengah lautan manusia yang tengah berjoget bebas menikmati musik.

Cecilia mulai berjoget saat musik DJ kian menenggelamkan khayalan. Melupakan patah hatinya sejenak, terlebih sekarang ada pria tampan yang tangah bersamanya.

Cecilia tak sadar saja bahwa sejak tadi pria itu tak henti mengamati tubuhnya. Wanita cantik berusia 21 itu memiliki tubuh yang indah. Tinggi semampai dengan bagian-bagian tertentu yang menonjol dengan pas. Kedua payudaranya menggunung dengan penuh, pinggulnya membesar dan memberi lekukan seksi, bibirnya juga tebal—dan malam ini tampak dipoles lipstik merah sehingga terkesan lebih menggoda.

“Hati-hati.” Suara pria tampan itu meledak di dekat telinganya. Menyapa dengan berani hingga ke dalam hatinya.

Cecilia terlalu asyik berjoget sampai tak memperhatikan kedua kakinya. Dia siap oleng andai saja tak ada satu tangan kekar pria itu yang menahan, memeluk erat pinggangnya. Membuat tubuh mereka saling merapat dengan posisi intim.

Di sisa kesadarannya, Cecilia bisa merasakan embusan napas panas pria tampan itu menerpa kulit jidatnya. Dia mendongak, berusaha kembali membuka mata. Pemandangan wajah di depannya tampak buram tetapi sedikit lebih jelas. Dia bisa melihat sepasang mata yang menatap tajam dan dalam ke arahnya, menenggelamkan. Hidung mancung, bibir tebal begitu menggoda.

Cecilia tak bisa menahan diri sehingga langsung berjinjit, menumpukan kedua tangan ke pundak pria itu, dan mencium bibir tebal yang menganggur. Namun, hanya ciuman singkat. Dia segera menarik diri begitu pria itu siap membalas.

Cecilia lalu memamerkan senyuman. Namun, kemudian tengkuknya didorong oleh satu tangan, dan bibirnya kembali menempel pada bibir tebal pria itu. Lebih rapat dan dalam.

Mmmh ....” Cecilia bergumam rendah saat merasakan pria itu mulai melumat bibirnya dengan rakus.

Pria tampan itu memberi sebuah gigitan pada bibirnya, membuatnya membuka mulut. Kemudian, lidahnya menerobos masuk, mengajak lidah Cecilia berdansa. Serangan yang ganas itu membuat hasrat Cecilia bangkit dengan cepat.

Ngggh ....” Cecilia mulai mendesah nikmat saat merasakan sebuah tangan meremas pinggulnya bergantian. Remasan-remasan lembut yang memantik api gairah.

Ciuman terlepas. Keduanya terengah, mengambil napas dengan rakus.

“Kau lumayan juga,” sanjung pria itu dengan jempol mengusap lembut bibir Cecilia. Jidat mereka nyaris menyatu karena dia sengaja tak menarik diri.

Dengan berani, Cecilia justru melumpat jempol itu. Mengulum dengan gerakan menggoda. Sepasang matanya menatap sayu. Namun, pria itu bisa menangkap dengan jelas, bahwa ketika dia membuka mata, ada kabut gairah yang memenuhi pandangannya.

“Kita seharusnya berhenti,” kata pria itu main-main. Siap melepaskan tubuh Cecilia dari pelukan.  Namun, geraman rendahnya tak bisa menutupi bahwa dia mulai terpengaruh pada permainan wanita itu. Terlebih saat melihat wanita itu terengah-engah dengan bibir ranumnya yang bengkak dan basah setelah ciuman panas mereka.

Cecilia segera kembali merapatkan diri, menempelkan kedua payudaranya yang tersembunyi di balik mermaid dress berkain tipis berwarna merah marun. Memberi sedikit gerakan menggoda tepat di dada pria itu. “Tidak. Jangan,” larangnya setengah meracau.

“Kenapa? Kita tidak saling mengenal, kan?” balas sang pria tampan.

“Cecilia. Cecilia Moreau, itu namaku.” Cecilia memperkenalkan diri.

Pria tampan itu tersenyum misterius. Merasa sedikit kagum dengan keberanian wanita muda ini. “Okay, Cecilia. Then ...?” Dia bertanya sambil memberi remasan menggoda di pinggul wanita itu. Tangannya terus beranjak naik dan menelusuri pinggang ramping Cecilia.

Cecilia tampak terbakar dengan sentuhan itu. Pikirannya makin liar. Bayangan pergulatan Evan dan Bertha kembali muncul, membuat emosinya menggelegak.

“Temani aku malam ini dan buatlah aku lupa pada dunia,” pinta Cecilia dengan keyakinan yang tegas. Dia lalu berjinjit dan kembali menyatukan bibir mereka.

Namun, ciumannya tak terlalu menggugah pria itu sehingga bibirnya tetap diam tak bergerak. Cecilia tak menyerah, kali ini tangannya ikut membantu. Tangannya meraba dada pria itu, memberi remasan yang sia-sia karena tubuh itu begitu liat. Kedua tangannya lalu melingkar di leher sang pria, membelit erat.

Pria tampan itu melepaskan ciuman mereka. “Santai, Nona.” Senyumnya melebar misterius. Dia senang begitu melihat wanita di pelukannya ini frustrasi karena tak dipuaskan.

Namun, rupanya pria tampan itu tak membuang waktu lagi. Segera dia membawa Cecilia ke lorong kelab malam yang sepi, lalu dia menarik tengkuk dan menyatukan bibirnya dengan wanita itu. Kali ini, ciuman lebih terburu-buru. Saling melahap dengan rakus. Tubuh mereka saling merapat sehingga dia bisa merasakan empuknya kedua payudara sintal wanita itu di dada bidangnya.

Tangan pria tampan itu dengan intens meraba tubuh indah Cecilia. Memberi remasan sedikit kencang pada kedua payudara wanita itu, lalu turun meremas pinggul bergantian. Menyalurkan sensasi panas yang seketika makin membakar tubuh Cecilia.

“Ah ...,” desah Cecilia di sela ciuman intens mereka. Suaranya yang serak dan penuh hasrat membuat pria itu menggeram rendah.

Pria tampan itu kembali melahap bibir Cecilia dengan rakus. Mendorongnya ke dinding. Sedikit terburu-buru dan ganas. Membuat Cecilia nyaris tak bisa mengimbangi. Tampak wanita itu akhirnya memilih pasrah, menyerahkan diri sepenuhnya pada pria itu untuk diberikan kenikmatan demi kenikmatan.

 Tangan pria tampan itu kini mukai meraba paha Cecilia, menelusup masuk ke balik gaun. Kulitnya yang dingin terasa kontras di tubuh Cecilia yang sudah memanas. Wanita itu menggigit bibir saat ciuman sang pria beralih ke lehernya, memberi gigitan demi gigitan menggoda yang makin meliarkan fantasinya.

“Aku ... ah ... akan meledak di sini,” racau Cecilia.

Pria tampan itu menurukan tali yang menahan dress Cecilia, membuatnya terlepas turun hingga membuka sedikit payudara. Mempertontonkan penuh pundak kiri wanita itu yang tampak putih mulus mengundang gairah. Membuatnya tak sabar untuk segera meninggalkan banyak jejak merah di sana.

Cecilia menggigit bibir dan menahan desahan begitu merasakan pria itu memberi sebuah gigitan di payudara kirinya. Gairah langsung membakar habis akal sehatnya. Membuat sesuatu di bawah sana mulai berdenyut panas. Tubuhnya nyaris luruh seandainya tak berpegangan pada tangan kekar pria itu.

Ya. Tangan itu kekar dan berotot. Membuat Cecilia seketika membayangkan bagaimana tangan itu kian liar mengeksplor tubuhnya dengan menggairahkan.

Too fast.” Pria itu menggigit pelan payudara kanan Cecilia, dengan tangan yang terus aktif meraba di bawah sana. Senyumnya melebar begitu jarinya merasakan sesuatu yang basah.“I will make you explode many times tonight.”

Cecilia mendesah erotis begitu mendapat usapan sensual di inti tubuhnya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 73. Kekecewaan yang Tak Bisa Ditoleransi

    “Apa maksud ucapanmu, Charles?” tanya Cecilia dengan nada bingung dan tatapan menuntut jawaban. Wanita cantik itu kini terus menatap Charles yang tampak berbeda dari biasanya.Charles tak langsung menjawab apa yang Cecilia tanyakan. Pria tampan itu membisu dengan kedua mata mengamati baik-baik setiap perubahan di wajah Cecilia.“Jika laki-laki yang kau maksud adalah aku, apa yang akan kau lakukan?” tanya Charles dengan nada tenang.Cecilia menatap kesal Charles. “Kau itu calon suamiku. Jadi, kalau bicara jangan mengada-ada. Tidak perlu berandai-andai kau adalah laki-laki yang aku benci itu. Karena aku tidak mau memikirkan hal konyol dan tidak masuk akal.”Lidah Charles tak langsung mengukir kata di kala Cecilia secara terang-terangan mengatakan tak percaya. Ya, memang tak masuk akal sehat, tetapi dia sendiri tak pernah mengira akan berada di posisi sekarang ini. Posisi di mana membuatnya terjebak dan dilema.“Aku mengenal kakakmu, Cecilia,” ucap Charles tiba-tiba, yang sontak membuat

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 72. Kepingan Luka yang Sulit Sembuh

    Pagi menyapa. Aktivitas sarapan bersama keluarga Cecilia begitu hangat. Charles yang terbilang biasa sarapan atau makan malam sendirian, dia mulai terbiasa dengan suasana-suasana sederhana. Ya, Cecilia bukan berasal dari keluarga kaya, itu yang membuat suasana kekeluargaan sangat melekat.Charles melihat kesederhanaan dan kehangatan di keluarga Cecilia, membuat hatinya seakan melepas rindu. Kehangatan sudah lama tak dia rasakan. Dulu, di kala kedua orang tuanya masih ada, dia pernah merasakan—walau kedua orang tuanya itu jelas terkenal sangat sibuk. “Cecilia, kapan kira-kira kau akan kembali ke London?” tanya Daisy penasaran.Cecilia yang mendapatkan pertanyaan dari ibunya, langsung menoleh menatap Charles. “Mungkin Charles akan menjawabnya, Mom.”Daisy mengalihkan pandangannya, menatap Charles, menunggu jawaban yang dia tanyakan tadi.“Beberapa hari lagi aku akan membawa Cecilia kembali ke London,” jawab Charles tenang.Daisy tersenyum. “Aku nanti akan membawakan roti buatanku. Tolo

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 71. Perasaan Bimbang Charles

    Malam biasanya sunyi, tetapi kali ini cukup ramai karena ada Charles dan Cecilia. Dua insan itu masih berada di rumah keluarga Cecilia yang ada di Marple. Mereka masih belum kembali ke London karena Cecilia masih ingin melepas rindu pada kedua orang tuanya.Makanan lezat telah terhidang di atas meja. Cecilia malam itu membantu Daisy membuatkan makanan. Tidak terlalu berat, jadi Cecilia tak akan mungkin kelelahan. Lagi pula, memasak bersama ibunya adalah hal yang dia rindukan.“Makanan sudah siap semua. Ayo kita makan,” ajak Daisy hangat sambil duduk di samping sang suami.Corey mengangguk dan mempersilakan semua orang untuk makan.Makan malam berlangsung. Semua orang menikmati makanan yang terhidang, hanya Charles yang sejak tadi tampak seakan memaksa untuk makan. Malam itu, dia terlihat berbeda, seolah ada yang dia pikirkan.“Charles? Kau suka dengan makanan buatanku dan Cecilia, kan?” tanya Daisy sambil menatap Charles hangat.Charles langsung membuyarkan lamunannya di kala mendengar

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 70. Perempuan Masa Lalu Charles

    Beberapa tahun sebelumnya ...“Charles, tunggu aku!”Seorang perempuan cantik berambut pirang dan bermata abu-abu berlari mengejar Charles. Namun sayangnya langkah Charles tak pernah berhenti. Lelaki tampan itu seakan mengabaikan perempuan yang mengejarnya.“Charles! Ck! Kau kenapa pergi meninggalkanku?” Perempuan itu berhasil menyusul Charles. Dia langsung bergelayut manja di lengan lelaki tersebut.Charles mengembuskan napas kasar dan menatap dingin perempuan yang memeluk lengannya itu. “Violet, aku sudah bilang padamu, berhenti menggangguku! Apa kau tuli?”Violet tampak kesal. “Kau tidak bisa menghentikan hubungan kita tiba-tiba. Aku mencintaimu, Charles! Aku tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapan pun!”Charles muak mendengar ucapan gila perempuan yang terobsesi padanya itu. “Hubungan apa yang kau maksud? Kau dan aku tidak pernah memiliki hubungan khusus. Semua hanya atas didasari senang-senang semata. Jadi, berhenti mengejarku!”Violet menggeleng, menunjukkan sisi keras kepal

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 69. Dia adalah Violet Moreau

    The Moreau Bakehouse adalah toko roti milik Daisy yang cukup dikenal di Marple. Meski hanya kota kecil, banyak pengunjung singgah di toko roti ibu Cecilia itu.Seperti saat ini, toko roti itu sudah diserbu oleh pembeli tepat di kala baru saja dibuka. Ada dua karyawan yang membantu ibu Cecilia di toko roti itu. Pun tentu Cecilia yang katanya hanya duduk, turut membantu melayani pembeli.Toko roti ini ada sudah sejak Cecilia berusia lima tahun. Bisa dikatakan toko roti ini membantu keuangan keluarga Cecilia. Ayah Cecilia hanya karyawan biasa di salah satu perusahaan swasta dan memiliki gaji yang sekadar dikatakan cukup.Berkat ketekunan Daisy, hidup Cecilia cukup baik. Walau tidak bergelimang harta, sejak kecil dia tak pernah merasakan kekurangan. Terbukti Cecilia bisa selesai kuliah dan tinggal di London—yang terkenal sebagai kota mahal.“Apa kau Cecilia, anak Daisy?” tanya salah satu wanita yang merupakan seorang pembeli.Cecilia tersenyum pada pembeli yang mengenalinya. “Ya, aku Ceci

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 68. Misteri yang Tak Pernah Diketahui

    Ruang makan sederhana tampak tertata dengan rapi. Cecilia bersama Charles dan ibunya duduk di kursi meja makan sembari menikmati makanan yang terhidang di atas meja. Keheningan terselimuti, dan ada sedikit kecanggungan akibat kejadian di mana Daisy memergoki Cecilia dan Charles bermesraan.Orang tua Cecilia memang sudah memberikan restu, hanya saja Cecilia masih sedikit malu jika bermesraan dengan Charles di hadapan kedua orang tuanya. Mungkin lebih tepatnya, Cecilia belum terbiasa.“Cecilia, banyaklah makan sayur. Kau sedang hamil,” kata Daisy mengingatkan Cecilia.Cecilia menganggukkan kepalanya, berusaha untuk tenang. “Mom, kenapa Daddy tidak ikut sarapan dengan kita?” tanyanya pelan.“Daddy-mu ada rapat mendadak. Bosnya menghubunginya tadi malam. Jadi, dia tidak bisa ikut sarapan dengan kita. Tapi, tadi dia bilang akan mengusahakan pulang lebih awal,” jawab Daisy memberi tahu.“Ah, begitu.” Cecilia mengangguk paham.Daisy mengalihkan pandangannya, menatap Charles. “Charles, makanl

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status