Beranda / Romansa / Gairah Cinta Yang Berdosa / Bab 2. Amarah Cecilia

Share

Bab 2. Amarah Cecilia

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-30 03:54:42

Bodoh. Aku memang bodoh.

Cecilia Moreau tak henti mengumpati dirinya sendiri seiring kedua kakinya yang melangkah tegas di sepanjang koridor. Bayangan-bayangan panas tadi malam tak henti mengusik kepalanya.

Kali ini, bukan bayangan video adegan panas Bertha dan Evan, melainkan momen one night stand-nya semalam. Dengan seorang pria yang entah siapa namanya. Hanya saja, Cecilia cukup ingat wajah itu meski agak samar. Terutama bagian ketika tubuh mereka saling menempel dan memuaskan. Bayangan yang itu justru teringat kuat. Membangkitkan sensasi panas di sekujur tubuh.

Cukup! Sialan! Cecilia mendengkus marah, entah pada siapa. Dia mengepalkan kedua tangan, nyaris meremas selembar kertas di tangan. Kertas yang membuatnya memaksakan diri untuk berkunjung ke ruangan itu. Dia mulai mencoba mengendalikan diri. Pagi buta tadi dia berhasil melarikan diri dari hotel—di mana menjadi tempat dirinya one night stand dengan pria asing. Pun beruntung dia pergi dalam keadaan pria itu masih terlelap. Jika saja pria itu sudah bangun, maka dia akan bingung bagaimana untuk bersikap.

Pintu diketuk dua kali olehnya. Kemudian, terdengar instruksi suara pria dari dalam sana. Cecilia pun masuk.

Sepasang mata Cecilia kini menatap nyalang pada sosok pria di balik meja, tengah duduk tegak di kursi. Pria berparas tampan yang dulu begitu dikagumi dan dicintainya dengan sepenuh hati. Pria yang berstatus sebagai tunangannya, tetapi berakhir mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

“Hai, Sayang,” sapa Evan dengan nada manis seperti biasa. Dia tampak tak memiliki kecurigaan sedikit pun.

“Berhentilah basa-basi dengan mulut busukmu, Evan.” Cecilia langsung menyerang dengan tajam. Ketukan heels tingginya kembali terdengar begitu dia melangkah cepat ke meja Evan. Kemudian, tangan kanannya setengah memukulkan selembar kertas itu pada permukaan meja. “Aku mau resign!”

Evan tampak mengerutkan kening dalam sembari mulai memfokuskan pandangan sepenuhnya pada wanita itu. “Kenapa mulutmu jadi bisa mengeluarkan kata-kata kasar, Sayang?” Dia bangkit berdiri, mengulurkan tangan untuk menyentuh lembut pipi Cecilia. “Ada apa, hmm?” tanyanya lembut.

Namun, Cecilia menepis kasar tangan pria itu. “Aku mau resign!” ulangnya dengan emosi membara.

Evan mengernyit dalam, sedikit melirik selembar kertas di atas meja. “Ada apa?” Sekarang nada bicaranya lebih serius.

“Ada apa?” beo Cecilia, sebelum tertawa sinis dan bersedekap. “Jelas aku minta resign karena tidak ingin lagi menghirup udara di ruangan yang sama dengan pria bajingan sepertimu!” lanjutnya sarkas.

Evan mengerutkan kening bingung. “Sayang, ada apa? Kau kenapa sampai marah-marah begini?” tanyanya dengan nada membujuk. Dia heran dan tak mengerti melihat perubahan signifikan Cecilia. Biasanya kalau wanita itu datang ke kantornya, maka pasti akan langsung bergelayut manja, lalu mereka bertukar ciuman singkat.

Cecilia tertawa rendah dengan nada menusuk. “Berhenti bermain topeng di depanku, Evan,” peringatnya muak. Matanya menatap nyalang pada wajah kebingungan pria itu. “Aku sudah tahu semuanya!”

“Topeng?” Evan mengernyitkan kening. “Aku tidak paham, Sayang. Coba jelaskan baik-baik.” Dia menggenggam lembut kedua tangan Cecilia, membawanya ke dekat bibir, dan memberi ciuman singkat.

Lagi-lagi Cecilia menarik tangan, menolak sentuhan darinya. Tampak Seketika mata Evan bergerak-gerak, berusaha menganalisis keadaan—yang seakan mneunjukkan adanya tanda bahaya.

“Kau berselingkuh dengan Bertha, kan?” tembak Cecilia dengan kobaran amarah yang nyaris tak bisa ditahan lagi.

“Apa yang kau katakan?” tanya Evan, masih pura-pura tidak paham. Namun, Cecilia bisa melihat sekilas keterkejutan yang muncul di mata pria itu.

“Kau seorang pria cerdas, Evan. Jangan berpura-pura lagi. Aku sudah melihat video panasmu dan Bertha!” Suara Cecilia bergetar, matanya tetap memandang penuh pada wajah yang mulai menunjukkan reaksi lain itu.

Evan lalu tertawa, masih berusaha menyangkal. “Kau salah paham, Sayang. Itu video, kan? Jangan percaya sesuatu yang tidak kau lihat dengan mata kepalamu sendiri,” bujuknya sambil mulai menyentuh pundak Cecilia. Namun, lagi dan lagi wanita itu menepis sentuhannya dengan kasar.

“Kau pikir aku buta, hah?” teriak Cecilia. Napasnya memburu dan cepat, matanya sudah memerah dan terasa panas. “Aku mendengar sendiri kalian saling mengucap kata cinta. Aku melihat sendiri kalian berciuman hebat dan bermain di ranjang! Itu tandanya apa? Apa kalian sedang menjadi bintang film? Jadi, aku harus percaya bahwa video itu hanya kebohongan?” lanjutnya dengan nada tetap tinggi.

Ruangan seketika hening. Bola mata Evan bergerak-gerak cepat, mengamati baik-baik wajah wanita di depannya yang sudah merah padam sepenuhnya. Pria itu terlihat menunjukkan kepanikan di wajahnya.

“Kau diam artinya iya, kan?” teriak Cecilia lagi. Suaranya menggelegar di ruangan. “Sejak kapan, Evan? Sejak kapan kalian menusukku dari belakang? Berapa malam yang kalian habiskan bersama, hah? Berapa kali kau menikmati tubuhnya, hah?”

Kata-kata tajam wanita itu justru ditanggapi dengan santai oleh Evan. “Kau marah karena aku bercinta dengan sahabatmu?” tanyanya dengan santai. Tidak ada lagi topeng pura-pura polos yang dipakainya dengan lihai. Telanjur basah, kan? Jadi, sebaiknya dia meladeni kemarahan wanita itu.

Cecilia hampir saja melayangkan sebuah tamparan keras ke wajah tampan yang menyebalkan itu. Namun, dia menahan diri dengan mengepalkan kedua tangan dan masih bersedekap dada. Hanya wajahnya saja yang mulai merah padam.

“Kenapa marah, Sayang? Harusnya kau tanya pada dirimu sendiri.” Evan merundukkan tubuh tinggi tegapnya ke arah Cecilia. Matanya menatap tajam pada wajah wanita itu yang dipenuhi amarah. “Kita memang menjalin ikatan yang penuh cinta, tetapi cinta saja tidak cukup, Sayang. Aku pria normal. Aku butuh seks. Sementara kau tidak pernah mau memberikan itu padaku.”

Setiap kata-kata itu mewujud bak sebilah pedang tajam yang menyayat, menusuk, dan mengoyak hati Cecilia yang sudah hancur sejak kemarin. Tampak jelas kemarahan di wajah wanita itu tak lagi bisa terkendali.

“Kau tidak bisa memberikan itu, kan? Kau selalu berpegang teguh pada aturan kolotmu. No sex. Ayolah, kita sudah hidup di era modern. Kau adalah tunanganku, tapi kita tidak having sex itu untuk apa?” Evan menatap tajam dengan senyuman miring menghiasi wajah tampannya.

Cecilia hampir kehabisan kata-kata saking terbakar oleh emosi. Dadanya bergemuruh hebat dengan sensasi panas yang mulai menyebar ke sekujur tubuh. “Kenapa harus Bertha?” tanyanya dengan nada gemetar. Matanya panas bukan main. Namun, dia mati-matian menahan diri karena tidak ingin menjatuhkan air matanya setetes pun untuk pria seberengsek Evan. “Kenapa harus sahabatku?” tanyanya lagi menahan gejolak di dalam dada.

Of course because she is beautiful, sexy, and a good partner in bed,” jawab Evan diakhiri senyuman puas. “Lagi pula, Bertha yang melemparkan dirinya sendiri padaku.”

You jerk!” umpat Cecilia dengan napas memburu.

Tangan kanan Evan terulur dan menyentuh dagu Cecilia, sedikit mengangkat untuk membuat wanita itu mendongak, lalu menelusuri garis dagunya dengan gerakan lambat. “Kau cantik. Aku mengagumi itu. Apalagi bibirmu. It’s a pity I can’t enjoy your naked body.” Nadanya terdengar kecewa. “Itu mengecewakan, Baby. Jadi, aku cari pelampiasan lain saja, kan?” Senyum liciknya terbit.

Cecilia menepis kasar tangan pria itu dan mendorong tubuh Evan. Namun, Evan hanya tertawa remeh. Posisinya tetap kokoh sehingga dorongan Cecilia tadi bukan apa-apa.

Kedua pundak wanita itu naik turun dengan cepat, embusan napasnya terdengar kasar. “Kau sungguh berengsek, Evan!” hardiknya berang.

“Aku hanya sedikit berselingkuh. Lagi pula, itu juga untuk melindungi dirimu sendiri yang tidak ingin having sex denganku sebelum menikah, kan? Jadi, daripada aku memaksamu dan melakukan cara-cara licik untuk membuatmu tidur denganku, aku lebih baik mencari wanita lain sebagai pelampiasan,” kata Evan dengan santai.

“Berengsek! Bajingan! Manusia rendahan kau, Evan!” Cecilia terus berteriak sambil memukuli dada Evan. Namun, dengan cepat Evan meringkus kedua tangannya. Hanya dengan satu tangan.

Tatapan mereka kemudian beradu. Evan bisa melihat dengan jelas kobaran amarah di kedua mata Cecilia yang biasa menatapnya penuh cinta. Oh, itu sedikit menyakitkan.

“Mulutmu berisik, Sayang,” bisik pria itu tepat di dekat telinga Cecilia. Kemudian, tangan kirinya menggenggam tengkuk Cecilia dan mendorong paksa wanita itu untuk mendekatkan bibir.

Mereka berciuman secara paksa. Cecilia berusaha berontak dan membuat Evan kesusahan melumat bibirnya. Hingga akhirnya, dia menggigit bibir pria itu, membuat ciuman terlepas dan Evan yang terkejut pun melepaskan cengkeraman pada tangannya. Lantas, dia segera mundur dengan napas putus-putus.

“Sakit, Sayang,” kata Evan sambil mengusap sedikit darah di sudut bibirnya. Harga dirinya sedikit terusik dengan semua penolakan Cecilia kali ini.

Pria itu lalu mengambil selembar kertas pengajuan resign di meja dan membacanya sekilas. “Resign?” katanya dengan nada mencemooh. Dia lalu berkata dengan amarah yang akhirnya tak ditahan-tahan lagi. “Kau berani berontak sekarang, hm? Kau lupa, ya, aku yang memberimu posisi sepenting ini?” Dia meremas kuat kertas itu sampai kusut dan menjadi bola kecil.

“Aku Evan Langston, CEO Langston Group. Seharusnya kau mempertahankan statusmu sebagai tunanganku karena kau tanpaku itu cuma seonggok sampah!” Suara Evan mirip desisan penuh ancaman. Tajam penuh peringatan.

Plak!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 92. Extra Chapter Enam

    Pagi menyapa, Charlie, Cameron, dan Caitlin tampak semangat. Weekend telah tiba. Mereka terlihat gembira di kala mendapatkan kabar akan ke mansion Edgar dan Lena—di mana orang tua Evan yang sudah mereka anggap sebagai kakek dan nenek mereka.Harusnya, tiga anak kembar itu memanggil Edgar dan Lena dengan sebutan ‘Paman’ dan ‘Bibi’, tetapi karena Cecilia memanggil mereka dengan sebutan ‘Daddy’ dan ‘Mommy’, maka si kembar harus memanggil mereka dengan sebutan ‘Grandpa’ dan ‘Grandma’.Ya, tentu saja panggilan ‘Grandpa’ dan ‘Grandma’ untuk Edgar dan Lena telah disetujui langsung oleh orang tua Evan itu. Mereka telah menganggap Cecilia seperti putri kandung mereka sendiri, jadi wajar kalau anak-anak Cecilia memanggil mereka dengan sebutan tersebut. Pun tentu hal ini sama sekali tidak dipermasalahkan oleh Charles.“Mommy, aku sudah siap. Ayo kita berangkat!” ajak Caitlin yang tak sabar ingin segera bertemu Edgar dan Lena.“Iya, Mommy, aku juga sudah siap,” sambung Charlie dan Cameron bersama

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 91. Extra Chapter Lima

    “Iya, Mom, kau tenang saja. Charlie, Cameron, dan Caitlin semua baik dan sehat. Aku dan Charles pasti akan menjaga mereka dengan baik,” ucap Cecilia lembut yang kini sedang melakukan panggilan video dengan Daisy.Daisy tersenyum hangat dari seberang sana. “Charlie dan Cameron sudah tidak lagi bertengkar, kan?” tanyanya memastikan.Cecilia menghela napas panjang, mendengar pertanyaan ibunya. “Mom, memiliki anak kembar tiga agak membuatku pusing. Apalagi Charlie dan Cameron sama-sama laki-laki. Mereka kadang akur, tapi juga sering bertengkar. Hal kecil saja mereka ributkan.”“Cecilia, kau harus bersyukur. Di luar sana, banyak wanita yang ingin sekali memiliki keturunan. Kau satu kali hamil langsung diberikan tiga anak hebat. Menurut Mommy, anak laki-laki bertengkar itu sudah biasa. Mereka dibentuk memiliki pola pikir yang kuat dan sudut pandang yang cenderung tegas. Kelak mereka akan menjadi pemimpin. Entah pemimpin di pekerjaan atau pemimpin dalam rumah tangga. Kau harus bisa lebih ber

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 90. Extra Chapter Empat

    Shanghai, China.“Tolong atur waktuku. Aku masih ingin di sini. Aku belum mau kembali.” Seorang pria tampan dengan pakaian santai tetapi penuh karisma tampak melangkah ke luar dari kafe. Kaus hitam polos membungkus tubuh kekarnya, dipaduhkan dengan jin yang membuatnya tampak sangat maskulin.Aarav menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, akibat kebingungan. “Maaf, Tuan, tapi Tuan Edgar meminta Anda untuk segera kembali ke New York. Beliau meminta agar Anda tidak terus-menerus merepotkan paman Anda.”Ya, empat tahun terakhir hidup Evan bisa dikatakan pindah dari satu negara ke negara lain. Pria itu seakan menikmati waktunya untuk berkeliling dunia. Bahkan, dia sampai pernah mengunjungi negara kecil hanya demi memuaskan hasratnya yang ingin menikmati suasana baru.Empat tahun terakhir ini, Evan memang meminta Charles untuk menjadi CEO sementara di Langston Group. Dalam arti, pamannya itu memiliki kekuasaan penuh dalam mengambil keputusan dan tak harus menunggu dirinya.Evan tak menamp

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 89. Extra Chapter Tiga

    Cecilia terbangun dalam keadaan tubuh telanjang yang hanya memakai selimut tebal. Dingin AC membuat wanita itu meringkuk. Beruntung selimut tebal sudah membalut tubuh mulusnya. Matanya masih agak sulit untuk terbuka akibat rasa kantuk diserang habis-habisan oleh sang suami.Cecilia berdesis pelan di kala merasakan pegal di sekujur tubuhnya. Dia menyeka mata dan melihat ke sekeliling kamar. Kepingan memori mulai terkumpul. Lantas, dia menundukkan kepala, melihat dadanya penuh dengan kissmark.Cecilia menghela napas dalam. Tentu dia tahu siapa pelaku utama yang memberikan banyak tanda di dadanya. Dia menoleh ke samping, tetapi dia mendapati ranjang di sampingnya sudah kosong. Entah ke mana suaminya itu pergi. Atau mungkin di saat dia tertidur setelah percintaan panas, sang suami malah tidak di sampingnya?Cecilia merasa kelelahan sampai tak menyadari dia tidur dalam pelukan suaminya atau tidak. Detik itu, dia bermaksud untuk turun dari ranjang, bermaksud untuk memakai pakaian di tubuhny

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 88. Extra Chapter Dua

    Suara pecahan gelas cukup kencang sontak membuat Cecilia yang baru saja selesai mandi langsung terkejut. Pagi menyapa, dia baru saja selesai berendam air hangat dengan sabun susu dan madu. Namun, di kala dia bermaksud ingin memilih pakaian, seketika itu juga raut wajahnya berubah mendengar suara pecahan gelas.“Ya Tuhan, ada apa lagi?” gumam Cecilia menjadi cemas.Hal yang ada di otaknya adalah anak kembarnya membuat masalah di pagi hari. Entah masalah apa. Namun, yang pasti gelas dipecahkan dan tak tahu siapa pelaku sebenarnya. Detik itu, Cecilia buru-buru mengganti pakaiannya dengan dress santai, rambutnya masih digulung handuk.Dalam hal ini, Cecilia tidak mungkin berias. Dia tak memiliki waktu untuk itu. Dia bahkan tak menggunakan riasan apa pun di wajahnya. Hanya memakai pakaian saja. Sebab, tak mungkin dia keluar kamar engan masih memakai bathrobe.“Charlie, Cameron, Caitlin, ada apa ini?” tanya Cecilia cemas, sambil menatap tiga anak kembarnya yang berdiri di dekat pecahan gela

  • Gairah Cinta Yang Berdosa   Bab 87. Extra Chapter Satu

    “No, Charlie, Cameron, berhenti!” Cecilia mendadak nyaris terkena serangan jantung di kala dua anak laki-lakinya itu bergelut dalam sebuah perkelaian. Mereka tampak berapi-api. Pipi bulat mereka sudah memerah akibat amarah yang terlihat.“Kau menyebalkan, Charlie!” teriak Cameron tak mau kalah.“Kau yang menyebalkan!” balas Charlie, si sulung yang juga tak mau kalah dari adiknya. Dia memukul kepala adiknya dengan robot, dan Cameron memukul kepala Charlie menggunakan mainan mobil-mobilannya.Mereka sama-sama menangis di kala merasakan kepala mereka sama-sama sakit. Bayangkan saja, kepala kecil mereka dipukul menggunakan robot dan mobil-mobilan yang ukurannya bukan ukuran kecil. Jadi, wajar kalau mereka sekarang menangis.“Ya Tuhan, kalian ini!” Cecilia langsung mengambil robot dan mobil-mobilan Charlie dan Cameron. Dia tampak kesal, dua anak laki-lakinya itu sulit sekali untuk tenang.“Mommy! Hukum Charlie sekarang!” seru Cameron seraya menunjuk wajah Charlie menggunakan telunjuk mungi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status