Kalau berkah Evelyn adalah Adam dan anak-anak mereka, berkah untuk kalian siapa? Coba tulis di komen! Waktu yang tepat untuk mengutarakan rasa syukur untuk mereka yang menjadi berkah dalam hidup kalian!
“Aku lihat kamu tadi sungguh bertemu dengan suami Sienna,” ujar Evelyn dengan kepala bersandar di pundak Adam. Ucapan wanita itu membuat Adam berkata, “Apa maksudmu dengan ‘sungguh’?” Pria itu melirik Evelyn dengan pandangan terhibur. “Memangnya, kamu kira aku berbohong?” Evelyn mendengus. “Siapa yang tahu kamu tadi hanya berpura-pura ingin bertemu dengannya, tapi ternyata hanya untuk membuatku berbincang dengan Ibu?” balasnya sembari mencubit pinggang pria tersebut pelan, membuat pria itu tertawa rendah. “Grup Smith jelas akan runtuh dalam hitungan hari,” ucap Adam, mulai untuk menjawab pertanyaan Evelyn. “Pada saat itu, akan ada banyak orang yang terkena imbasnya.” Pria itu melanjutkan, “Dengan kemampuan yang dia miliki, juga karena hubungannya dengan Sienna, aku meminta pria itu untuk menjadi perwakilanku dan mengambil alih seluruh pekerja Grup Smith.” Mendengar hal itu, Evelyn menganggukkan kepala sedikit, mengerti niat Adam. Kalaupun pria itu menginginkan kejatuhan Keluarga Sm
“Terutama setelah kalian berdua terlibat dalam pembunuhan Diandra!”Detik itu juga, Helen mematung di tempat. Ekspresi angkuh dan percaya diri yang dia tunjukkan sekejap menghilang entah ke mana.“Apa … maksudmu?” tanya wanita itu dengan suara bergetar. “Istri pertamamu itu mati bunuh diri! Tidak ada hubungannya denganku!”Henry mengepalkan tangannya, memperhatikan bagaimana ekspresi Helen mengkhianati ucapannya sendiri. Walau telah mendengar dari mulut putra bungsunya sendiri, tapi ada secercah harapan dalam hati Henry bahwa istri keduanya itu tidak benar-benar terlibat dalam kematian Diandra. Namun, sekarang ekspresi Helen telah benar-benar menyatakan semuanya.“Teganya dirimu, Helen ….” Tubuh Henry bergetar, hatinya merasa sangat hancur. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa wanita yang telah berada di sisinya selama puluhan tahun itu ternyata merupakan orang yang telah membunuh istri pertam
Suara sejumlah langkah kaki tergesa-gesa bisa terdengar bergema di lorong Capitol Medical Centre. Beberapa suster dan dokter yang melihat kehadiran sejumlah orang tersebut langsung menyingkir dari jalan, tahu bahwa mereka tergesa-gesa dan panik.Dua orang penjaga yang melihat kedatangan rombongan tersebut segera membungkuk hormat. “Tuan Adam, Nyonya Evelyn,” sapa mereka seraya langsung membukakan pintu.Masuk ke dalam ruangan, Evelyn bisa melihat sosok Daniel terbaring di tempat tidur dengan mata terpejam. Melihat betapa pucatnya perawakan pemuda itu membuat hati Evelyn terasa sakit.“Kakek,” panggil Adam begitu bersitatap dengan Noah yang terduduk di sofa ruangan tersebut. “Bagaimana keadaannya?” tanya pria itu dengan wajah tenang, tapi pancaran mata yang begitu panik.Pandangan Noah beralih pada sosok Daniel seiring dirinya menjawab, “Dokter bilang dia beruntung. Dua inci lagi, maka tusukan itu akan mengenai salah satu organ vitalnya dan nyawanya mungkin akan sulit diselamatkan.” Ta
“Astaga, apa yang membuatmu memanggilku kemari malam-malam begini, hah?!” omel seorang gadis berpakaian santai sembari membanting tubuhnya ke kursi restoran. Pandangannya terangkat pada sosok yang duduk sembari menyeruput minuman bersoda di tangan. “Aneh ….”Sosok bernetra hitam gelap berwajah rupawan itu mengangkat alis kanannya. “Apa maksudmu?” tanyanya, menanggapi pertanyaan sang gadis sebelum lanjut meraih satu kentang goreng dan mengunyahnya. “Apa yang aneh?”Gadis di hadapan menyangga wajahnya dengan satu tangan dan berkata, “Siapa yang akan menyangka Dominic Grey, sang Penguasa Dunia Bawah, bisa menghabiskan waktu di restoran cepat saji dengan pakaian seperti anak muda?” Pandangannya memperhatikan topi bola, sweter putih, dan celana jeans yang dikenakan pria di hadapan. “Astaga, semakin dipikirkan semakin mengerikan! Bisa-bisanya ada orang yang— mmh!”Ucapan gadis itu terhenti karena sebuah burger yang menyumpal mulutnya.“Berisik,” balas Dominic dengan wajah datar. “Apakah Eve
“Pergi dari sini!” Teriakan nyaring terdengar bergema di kediaman Keluarga Smith. Terlihat sosok Tom membelalak selagi menatap wanita di hadapannya dengan wajah penuh kengerian. “Kenapa kamu malah datang kemari setelah melakukan hal gila seperti itu, hah?!” bentaknya lagi. “Kamu sudah tidak waras, Helen!” Helen yang tengah berada di ruang tamu mengernyitkan dahinya. “Teganya Kakak mengatakan hal itu!” balasnya seraya mengambil langkah maju, mendekati sang kakak yang terus menjauh darinya. “Aku sedang berada dalam masalah, tapi Kakak malah mengusirku?!” “Kamu yang mencari masalah itu sendiri, bukan aku!” sahut Tom. “Orang waras macam apa yang akan melukai putra kandungnya sendiri, hah!?” geramnya, kentara sangat tidak ingin terlibat dalam kegilaan adiknya. Mendengar ucapan Tom, Helen memasang wajah marah. “Jangan coba-coba untuk bersikap suci di hadapanku, Kak! Aku tahu semua kebusukan Kakak!” bentak Helen. “Bukan hanya Kakak yang membunuh putri Keluarga Allen dan mengambil warisanny
‘Sial! Sial! Sial!’ Helen menggigit kukunya tanpa henti, terlihat sangat gelisah. ‘Apa aku sungguh akan pergi dari Capitol seperti ini saja?’ tanya wanita itu kepada dirinya sendiri. Dari ekspresi yang terpasang di wajah Helen, terlihat jelas bahwa wanita itu masih tidak rela meninggalkan Capitol. Pergi dari negara itu sama saja dengan kehilangan semua yang telah dia perjuangkan selama ini; status, kekuasaan, kekayaan, dan juga kehormatan! Memikirkan bagaimana sosok Evelyn, putri kandung dari Rosa, akan segera menyandang status yang lebih terhormat darinya dalam hitungan hari membuat hati Helen terasa panas. Terbayang sosok Evelyn, putri sepupu yang paling dia benci, juga Adam, putra tunggal wanita yang merebut seluruh perhatian Henry, tersenyum di altar pernikahan mengakibatkan Helen merasakan kecemburuan yang mendalam. ‘Enak saja mereka berbahagia semudah itu!’ Helen mengepalkan tangannya. ‘Paling tidak, sebelum pergi dari Capitol, aku harus mengacaukan pernikahan mereka!’ sumpahn
“Kakek … Kakek bilang apa?” Wajah Daniel yang beberapa saat lalu telah kembali cerah langsung berubah pucat saat mendengar berita mengerikan dari Noah.Hari baru dimulai, tapi kenapa dia harus menerima berita mengerikan seperti ini?“Ibu … kenapa …?” tanya Daniel lagi dengan tangan mencengkeram kuat selimutnya.Dengan tangan menggenggam ujung tongkat jalannya, Noah menghela napas dan berkata, “Mobil yang dikendarai Helen terlibat kecelakaan dan meledak.” Pria itu menutup mata saat menyatakan satu kenyataan pahit. “Dia tidak selamat.”Tangan Daniel yang mencengkeram kuat selimut bergetar, begitu pula dengan tubuhnya. “Tidak ….” Tenggorokan pria itu tercekat.Melihat pandangan putranya sedikit tidak fokus, Henry pun berkata, “Daniel, tenang dulu, Nak.” Dia mencoba untuk menghampiri sang putra dengan niatan untuk menenangkan. “Kamu harus—"“Tidak mungkin!” teriak Daniel selagi berusaha untuk turun dari tempat tidur. “Aku ingin melihat Ibu!”Bahkan kalaupun dirinya hampir kehilangan nyawa
“Melapor dari lokasi kejadian, terlihat kepala Keluarga Smith, Tom William Smith, tengah berjuang untuk menembus barikade penjagaan kantor Grup Dean dengan bantuan pengawalnya agar bisa mencapai lift. Hal ini dilakukan guna bertemu dengan ahli waris Keluarga Dean, Adam Dean, untuk meminta pertanggungjawaban atas meninggalnya adik semata wayangnya yang dinyatakan meninggal dalam kecelakaan.” Laporan langsung dari sejumlah wartawan bisa terdengar dari berbagai sisi lobi kantor Grup Dean. Setiap dari mereka mengutarakan hal yang tak jauh berbeda, yakni tindakan Tom yang datang untuk meminta pertanggungjawaban Adam. “Adam Dean! Keluar kamu!” Seorang pria paruh baya terlihat mengepalkan tangan dengan wajah sedih dan marah. “Kamu harus bertanggung jawab atas kematian adikku!” Teriakan pria yang tak lain dan tak bukan adalah Tom Smith tersebut membuat suasana menjadi semakin ricuh. Sejumlah pegawai juga mulai menggosipkan hubungan antaranggota Keluarga Dean. “Ada yang bilang Adam Dea