Share

Bab 3 Reputasi Keluarga

Suara tamparan keras menggema di ruang tamu Keluarga Aditama. “Anak nggak tahu malu!” maki seorang pria paruh baya dengan emosi yang menggebu-gebu.

Di tempatnya, Evelyn hanya bisa membeku, masih begitu terkejut akibat tamparan yang diterimanya begitu melewati pintu masuk ruang tamu kediaman.

“Dari mana kamu tadi malam, hah? Sama siapa kamu?!” sembur Reyhan dengan tatapan nyalang. Bayangan gelap di bawah mata pria itu menunjukkan bahwa dirinya tidak tidur dengan nyenyak.

Evelyn menggigit bibirnya, bingung harus menjawab apa. “Aku ….” Evelyn mengepalkan tangannya. “Aku di—”

Seorang gadis dengan wajah ayu bergegas menahan tangan sang ayah. Wajahnya menatap Evelyn dengan pandangan prihatin. “Pa! Jangan kasar dengan Kak Evelyn! Dengerin penjelasan Kak Evelyn dulu!” 

“Diam, Risa! Asal kamu tahu, kakakmu ini tadi malam berlaga layaknya seorang wanita penghibur!” teriak Reyhan dengan emosi menggebu-gebu. Kemudian, pria paruh baya itu menunjukkan sebuah rekaman ke hadapan Risa dan Evelyn. “Lihat ini!”

Terlihat dari ponsel Reyhan sebuah video menunjukkan sosok seorang pria dengan wajah yang kurang jelas masuk ke dalam kamar 1010. Tak lama, seorang gadis dengan gaun merah ketatnya masuk ke dalam kamar yang sama dengan mudah, seakan telah ditunggu. Reyhan mempercepat video, menunjukkan bahwa berjam-jam telah berlalu, tapi tidak ada tanda-tanda keluarnya kedua orang tersebut dari dalam kamar hotel.

Ketika video berhenti, Reyhan Kembali berteriak, “Coba jelasin kamu semalam ngelakuin apa?!” Bentakan pria itu sayangnya hanya disambut kesunyian sang putri sulung.

Melihat ketidakberdayaan kakaknya, Risa berkata, “Pa, jangan marah-marah dulu. Kak Evelyn sudah takut duluan kalau Papa terus bentak-bentak begini.”

Reyhan mendengus kesal. Rekaman yang dikirimkan manajer hotel perihal Evelyn memasuki kamar 1010, kamar seorang pria, jelas memberikannya info cukup perihal apa yang anak gadisnya itu telah lakukan. 

Ingin sekali Reyhan mengonfrontasi pria tersebut, tapi dia khawatir melakukan hal itu malah akan membesarkan masalah dan membahayakan perjodohan Evelyn dengan Andre Diwangkara, putra tertua dari keluarga bisnis terkaya di Nusantara. Tak hanya itu, manajemen hotel juga terlihat melindungi identitas pria di kamar 1010 tersebut, dan hal itu membuat emosi Reyhan semakin meningkat. 

Reyhan melemparkan sebuah pandangan mematikan kepada Evelyn, “Papa nggak peduli cowok itu siapa, maupun apa pun yang sudah terjadi di antara kalian. Akan tetapi, Papa tidak akan ngebiarin kamu menghancurkan reputasi keluarga dan rencana Papa!” Sebelum pria itu meninggalkan ruang tamu, dia memberikan peringatan terakhir kepada putri sulungnya. “Walau Andre sudah menyatakan ingin memutuskan pertunangan, tapi Papa akan pastikan reputasi keluarga kita tetap terjaga. Demikian, jangan harap kamu bisa keluar dari rumah ini sampai Papa izinkan!”

Mendengar hal itu, Evelyn mengangkat pandangannya, terkejut dengan hukuman sang ayah. ‘Lalu, bagaimana dengan para klien?!’ ingin Evelyn teriakkan hal tersebut. Akan tetapi, amarah sang ayah yang menggebu membuatnya mengurungkan diri dari berkata apa pun. Dia hanya bisa menangis, kecewa dengan kelalaian dirinya sendiri.

Di saat ini, Risa menoleh untuk menatap ke arah sang kakak. Dengan pandangan prihatin, gadis itu memeluk Evelyn dan menepuk-nepuk pelan punggungnya. “Tenang saja, Kak. Semua akan baik-baik saja. Papa hanya marah sementara saja,” ujar gadis itu dengan lembut.

“Aku mengacaukan semuanya, Ris. Andre juga sudah tahu semuanya!” tangis Evelyn dengan pilu. “Andre pasti nggak akan maafin aku.”

Tanpa sepengetahuan Evelyn, ucapannya membuat ekspresi sang adik perlahan berubah. Sebuah senyuman tipis terlukis selagi dirinya menepuk-nepuk punggung Evelyn dengan lembut. ‘Kalau begitu, baguslah!

***

“Masuk,” balas Adam terhadap ketukan di pintu kantornya. Pandangannya mendarat pada sosok sang asisten, Julian. “Ada apa?” tanyanya sembari mengalihkan manik birunya kembali pada dokumen di tangannya.

“Dari kemarin saya sudah menjalankan hal yang Bapak minta, tapi saya tidak bisa menemukan informasi apa pun tentang wanita itu,” jelas Julian yang disambut dengan kerutan kening Adam. “CCTV hotel tidak bekerja dari jam sembilan malam sampai tujuh hari esoknya di hari Bapak bermalam di sana, dan tidak ada dari para klien yang mengaku telah mengirimkan ‘hadiah’,” lanjut pria itu. “Demikian, nama perempuan itu siapa juga masih belum saya ketahui.”

Mendengar hal ini, Adam sedikit membanting dokumen ke atas meja, merasa mood-nya berubah buruk. “CCTV tidak bekerja?” Pria itu mendengus mengejek. “Aku ingin menuntut hotel itu untuk kelalaian dalam keamanan,” ucapnya.

Helaan napas Julian terdengar. “Tanpa luka, kita tidak bisa menuntut hotel secara sembarang,” balas pria itu, merasa atasannya meracau tidak jelas. “Selain itu, terlibat dengan hukum di negara ini akan mengakibatkan perusahaan cabang terkena dampak. Kalau saham perusahaan turun, Pak Henry pasti akan murka.”

Ketika nama sang ayah disebut oleh asistennya, Adam langsung mendecakkan lidah. Dia menyandarkan tubuhnya dan berkata dengan angkuh, “Dua hari lagi kita harus segera kembali ke Capitol. Oleh karena itu, anggap saja hotel itu beruntung.” 

Terlihat Adam memutar kursi ke arah jendela, menikmati pemandangan kota yang disuguhkan ruang tertinggi di gedung cabang perusahaan grup Dean miliknya. Mata biru lautnya menatap kosong ke luar selagi benaknya kembali terbawa kepada malam panas yang samar itu. Walau hanya mengandalkan ingatan, tapi Adam seperti bisa mencium aroma mawar mengundang milik wanita tersebut. 

Begitu menggugah selera, itulah yang pria itu pikirkan kala menghirup wanginya.

“Kembali ke wanita di malam itu, apa yang harus aku lakukan sekarang, Pak?” tanya Julian, merasa telah mencapai jalan buntu. “Apa perlu hubungi pol—”

“Lupakan saja,” potong Adam seraya berdiri dari kursinya dan melangkah ke luar kantor, memaksa Julian untuk berjalan mengimbangi dirinya. “Tidak perlu cari wanita itu lagi,” jelasnya. “Mengambil alih kekuasaan grup di Capitol adalah yang utama saat ini.”

***

Sudah tiga minggu sejak Evelyn terkurung di dalam rumah. Reyhan benar-benar tidak membiarkannya pergi sama sekali, terkecuali untuk menghadiri beberapa acara penting. Walau Evelyn bisa keluar, tapi sejumlah bodyguard selalu menemani dirinya atas perintah sang ayah. Hanya saja, bahkan dengan semua hal itu, masih muncul sebuah rumor perihal hubungan Evelyn dengan seorang pria tidak dikenal.

Rumor yang tersebar itu juga semakin dikuatkan dengan rumor pihak Diwangkara memutuskan perjodohan Andre dan Evelyn secara sepihak. Hal tersebut membuat emosi Reyhan semakin menjadi-jadi.

“Sial! Dari mana orang-orang ini mendapatkan berita ini!? Siapa yang menyebarkan rumor seperti ini?!” geram Reyhan sembari membanting koran yang membicarakan perihal putri sulungnya.

Di sofa yang berada di hadapan Reyhan, Evelyn hanya terdiam dengan wajah yang kuyu. Di sebelahnya, Risa yang begitu ayu sedang membaca artikel-artikel tentang hubungan gelap sang kakak di ponselnya. Maniknya terlihat melirik sang kakak beberapa kali, seakan menunggunya melakukan sesuatu.

Melihat Evelyn yang terdiam, hati Reyhan menjadi semakin kesal. “Kalau bukan karena kebodohan kamu, nama baik keluarga kita nggak akan rusak seperti ini!” makinya.

Mendengar makian sang ayah, Evelyn menutup matanya. Dia kira hancurnya kepercayaan sang ayah, hilangnya kesucian yang telah dia jaga, juga dibatalkannya pernikahan yang dia tunggu-tunggu sudah merupakan tiga hal paling menyiksa yang bisa terjadi dalam hidupnya. Namun, saat ini ada satu hal lagi yang melengkapi penderitaan Evelyn.

Dalam satu tarikan napas, Evelyn mengucapkan satu kalimat yang berhasil menggegerkan keluarga Aditama, “Pa, aku hamil.” 

LuciferAter

Mohon maaf, Mbak Vlyn ... itu adek apa uler sih? Terus itu bapak kandung ato bukan? Ya kok kejam bener? Apa cuma aku yang ngerasa gini, guys?

| 5
Komen (18)
goodnovel comment avatar
Nirwana Waton
pasti ini jebakan raisa
goodnovel comment avatar
Bukan Aku
tiga minggu mass
goodnovel comment avatar
Hasna Amzary
adiknya mau menikam di belakangnya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status