Share

Bab 5 Kembali

Author: LuciferAter
last update Last Updated: 2022-09-20 16:46:09

“Mama, Mama! Aku mau itu!” seru seorang gadis kecil berkisar tujuh tahun sembari menunjuk ke arah gambar es krim sebuah restoran. Mata bulat gadis itu terlihat menggemaskan, juga memesona akibat maniknya yang berwarna biru terang.

Mendadak, sebuah tangan mungil menggenggam tangan gadis kecil itu untuk menahannya. “Lili, jangan ngerepotin Mama. Kita bisa beli itu nanti, ya,” balas seorang bocah laki-laki dengan wajah yang hampir sama persis dengan sang gadis kecil. Sikap sang bocah kecil yang begitu tenang membuat beberapa orang yang memperhatikan mengira bocah itu lebih tua dari penampilannya.

Di antara kedua kembar menggemaskan tersebut, seorang wanita cantik berpakaian elegan menggandeng keduanya sembari tersenyum. Wanita itu berjongkok di hadapan kedua putra-putrinya dan berkata, “Liam memang paling pengertian,” pujinya. Kemudian, dia beralih kepada sang gadis kecil dan mengusap kepalanya lembut. “Lili sabar dulu ya, Sayang. Setelah kita sampai apartemen dan selesai berberes, Mama bawa kamu beli es krim, oke?”

Gadis kecil bernama Lili itu terlihat sedikit murung, tapi dia kemudian mengangguk pelan. “Oke, Mama.”

Balasan itu membuat sang wanita tersenyum penuh kasih. “Lili pintar.” Dia kembali menggandeng kedua tangan putra-putrinya sebelum lanjut berjalan keluar dari gerbang kedatangan bandara Nusantara.

Tak lama, sebuah suara berseru lantang, “Bu Evelyn Erlangga?” Hal itu membuat sang wanita dengan dua kembar menggemaskan itu menoleh.

Ya, wanita rupawan itu tak lain dan tak bukan adalah Evelyn Aditama, atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Evelyn Erlangga.

Delapan tahun sudah berlalu sejak kepergiannya dari Nusantara atas perintah sang ayah, Reyhan Aditama. Tak pernah sedikit pun dia kira akan kembali kemari dengan dua anak kembar yang dia lahir dan besarkan sendirian.

Kalau bukan karena rekomendasi sahabatnya dari negeri seberang, sebenarnya tidak akan terbersit di benak Evelyn untuk kembali ke negara tempat kenangan pahit masih tersimpan.

Sesampainya di hadapan Evelyn, seorang pria dengan jas hitam dan kemeja putih menyapanya dengan sopan, “Halo, Bu Evelyn. Perkenalkan, nama saya Adi. Saya supir yang disuruh Bu Anita mengantarkan Ibu ke apartemen.”

Mendengar nama sang sahabat dari negeri seberang disebut, Evelyn pun mengangguk lembut. “Salam kenal, Pak Adi.” Dia pun beralih pada kedua putra-putrinya. “Harus bilang apa kalau bertemu orang baru?”

“Halo, Om Adi!” ujar kedua bocah imut itu dengan serempak.

Melihat sikap sopan kedua bocah itu, pria paruh baya tersebut pun menunduk dan tersenyum. “Halo juga.” Dia pun menatap Evelyn dan bertanya, “Barang bawaan Ibu hanya ini?” Dia melihat porter yang berada di belakang Evelyn, dua koper kecil terlihat di kedua sisi sang porter.

Evelyn mengangguk. “Sebagian besar saya tinggal kalau-kalau harus kembali ke sana.” Dia meminta kedua putra-putrinya untuk menunggu sebelum akhirnya menghampiri sang porter untuk memberikan tips. “Terima kasih, Pak.”

Sementara Evelyn dan sang supir sedang mengurus bagasi, terlihat Liam dan Lili saling menggoda satu sama lain. Hal itu berujung kepada kedua bocah tersebut berlarian dan saling mengejar, bermain untuk mengatasi kebosanan.

Di saat yang sama, seorang pria bertubuh tinggi melangkah keluar dari gerbang kedatangan dengan kakinya yang jenjang. Jas abu mewah yang membalut tubuhnya tak mampu menyembunyikan proporsi tubuh memukau. Walau matanya tertutup kacamata hitam, tapi hidung ramping nan tinggi yang ditemani bibir tipis menggoda itu mampu membuat beberapa kaum hawa yang melirik merona merah.

“Siapa pria itu?”

“Dia seperti model!”

“Apa jangan-jangan dia artis luar negeri? Jarang-jarang ada cowok Nusantara setinggi itu!”

Sejumlah komentar pun terlontar dari beberapa wanita di sekitar tempat itu. Tidak ada yang bisa memungkiri bahwa pria yang baru saja keluar dari gerbang tersebut begitu tampan dan menarik perhatian.

Tanpa peduli dengan pandangan yang diarahkan padanya, pria berkaki jenjang itu mengecek ponselnya. “Apa jadwal kita hari ini?” tanyanya dengan datar.

Di sebelahnya, seorang pria dengan pakaian profesional yang serupa membuka catatan di tangannya dan menjelaskan, “Kita perlu bertemu perwakilan cabang grup Dean untuk membahas perihal laporan tahunan yang menurun awal tahun ini dalam dua jam. Ada juga pertemuan untuk membahas interview di hari esok.”

Dengan yakin, Adam menurunkan perintah, “Kita kembali ke kediaman terlebih dahulu, ada beberapa hal yang perlu kulakukan sebelum—"

“Ah!”

Ucapan Adam terhenti ketika sesuatu menabrak kakinya dengan cukup kencang. Dia melirik ke bawah, mendapati seorang gadis kecil dengan dress putih manis terjatuh di lantai. Sekali lihat, dia yakin bahwa gadis kecil itu telah menabrak dirinya.

Adam melepaskan kacamata hitamnya, lalu dia menunduk sedikit untuk menjulurkan tangannya. “Hei, kamu baik-baik—”

“Maaf!” Seorang bocah laki-laki mendadak muncul menghadang dirinya dari menyentuh sang gadis kecil. “Adikku nggak sengaja, kami minta maaf!” seru bocah itu sembari membungkuk sopan.

Melihat wajah sang bocah, Adam tak mampu berkata-kata. Entah apakah ini hanya perasaannya saja, tapi wajah bocah kecil itu sungguh … mirip dengannya. Tak hanya itu, mata biru yang dimiliki kedua bocah di hadapannya itu ….

“Lili! Liam!” sebuah suara dengan nada khawatir terdengar, mengalihkan pandangan Adam. Terlihat seorang wanita dengan penampilan elegan berlari kecil menghampiri dua bocah kecil tersebut. “Kamu nggak apa-apa, Sayang?” tanya wanita itu sembari membantu gadis kecil itu berdiri.

Mata Lili terlihat memerah, tapi gadis itu menggeleng dengan bibir dimanyunkan. Tangan gadis itu terbentang, meminta sang ibu untuk memeluknya.

Setelah wanita itu memastikan sang putri baik-baik saja, dia menggendongnya selagi satu tangan lain langsung menggandeng sang putra. Dia pun langsung membungkuk cepat untuk meminta maaf kepada pria yang ditabrak putrinya, “Maaf, Pak, putri saya tidak hati-ha—”

Di saat pandangan mereka bertemu, wanita itu membeku di tempat. Hal tersebut membuat Adam juga terdiam, bukan hanya karena wajah wanita itu cukup menawan, tapi karena dia merasa ada wangi familier yang tertangkap indera penciumannya. Dia pun menatap tajam wanita tersebut, mencoba menelisik setiap sisi yang wanita itu miliki.

Dalam hatinya, Adam membatin, ‘Wangi ini … kenapa wangi ini begitu familier?

LuciferAter

Nah loh, ketemu lagi sama Bang Adam! Gimana nih?!

| 55
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
yes yes yes,,,kerjasama jg pst kan mereka terjalin thor
goodnovel comment avatar
anteng s
akhirnya ketemu
goodnovel comment avatar
Yusuf Hardi
beh makin seru ni
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 379 Satu Cerita Berakhir [END]

    Tidak lama setelah Evelyn beserta suami dan ibunya turun dari panggung, iringan merdu piano pun terdengar. Pintu ruang pesta terbuka, membuat setiap pasang mata beralih ke arah sosok berbalut gaun pengantin berwarna putih mutiara yang berjalan memasuki ruang pesta didampingi seorang wanita dengan gaun hijau indah. Itu adalah Rena yang didampingi oleh sang nenek, Yara. Memerhatikan calon istrinya menghampiri, Dominic merasa seakan jantungnya ingin melompat keluar dari dada. Langkah Rena dalam gaun indah itu sangatlah ringan, hampir seperti melayang bak dewi yang turun dari khayangan. Bulu mata lentiknya yang bergetar mengikuti langkahnya membuat penampilan wanita itu memesona Dominic. Saat wanita rupawan itu sudah berada di hadapannya, Dominic hanya bisa membeku seperti orang bodoh, tenggelam dalam pancaran indah sepasang manik hijau yang menghipnotis itu. Dengan tangan yang telah disodorkan oleh Yara kepada Dominic, Rena yang melihat pria itu mematung konyol tersenyum geli. “Tidak

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 378 Perkumpulan

    “Tidak kusangka akan tiba hari di mana Tuan Dominic Grey akan berakhir menikah,” ucap Selena, sekretaris Dominic, yang menangis haru melihat sang atasan mengenakan jas putih pernikahan, terlihat begitu cerah dibandingkan hari-hari biasanya.Di sebelah Selena, Julian menepuk-nepuk pundak wanita tersebut. “Aku paham perasaanmu.” Dia sendiri sempat merasakan hal serupa ketika Adam Dean menikah dengan Evelyn Grey.Sembari menggandeng lengan Julian, Elena memasang senyuman geli. Dengan wajah bangga, dia berkata, “Hehe, kalian kurang peka. Sedari awal, aku sama sekali tidak terkejut Adam akan berakhir dengan Evelyn dan Dominic akan berakhir dengan Rena.”Sementara para pemuda-pemudi Capitol mengomentari pernikahan Rena, di satu area khusus yang dijaga banyak pengawal berpakaian tradisional, terlihat Saraswati dan Anindita hadir bersama dengan ibu mereka, Adhisti. Ketiganya terlihat tengah berbincang ramah dengan Diandra dan Henry yang dengan mahir menjamu mereka.Tampak sosok Adhisti juga s

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 377 Undangan Pernikahan

    BUK! Suara tubuh yang terbanting ke tempat tidur empuk bisa terdengar. Hal tersebut diikuti dengan kecupan basah dan lenguhan yang saling beradu. Dalam ruang tidur di pesawat pribadi itu, Dominic tampak sedang mengungkung sosok Rena. Tangan pria tersebut menelusup masuk ke dalam pakaian gadis di hadapan, meremas sedikit dan menyebabkan sebuah lenguhan rendah untuk kabur dari bibir Rena. “Hah ….” Napas yang terengah terdengar kala ciuman mereka terpisah. “Dom …,” panggil Rena. Ujung mata gadis itu tampak sedikit merah dan basah, terlihat begitu menggoda. “Jangan sekarang ….” Mereka sekarang di mana? Di dalam pesawat dengan puluhan bawahan yang menunggu di depan ruang pribadi. Kalaupun sudah berpindah ke kamar tidur, tapi Rena tidak bisa menjamin segala hal yang terjadi dalam ruangan tersebut tidak akan didengar oleh orang-orang di luar! Sebagai seseorang yang telah berkutat dengan dunia malam, tidur dengan seorang pria jelas adalah sesuatu yang tidak begitu asing untuknya. Akan te

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 376 Aku Menginginkanmu

    Adhisti tersenyum, lalu menepuk pelan punggung Rena. “Aku tidak berkata kamu akan menikah sekarang, bukan?” Dia melirik Dominic yang hanya terdiam di tempatnya selagi menatap intens ke arah Rena. “Akan tetapi, aku yakin seseorang tidak bisa lagi menunggu lama.”Satria, yang mendorong kursi roda Adhisti—Rena yakin sepertinya keduanya telah berbaikan setelah mengetahui kebenaran di balik kematian Wulan—tertawa rendah dan menimpali, “Jikalau memang kalian akan merayakannya, jangan lupa untuk mengundang kami.”Mendengar hal itu, Bhadrika langsung bersiaga dan berujar, “Tuan Putri, di hari itu, tolong infokan paling tidak satu bulan sebelum. Banyak persiapan yang perlu regu pengawal siapkan untuk memastikan keluarga kerajaan bisa pergi ke luar kerajaan.” Dia sudah memikirkan seribu satu cara untuk menjaga acara pernikahan tersebut.Rena hanya bisa tertawa mendengar ucapan semua orang. Senyuman di bibirnya merekah lebar lantaran senang semuanya berakhir baik.Pandangan Rena mendarat pada An

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 375 Bukan Salahmu

    Menepiskan pandangan para pengunjung hotel pada dirinya, Dominic masuk ke dalam lift khusus untuk kemudian menuju penthouse miliknya.Sebelum pintu tertutup, manajer hotel tersebut berucap, “Jikalau ada yang diperlukan, silakan menghubungi saya, Tuan Grey. Saya permisi.”Dominic melangkah masuk ke dalam kamar, lalu meletakkan Rena dengan hati-hati di sana. Lelah sepertinya merasuk tubuh gadis tersebut, bahkan setelah semua kericuhan untuk tiba di kamar tersebut, Rena sama sekali tidak terganggu.Tidak ingin mengusik Rena, Dominic pun keluar dari ruangan. Dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.“Kami sudah tiba,” ucap Dominic.“Rena … sudah menemui Eli Black?” tanya suara melantun dari ujung telepon yang lain.“Sudah.”“Apa … dia baik-baik saja?” tanya suara itu lagi.Dominic melirik ke arah Rena dari celah pintu yang tidak sepenuhnya tertutup. “Dia bertahan, Yang Mulia.”Mendengar balasan Dominic, Yara tersenyum sendu. “Bagus … itu bagus.”Dominic menjatuhkan pandangan, lal

  • Gairah Cinta sang Pewaris   Bab 374 Akan Kupastikan

    Ketegangan di antara kedua pria asing itu membuat sejumlah pengunjung kafe dan juga pejalan kaki memerhatikan mereka. Hal tersebut membuat Rena langsung mengenakan kembali kaca mata hitamnya dan menarik ujung hoodie putih Dominic.“Kita pergi saja. Jangan menarik perhatian,” ucap Rena dengan suara rendah, takut ada yang mendengar atau mengenali dirinya.Bagaimanapun, mereka masih berada di Kerajaan Nusantara, tempat di mana dirinya sempat dikenal sebagai pewaris takhta.Mendengar permintaan Rena, Dominic pun menurut dan menghempaskan tangan Eli. Dia melingkarkan tangan di pinggang Rena dan menarik gadis itu pergi menjauh dari Eli Black.Sebelum sepenuhnya pergi, Eli sedikit berseru, “Yarena! Apa kamu akan pergi begitu saja?!”Sungguh, Eli berharap Rena akan memberikan ‘akhir’ yang dia inginkan, bukan mengabaikannya seperti ini. Atas segala dosa yang dia lakukan, Eli ingin Rena mengakhirinya dan memberikan balasan yang setimpal.Di saat mendengar pertanyaan Eli, Rena menghentikan langk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status