Home / Romansa / Gairah Liar Adik Ipar / Bab 5. Kau Saja Mendua, Kenapa Aku Tidak?

Share

Bab 5. Kau Saja Mendua, Kenapa Aku Tidak?

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2025-09-20 07:29:24

Esther terdiam untuk beberapa saat. Keterkejutan terlihat di wajahnya. Eric adalah orang kepercayaan Erland selama bertahun-tahun. Dan hari ini, Esther mendapati pria itu dipecat.

Apa yang terjadi sebenarnya?

“Eric,” panggil Esther. Dia harus mencari tahu lebih banyak lagi.

“Ya, Nyonya,” jawab Eric di seberang.

“Sejak kapan kamu dipecat?” tanya Esther penasaran.

Suara di seberang kembali terdengar. “Sudah satu tahun yang lalu, Nyonya.”

“Apa?” Esther jelas saja kaget. Sudah selama itu, tetapi tidak ada yang memberitahunya. “Eric, kenapa kau tidak bilang padaku!” Nada bicara Esther berubah protes.

Hening sejenak. Sebelum akhirnya Eric menjawab, “Maaf, Nyonya. Semua atas permintaan Tuan. Tuan memperingatkan saya supaya saya tidak mengadu pada Nyonya.”

Esther memejamkan matanya erat-erat. Entah apa tujuan Erland menyembunyikan hal ini. Namun, Esther yakin, semua yang terjadi ada sangkut pautnya dengan Tiara.

“Apa kamu melakukan kesalahan?”

“Hanya kesalahan kecil, Nyonya. Tapi entahlah. Sepertinya saat itu Tuan sedang banyak pikiran sehingga meluapkan emosinya pada saya,” jawab Eric.

Esther menghela. Dia merasa masalah ini tidak tidak sesederhana yang Esther pikirkan.

“Lalu, kamu menerima begitu saja, Eric?” tanya Esther lagi. Dia yang sudah membawa Eric ke Dawson Group. Dan dia merasa bertanggung jawab atas apa yang dialami pria itu.

“Ya, Nyonya. Saya sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik,” kata Eric yang membuat Esther seketika lega.

“Baiklah, Eric. Lain kali kita harus bicara.”

“Tentu, Nyonya. Kapan saja Anda membutuhkan, saya akan meluangkan waktu untuk Anda.”

“Terima kasih, Eric.”

Panggilan ditutup. Esther menghela napas berat. Hari-harinya menjadi sulit setelah kehadiran Tiara. Seharusnya dia bisa menggali informasi tentang wanita itu.

“Aku harus datang ke perusahaan sekarang.” Esther segera bersiap. Dia mengganti handuk kimono yang dia kenakan dengan setelan formal.

Semua orang mengenalnya sebagai Nyonya Dawson. Dan dia harus berpenampilan layaknya wanita dari keluarga terpandang. Esther mengenakan koleksi sepatu dan tas terbaiknya.

Lalu perhiasan, kalung, cincin dan anting bertahtakan berlian. Esther melihat dirinya di cermin. Terlihat elegan, namun, tidak berlebihan.

Setelah penampilan dirasa sempurna, Esther segera keluar. Dia menuruni anak tangga. Rumah dalam keadaan sepi, hanya ada beberapa pelayan yang berlalu-lalang membersihkan ruangan.

Esther segera melangkah keluar rumah. Menuju ke garasi. Sudah lama Esther tidak mengendari mobilnya sendiri. Selama ini dia selalu pergi bersama sopir dan juga Erland.

Mobil Crush merah adalah adalah hadiah yang diberikan oleh Erland di hari ulang tahunnya tahun lalu. Esther sangat menyayangi mobil itu.

“Maaf ya, membiarkanmu terlalu lama,” ucap Esther kepada mobilnya. Dia segera menyalakan mesin kendaraan. Dan mengendarainya meninggalkan area kediaman Dawson.

Tempat tujuan Esther sudah jelas. Yaitu, Dawson Group, di mana suaminya bekerja sebagai pemimpin perusahaan. Setibanya di sana, Esther masuk melalui akses khusus yang biasanya digunakan oleh para petinggi perusahaan.

Esther bukannya tidak melihat wanita yang berdiri di balik meja resepsionis. Hanya saja Esther memutuskan untuk mengabaikannya, Esther melangkah begitu saja menuju ruangan suaminya.

Akan tetapi, sebuah suara menghentikannya.

“Tunggu!”

Esther menoleh dan melihat Tiara mendekatinya. Esther memutar bola mata malas.

“Kak Esther kemari?” tanya Tiara basa-basi.

Esther tidak bersuara, hanya menampakkan ekspresi wajah yang terlihat enggan. Sesungguhnya, dia sangat malas berhadapan dengan wanita ini.

“Kak Esther mau ketemu Kak Erland?” tanya Tiara lagi.

Kening Esther mengkerut. “Kak Erland? Di kantor pun kamu memanggilnya begitu?” Esther tidak habis pikir, dia menganggap bahwa Tiara sangatlah tidak profesional.

“Sebenarnya, Kak Erland yang memintanya,” kata Tiara dengan senyum di bibirnya yang membuat Esther semakin kesal.

Tidak ingin meladeni Tiara, Esther segera melenggang melewati wanita itu. Namun, suara Tiara lagi-lagi membuat langkahnya terhenti.

“Tunggu, Kak Esther!”

Mau tidak mau, Esther pun menoleh.

“Apa lagi?”

“Kak Erland tidak bisa diganggu, lebih baik Kak Esther pulang saja,” usir Tiara sambil berdiri di depan pintu ruangan Erland dengan posisi menghadang.

Esther mengetatkan rahangnya. Kedua tangannya mengepal kuat. Serta bola matanya melebar sempurna.

“Apa yang kau lakukan? Aku ingin bertemu dengan suamiku!” sergah Esther tak mau kalah.

“Kak Tiara lupa, Kak Erland suamiku juga. Jadi aku punya hak atas Kak Erland. Dan sekarang, Kak Erland sedang sibuk, tidak bisa diganggu.” Tiara berucap dengan tegas, seolah tidak ingin dibantah.

Sejujurnya, dia hanya tidak ingin Esther bertemu Erland. Dia tidak suka melihat kebersamaan Erland dengan Esther. Apalagi hari ini Esther terlihat sangat cantik.

Tiara melihat penampilan Esther dari ujung kaki hingga ujung kepala dan berhenti pada kalung berlian yang dikenakan wanita itu. Rasa iri seketika muncul.

“Kau berani sekali, minggir!” Esther habis kesabaran. Dia mendorong Tiara.

Siapa sangka wanita itu malah jatuh ke lantai. Padahal, Esther tidak benar-benar mendorong wanita itu.

Bertepatan dengan itu, pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok Erland yang berwibawa.

“Apa yang terjadi?”

Melihat Tiara terduduk di lantai, Erland segera menghampiri Tiara. “Kau baik-baik saja?” tanya pria itu lembut.

Kesempatan itu digunakan Tiara untuk menarik perhatian Erland. “Kak Esther yang mendorongku,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Jelas itu hanya sandiwara. Namun, sepertinya Erland sudah tenggelam dalam drama yang sengaja dilakukan oleh Tiara.

Erland lantas membantu Tiara berdiri. Hal tersebut memancing emosi Esther, bahkan di perusahaan, Erland berani menunjukkan kedekatan mereka.

Erland menatap Esther dengan tatapan tajam. “Apa yang kau lakukan, Esther?” Suara Erland naik satu oktaf.

Napas Esther memburu cepat. “Dia yang mulai, Erland. Dia melarangku bertemu denganmu!” seru Esther membela diri.

“Memangnya untuk apa kau ingin bertemu denganku?” tanya Erland yang sama sekali tidak menurunkan nada bicaranya yang tinggi.

“Ada yang ingin aku bicarakan. Ini tentang Eric. Kenapa kau tidak bilang padaku kalau kau memecatnya?” Esther tidak tahan lagi untuk membahas masalah ini.

“Oh, jadi semua karena Eric?” Erland perlahan mendekati istri pertamanya, tatapannya semakin tajam. Penuh kecurigaan. “Kenapa? Sepertinya kau tidak terima. Apa diam-diam kalian punya hubungan?”

Seketika itu Esther membulatkan matanya. Tidak menyangka bahwa Erland akan menuduhnya. Tidak berniat menyangkal, Esther justru ingin memberi pukulan pada Erland.

“Memangnya kenapa? Kau saja boleh mendua, kenapa aku tidak?”

“Beraninya kau?” Erland mengangkat satu tangan, ingin memberikan tamparan.

Esther memejamkan mata. Siap menerima terima. Namun, sebuah tangan dengan sigap menangkap pergelangan tangan Erland.

“Hei, Bung. Jangan main kasar terhadap perempuan.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 73.

    Tatapan Esther seketika membesar. Ia teringat dengan luka yang dialami oleh Tiara, membuat Esther seketika merinding. Sejak kapan Erland memiliki gaya bermain seperti itu? Yang pasti Esther tidak ingin mengalaminya. Ia sangat benci kekerasan. Sehingga ia harus mencari alasan supaya Erland tidak meminta haknya malam ini. Sebelum langkah mereka sampai pada kamar. Esther segera memegang perutnya.“Awh!” pekik Esther. Melihat itu, Erland segera merunduk. “Ada apa, Esther?” tanyanya penasaran. “Erland mendadak perutku sakit!” ringis Esther dengan ekspresi kesakitan yang dibuat sedemikian rupa. “Kenapa? Apa kau salah makan?” tanya Erland polos. Esther menggigit bibir bawahnya, sesekali melirik ke arah Erland. Tampak pria itu sangat khawatir. “Sepertinya iya,” jawab Esther dengan tidak melepaskan pegangannya pada perutnya. Erland yang berdiri di sisi wanita itu terlihat mulai panik. “Kalau begitu aku akan panggi

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 72.

    Esther menelan. Ludah kasar. Esther merasa seperti seorang pesakitan ketika tatapan setiap orang di ruangan itu langsung tertuju padanya. Seolah-olah ia baru saja melakukan kesalahan besar yang pantas dipertanyakan.Matanya berusaha menatap ke arah lain, namun rasa canggung membuat tubuhnya serasa membeku. Senyuman kaku yang ia paksakan justru semakin memperlihatkan kegugupan yang tidak mampu ia sembunyikan.“Esther, Kakek bertanya padamu. Kau dari mana saja? Kami semua menunggumu.” Ucapan Erland seolah menyadarkan Esther. Semua orang telah berkumpul termasuk Tiara. Corrina tampak duduk tak jauh dari single sofa yang diduduki Daxton. Sementara Tiara duduk berdekatan dengan Erland. Dengan langkah ragu ia mulai mendekati salah satu sofa yang kosong. “Maaf, saya baru saja berkunjung ke panti asuhan.” Jawaban Esther membuat Erland menyipitkan matanya. Tetapi ia tidak berkomentar apa pun. “Duduk!” titah Daxton. “Baik, Kakek.” Esther lantas menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa. Ruangan

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 71.

    Arion mengulas senyum ketika melihat pesan gambar yang dikirimkan oleh orang suruhannya. Terlihat Esther yang hendak masuk ke dalam sebuah bangunan. Di kedua tangannya terdapat kantong belanjaan. Saat mendengar Esther akan pergi ke suatu tempat, Arion merasa khawatir. Itu sebabnya ia memerintahkan seseorang untuk mengawasi wanita itu. Siapa sangka wanita itu justru pergi ke panti asuhan. “Sungguh mengesankan,” gumam Arion. Ia tak henti-hentinya memandangi gambar itu. Harusnya ia tetap berada di sisi wanita itu. Menemani setiap langkahnya menuju ke tempat yang dia inginkan. Tetapi panggilan dari Daxton harus membuatnya meninggalkan wanita itu.Sementara itu, kedatangan Esther di panti asuhan tersebut selalu mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak yang tinggal di sana. Begitu kakinya melangkah melewati gerbang, beberapa anak langsung menyambut dengan wajah berseri-seri. Mereka berlarian kecil menghampirinya, memanggil namanya dengan penuh antusias.“Miss Esther datang!” t

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 70.

    Saat melihat nama Daxton Dawson, Arion merasakan firasat buruk. Pikirannya melayang pada Carlos. Apa pria itu sudah memberitahu kakeknya tentang apa yang sudah ia lakukan? Pikiran-pikiran itu berkeliaran merusak sistem kerja otaknya. Esther menatap Arion yang tampak terdiam. Ia melihat sesuatu yang berbeda dari pria itu–perubahan air wajahnya terjadi begitu drastis sehingga memicu sebuah pertanyaan yang bersarang di kepala Esther. “Ada apa?” Arion segera tersadar. Ia kembali menatap layar ponselnya yang masih mengeluarkan cahaya. Dan nama yang ada di layar, masih belum menghilang. Untuk meredakan suara bising itu, Arion terpaksa menerima panggilan. “Halo, Kakek.” Arion berjalan menjauhi Esther. Wanita itu hanya melihat saja tanpa berkomentar. Pembicaraan mereka pun tak terdengar. Lagi pula Esther sama sekali tidak tertarik. Bukankah setiap orang memiliki urusan masing-masing? “Temui aku sekarang!” Suara berat itu terdengar menembus gendang telinga Arion. Sehingga ia secara refl

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 69.

    Esther dan Arion telah tiba di rumah industri perhiasan, Majestic Gems milik Harvey yang tak lain adalah rekan bisnis Arion. Saat keluar dari mobil, kecemasan terlihat di wajah Esther. Ia teringat akan kejadian tadi yang mengiringi perjalanannya menuju kemari. Di mana Erland menyuruh orang untuk mengikuti dirinya. Esther memastikan sekali lagi bahwa tidak ada orang lain lagi yang mengintai dirinya. Arion melihat kekhawatiran Esther, lalu tersenyum. “Sudah tidak ada, tenang saja, Kakak ipar.”Esther menoleh, tatapannya menyipit. “Kau yakin?” “Apa aku terlihat berbohong?” Esther diam saja. Ia tidak lagi menjawab ucapan Arion. Ia segera berpindah ke sisi pria itu. Esther dan Arion lantas memasuki gedung pembuatan perhiasan yang tampak megah dengan dinding kaca bening yang memantulkan cahaya matahari pagi. Suasana di dalam gedung begitu tenang, hanya terdengar dengung halus dari mesin-mesin pengolah logam mulia di ruang belakang. Aroma khas logam yang dipanaskan samar memenuhi udara,

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 68.

    Suara dentuman keras terdengar, diikuti getaran hebat ketika mobil Robert menghantam batang pohon besar di sisi jalan.Benturan itu cukup kuat hingga bagian depan mobil ringsek parah. Kap mesin terangkat dan asap pekat mulai mengepul. Kaca depan pecah, serpihannya berhamburan, beberapa mengenai wajah Robert yang terkulai dengan darah mengalir di pelipisnya. Suasana berubah hening sesaat setelah kecelakaan itu, seolah dunia menahan napas. Hanya suara mesin yang masih berderu lemah dan gemerisik daun yang tersapu angin yang terdengar. Namun, kecelakaan itu tak membuat Robert tumbang begitu saja. Ia segera bangun meski pelipisnya mengalir cairan merah pekat. “Sialan!” umpatnya. Sementara itu, jauh di depan, Eric menyadari bahwa suara mesin yang mengejar dari belakang telah menghilang. Ia melirik kaca spion, pandangannya menyipit saat bayangan dari mobil Robert tidak lagi tampak mengikuti mereka.“Sepertinya telah terjadi sesuatu,” gumam Arion pelan, mencoba melihat ke belakang meski

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status