Home / Romansa / Gairah Liar Adik Ipar / Bab 6. Surat Perjanjian

Share

Bab 6. Surat Perjanjian

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2025-09-25 14:46:48

Esther membuka mata, untuk melihat sosok itu, dan seketika dia membulatkan mata.

Sementara Erland tampak terkejut melihat kehadiran lelaki yang kini berdiri tepat di hadapannya.

“Kenapa kau bisa ada di sini?”

Arion mengulas senyum tipis. Dia menghempaskan tangan Erland dengan kasar.

“Kau lupa, ada bagianku di perusahaan ini. Tapi tenang saja, aku sedang tidak ingin mengungkitnya, aku hanya ingin menuruti keinginan kakek untuk berjalan-jalan di sekitar sini. Tapi aku justru melihat pemandangan seperti ini,” jawab Arion.

Erland mendengkus kasar.

“Ini bukan urusanmu!”

“Memang, tapi urusan rumah tangga bukankah sebaiknya diselesaikan di rumah.” Arion lantas menatap Esther. “Kakak ipar, sebaiknya kau pulang saja,” tegurnya.

Esther tampak kesal, sekaligus gugup secara bersamaan. Bagaimanapun, keberadaan pria ini membuatnya teringat dengan kejadian malam itu.

“Kau tidak punya hak untuk mengusirku!” kata Esther.

Arion malah tersenyum.

“Dia memang benar, kau pulang saja. Kita bicarakan ini di rumah,” timpal Erland. Suaranya terdengar sedikit rendah.

Hal tersebut membuat Esther sedikit melunak. Dia pun melupakan niat awalnya untuk mencari tahu tentang Tiara. Sebelum pergi, Esther menatap Tiara sejenak sebelum akhirnya melenggang meninggalkan tempat.

Erland memandang adik tirinya dengan tatapan malas. Selama ini hubungan mereka memang kurang baik. Persaingan bisnis, perebutan kekuasaan, menjadi penyebab renggangnya hubungan mereka berdua.

“Katakan, untuk apa tujuanmu datang kemari? Kau pasti kecewa karena tidak ada yang menyambutmu ‘kan?” Nada bicara Erland terdengar mengejek.

Arion tersenyum tipis. “Siapa bilang, justru aku mendapatkan sambutan yang istimewa.” Arion lantas berjalan mendekati Erland lalu mendekatkan bibirnya di telinga Kakak tirinya. “Sambutan dari Kakak ipar,” bisik Arion dengan cukup keras.

Erland seketika menoleh ke arah Tiara.

Wanita itu menggeleng. “Bukan aku.”

Arion pun kembali mengulas senyum. “Tentu saja bukan dia, karena aku tidak pernah menganggapnya Kakak ipar.”

Setelah mengatakan itu, Arion pun memutuskan untuk meninggalkan Erland. Sebelum itu, dia menepuk pundak kakak tirinya itu satu kali.

Keluar dari gedung Dawson Group, Esther kembali mengendarai mobilnya. Berbelanja akan membuatnya sedikit melupakan permasalahan hidupnya. Esther menjalankan mobilnya menuju ke pusat perbelanjaan.

Di tengah-tengah perjalanan, mobil Esther tiba-tiba berhenti.

“Tunggu, kenapa ini?” Esther merasa bingung. “Aduh, kenapa tiba-tiba mati sih?”

Esther memeriksa layar mobil dan melihat bensin dalam keadaan kosong. Dia pun menghela napas panjang.

“Kenapa aku ceroboh sekali,” gurutu Esther merutuki diri sendiri. Dia pun keluar, jarak antara pos pengisian bahan bakar masih jauh. Dan Esther tidak mungkin mendorong kendaraannya.

Dia harus meminta bantuan. Esther hendak menghubungi seseorang saat tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di dekatnya.

Kaca mobil diturunkan. “Sepertinya ada yang butuh bantuan!” sapa sang pengemudi.

“Kau?” Esther membulatkan matanya.

Arion keluar dari mobilnya, lalu mendekati Esther. Dia melirik ke arah mobil Esther sekilas dan dia bisa menebak apa yang terjadi.

“Apa yang terjadi?” tanyanya basa-basi.

Esther membuang muka. Lalu menjawab dengan ketus. “Bensinnya habis!”

“Kalau begitu, ikutlah denganku. Ada yang ingin aku bicarakan,” ucap Arion.

Lagi-lagi Esther membuang muka. Jujur saja, berhadapan dengan pria membuat Esther teringat akan malam itu. Esther memejamkan matanya sejenak. Dia menghela napas.

“Memangnya kau ingin bicara apa?” tanya Esther penasaran.

“Tidak mungkin kita membicarakannya di jalan seperti ini ‘kan?”

Yang dikatakan Arion memang benar. Terpaksa, Esther menuruti keinginan Arion.

“Lalu mobilku bagaimana?”

“Serahkan saja padaku.” Arion lantas menelpon orang kepercayaannya.

Esther mendengar percakapan Arion dengan orang kepercayaannya, dan dia sedikit lega.

Detik selanjutnya, Arion menutup panggilan. Dia membukakan pintu mobil untuk Esther dan menyuruh wanita itu segera masuk.

Dalam perjalanan, tidak ada percakapan penting. Hanya basa-basi dan perkenalan singkat. Esther baru mengenal Arion, jadi banyak hal yang perlu dia ketahui.

Setibanya di tempat tujuan, Esther segera turun. Dia melihat area sekitar. Merasa asing dengan tempat ini, Esther pun bertanya, “Di mana ini?”

Arion memandang Esther. Sebelah sudut bibir di tarik ke samping. Dengan senyum jahil, dia menjawab, “Yang jelas, bukan kantor pencatatan sipil.”

Arion lantas berjalan, diikuti oleh Esther. Mereka masuk melalui pintu depan gedung. Begitu masuk, Esther disambut oleh seorang security. Di dinding yang berada di belakang meja resepsionis, terdapat logo nama perusahaan bertuliskan AE Corporation.

“Selamat siang, Pak Arion,” sapa seorang Resepsionis.

“Di mana Asistenku?” tanya Arion.

“Beliau sudah menunggu Anda di ruangan,” jawab wanita cantik itu. Arion mengangguk lantas melanjutkan langkahnya menuju lift.

Esther tidak bertanya, hanya diam dan mengekor di belakang Arion. Tidak ada kecurigaan apa pun terhadap pria itu. Sejauh ini, Arion bersikap sewajarnya saja. Meski awal pertemuan mereka sangat luar biasa.

Tiba di depan sebuah ruangan, pintu dalam keadaan terbuka. Arion dan Esther masuk, disambut oleh seorang pria yang membuat Esther seketika membulatkan matanya.

“Eric?”

“Selamat datang, Nyonya?”

Esther menatap bingung dua pria di hadapannya. “Jadi pekerjaan baru yang kau maksud adalah ini?” tanya Esther.

“Ya, Nyonya,” jawab Eric sembari mengarahkan tangannya ke arah sofa supaya Esther mendudukinya.

“Ngobrolnya nanti saja. Ada hal yang lebih penting yang harus aku bicarakan,” sela Arion lantas mendudukkan dirinya di salah satu single sofa.

Eric bersiap, berdiri di dekat Arion.

“Berikan berkasnya,” ucap Arion.

Eric lantas memberikan map yang dia pegang kepada Esther.

Wanita itu menerima dengan kening mengkerut. “Apa ini?” tanyanya penasaran.

“Baca dan tanda tangani!”

Esther menatap kesal ke arah Arion sekilas lantas membuka map. Sebuah tulisan dengan huruf besar tertera di sana.

Surat Perjanjian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 73.

    Tatapan Esther seketika membesar. Ia teringat dengan luka yang dialami oleh Tiara, membuat Esther seketika merinding. Sejak kapan Erland memiliki gaya bermain seperti itu? Yang pasti Esther tidak ingin mengalaminya. Ia sangat benci kekerasan. Sehingga ia harus mencari alasan supaya Erland tidak meminta haknya malam ini. Sebelum langkah mereka sampai pada kamar. Esther segera memegang perutnya.“Awh!” pekik Esther. Melihat itu, Erland segera merunduk. “Ada apa, Esther?” tanyanya penasaran. “Erland mendadak perutku sakit!” ringis Esther dengan ekspresi kesakitan yang dibuat sedemikian rupa. “Kenapa? Apa kau salah makan?” tanya Erland polos. Esther menggigit bibir bawahnya, sesekali melirik ke arah Erland. Tampak pria itu sangat khawatir. “Sepertinya iya,” jawab Esther dengan tidak melepaskan pegangannya pada perutnya. Erland yang berdiri di sisi wanita itu terlihat mulai panik. “Kalau begitu aku akan panggi

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 72.

    Esther menelan. Ludah kasar. Esther merasa seperti seorang pesakitan ketika tatapan setiap orang di ruangan itu langsung tertuju padanya. Seolah-olah ia baru saja melakukan kesalahan besar yang pantas dipertanyakan.Matanya berusaha menatap ke arah lain, namun rasa canggung membuat tubuhnya serasa membeku. Senyuman kaku yang ia paksakan justru semakin memperlihatkan kegugupan yang tidak mampu ia sembunyikan.“Esther, Kakek bertanya padamu. Kau dari mana saja? Kami semua menunggumu.” Ucapan Erland seolah menyadarkan Esther. Semua orang telah berkumpul termasuk Tiara. Corrina tampak duduk tak jauh dari single sofa yang diduduki Daxton. Sementara Tiara duduk berdekatan dengan Erland. Dengan langkah ragu ia mulai mendekati salah satu sofa yang kosong. “Maaf, saya baru saja berkunjung ke panti asuhan.” Jawaban Esther membuat Erland menyipitkan matanya. Tetapi ia tidak berkomentar apa pun. “Duduk!” titah Daxton. “Baik, Kakek.” Esther lantas menjatuhkan bobot tubuhnya di sofa. Ruangan

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 71.

    Arion mengulas senyum ketika melihat pesan gambar yang dikirimkan oleh orang suruhannya. Terlihat Esther yang hendak masuk ke dalam sebuah bangunan. Di kedua tangannya terdapat kantong belanjaan. Saat mendengar Esther akan pergi ke suatu tempat, Arion merasa khawatir. Itu sebabnya ia memerintahkan seseorang untuk mengawasi wanita itu. Siapa sangka wanita itu justru pergi ke panti asuhan. “Sungguh mengesankan,” gumam Arion. Ia tak henti-hentinya memandangi gambar itu. Harusnya ia tetap berada di sisi wanita itu. Menemani setiap langkahnya menuju ke tempat yang dia inginkan. Tetapi panggilan dari Daxton harus membuatnya meninggalkan wanita itu.Sementara itu, kedatangan Esther di panti asuhan tersebut selalu mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi anak-anak yang tinggal di sana. Begitu kakinya melangkah melewati gerbang, beberapa anak langsung menyambut dengan wajah berseri-seri. Mereka berlarian kecil menghampirinya, memanggil namanya dengan penuh antusias.“Miss Esther datang!” t

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 70.

    Saat melihat nama Daxton Dawson, Arion merasakan firasat buruk. Pikirannya melayang pada Carlos. Apa pria itu sudah memberitahu kakeknya tentang apa yang sudah ia lakukan? Pikiran-pikiran itu berkeliaran merusak sistem kerja otaknya. Esther menatap Arion yang tampak terdiam. Ia melihat sesuatu yang berbeda dari pria itu–perubahan air wajahnya terjadi begitu drastis sehingga memicu sebuah pertanyaan yang bersarang di kepala Esther. “Ada apa?” Arion segera tersadar. Ia kembali menatap layar ponselnya yang masih mengeluarkan cahaya. Dan nama yang ada di layar, masih belum menghilang. Untuk meredakan suara bising itu, Arion terpaksa menerima panggilan. “Halo, Kakek.” Arion berjalan menjauhi Esther. Wanita itu hanya melihat saja tanpa berkomentar. Pembicaraan mereka pun tak terdengar. Lagi pula Esther sama sekali tidak tertarik. Bukankah setiap orang memiliki urusan masing-masing? “Temui aku sekarang!” Suara berat itu terdengar menembus gendang telinga Arion. Sehingga ia secara refl

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 69.

    Esther dan Arion telah tiba di rumah industri perhiasan, Majestic Gems milik Harvey yang tak lain adalah rekan bisnis Arion. Saat keluar dari mobil, kecemasan terlihat di wajah Esther. Ia teringat akan kejadian tadi yang mengiringi perjalanannya menuju kemari. Di mana Erland menyuruh orang untuk mengikuti dirinya. Esther memastikan sekali lagi bahwa tidak ada orang lain lagi yang mengintai dirinya. Arion melihat kekhawatiran Esther, lalu tersenyum. “Sudah tidak ada, tenang saja, Kakak ipar.”Esther menoleh, tatapannya menyipit. “Kau yakin?” “Apa aku terlihat berbohong?” Esther diam saja. Ia tidak lagi menjawab ucapan Arion. Ia segera berpindah ke sisi pria itu. Esther dan Arion lantas memasuki gedung pembuatan perhiasan yang tampak megah dengan dinding kaca bening yang memantulkan cahaya matahari pagi. Suasana di dalam gedung begitu tenang, hanya terdengar dengung halus dari mesin-mesin pengolah logam mulia di ruang belakang. Aroma khas logam yang dipanaskan samar memenuhi udara,

  • Gairah Liar Adik Ipar    Bab 68.

    Suara dentuman keras terdengar, diikuti getaran hebat ketika mobil Robert menghantam batang pohon besar di sisi jalan.Benturan itu cukup kuat hingga bagian depan mobil ringsek parah. Kap mesin terangkat dan asap pekat mulai mengepul. Kaca depan pecah, serpihannya berhamburan, beberapa mengenai wajah Robert yang terkulai dengan darah mengalir di pelipisnya. Suasana berubah hening sesaat setelah kecelakaan itu, seolah dunia menahan napas. Hanya suara mesin yang masih berderu lemah dan gemerisik daun yang tersapu angin yang terdengar. Namun, kecelakaan itu tak membuat Robert tumbang begitu saja. Ia segera bangun meski pelipisnya mengalir cairan merah pekat. “Sialan!” umpatnya. Sementara itu, jauh di depan, Eric menyadari bahwa suara mesin yang mengejar dari belakang telah menghilang. Ia melirik kaca spion, pandangannya menyipit saat bayangan dari mobil Robert tidak lagi tampak mengikuti mereka.“Sepertinya telah terjadi sesuatu,” gumam Arion pelan, mencoba melihat ke belakang meski

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status