Share

15. Siang yang panas

Penulis: Harucchi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-21 20:41:17

“Saya nggak marah.” Dimas memejamkan mata, lalu mengusap rambutnya ke belakang diiringi hembusan napas yang terdengar berat.

“Saya cuma baru sadar. Harusnya … saya nggak melampaui batas. Memang sepatutnya, kita seperti ini. Mbak, pemilik kosan dan saya—”

“—Dimas kamu kenapa?” Karina memekik. Tatapannya tajam penuh ketidakrelaan. “Karena sikap Reno tadi?”

Dimas menunduk, seperti membuang segenap ragu. Kemudian kembali menatap lurus dengan sorot tegas.

“Terlepas apa pun itu alasannya ….” perlahan, tatapan Dimas berubah. Alih-alih tegas, kilasan bening itu tampak rapuh.

Bagai kehilangan sesuatu yang tak siap dilepaskan.

“ … antara Mbak, seseorang yang sudah bersuami, dengan saya … nggak semestinya memulai hubungan yang nggak pantas.”

Karina terperangah. Kalimat Dimas bagai belati yang menyayat hatinya hingga pecah tercerai-berai.

Dimas menghela napas panjang. “Sebaiknya dihentikan kalau ujungnya cuma akan berakhir menyakitkan, Mbak.”

“Apa?” Karina berkedip. Sepasang netranya b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   42. Melabrak atau dilabrak?

    “Kamu nggak perlu bertanggung jawab menikahiku kalau kamu nggak mau.”Gemuruh di dada Dimas terasa memuncak. Dia bergerak maju mendaratkan bibirnya di bibir Karina. Ciuman itu dalam, lembut, tenang, namun di sana, Dimas ingin menunjukkan.Perasaannya pada Karina bukan hal yang bisa diremehkan.Perlahan, Dimas melepas kecupannya, menempelkan dahinya di dahi Karina. Membiarkan napas mereka saling bertukar di udara.“Kar, aku mau kamu tahu.” Suara Dimas rendah, serak dan bergetar, “Hidup sama kamu, sebagai pasangan yang wajar, tanpa harus sembunyi-sembunyi kayak gini, itu jadi bagian dari harapanku, Kar.”Dimas menjauhkan wajah. Detik berikutnya, yang terlihat di pandangan adalah …. Karina yang menunduk, meneteskan air mata. Tangan Dimas terangkat, mengusap pipinya perlahan, “Aku nggak akan mungkin sanggup lihat kamu sendirian ngurus anakku, Kar. Nggak mungkin aku nggak bertanggung jawab.”“Bahkan meski kamu nggak mengandung anakku, aku tetap berharap, kita bisa sama-sama suatu saat, j

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   41. Terlalu berisiko

    Karina memekik saat sadar tubuhnya jatuh di tempat yang ‘salah’. Dia mengangkat badannya, sepertinya hendak menjauh, namun justru membuat Dimas mampu melihat sepasang buah dadanya yang berayun.Tak ingin kembali tenggelam dalam bahaya yang berulang kali berujung petaka, Dimas buru-buru memejamkan mata, mengatur napas.“Maaf, Dim.” Lirih Karina yang bergegas duduk. Dimas akhirnya ikut duduk, terlalu khawatir kejutan lain kembali terjadi.Karina lalu beranjak mengambil sesuatu di atas meja: semangkuk bubur kacang ijo yang masih menguarkan uap hangat, kemudian kembali duduk di sisi kasur.“Mau nggak Dim?” Dia melirik Dimas sekilas. Sementara Dimas tak langsung menjawab, malah mengintip mangkuk dari posisinya.Tangan Karina bergerak mengaduk bubur, “Waktu beresin dapur tadi, aku lihat biji kacang ijo yang udah gosong di dalam panci, aku jadi kasihan sama Agus. Mungkin dia segitu pengennya makan bubur kacang ijo. Jadi … aku buatin bubur kacang ijo. Masih ada satu wadah besar di kulkas. Na

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   40. Ujian terberat

    Dimas melihat Karina mengangguk paham begitu dia melepas tatapan tajamnya dari wajah Agus.“Tinggalin aja kami, Mbak. Kalau Mbak Karina ada kegiatan lain nggak apa-apa lanjutkan aja. Nanti Agus saya yang jagain.” Karina mengangguk. “Aku beresin dapur dulu.”Tepat ketika Karina bangkit berdiri dan menjauh, kelopak mata Agus terbuka. Dia mengernyit, berkedip-kedip.“Jangan langsung duduk dulu, Gus.” tukas Dimas saat Agus menurunkan kakinya dari pangkuan Dimas. Setelahnya, Agus tampak meraba-raba sekitar.“Mas … kacamata saya mana ya?” tanya Agus, matanya memicing seolah memusatkan fokus untuk melihat.“Lo lepas dimana?”“Lupa Mas.” Agus menggaruk kepala.“Ya udah nanti dicari lagi di dapur. Coba lo duduknya pelan-pelan, jangan langsung berdiri.”Agus tak langsung merespon, suaranya kemudian terbata-bata, seperti ragu ingin bicara. “Anu Mas, tadi samar-samar saya dengar ada suara perempuan ngobrol sama sampeyan, Mas.” Agus menoleh menatap Dimas, bukan tatapan menuduh, namun Dimas yakin,

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   39. Pura-pura atau sungguhan?

    “MAS DIMAASS!! APIII MAAS!! TOLOONG!!”Aroma hangus tercium tak lama setelah suara teriakan Agus terdengar. Gegas Dimas berlari ke area dapur. Saat berdiri di depan pintu dapur yang terbuka itu, di atas meja kompor, terlihat api membumbung tinggi pada salah satu tungku dengan sebuah panci di atasnya. Jilatan si jago merah bahkan telah melampaui tinggi panci itu sendiri.Mata Dimas seketika melebar. Kepanikan dalam sekejap menghentakkan jantungnya. Tangannya gemetar selagi pikirannya berkecamuk menemukan cara memadamkan api karena area dapur yang sempit dan hawa panas sudah terasa sampai ke luar dapur.Memberanikan diri, Dimas melangkah masuk sambil menutup hidung dengan bagian atas kaosnya. Belum apa-apa, badannya berjengit lantaran nyaris menginjak kepala Agus yang tubuhnya tergeletak di lantai.“AGUS!” Dimas berjongkok, menepuk-nepuk pipi Agus lumayan keras.Sialnya, dia tidak bereaksi.Menahan seluruh getaran ragu, Dimas menarik kedua tangan Agus, menyeretnya hingga berada di luar

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   38. Catatan misterius

    “Woy.” Dimas tersentak. “Malah bengong. Dari mana lo? Keringetan banget begitu, abis dikejar setan?” Jimmy mendekat hingga kini berdiri persis di depan Dimas. Dimas berdehem kecil, mencoba mengenyahkan gugup yang mencekik, “Dari bawah, habis naik turun tangga, tadi … kunci laci gue kayaknya jatuh dari saku celana, gue panik cari-cariin.” Jimmy menatap Dimas dalam-dalam. Alisnya naik sebelah. Kenapa tatapannya seperti ini? Apa dia curiga? Atau … dia tahu sesuatu? “Eh, ada titipan es kopi tuh dari Ghina. Lo dibeliin. Gue simpan di kulkas. Udah cair toping es krimnya tapi.” Dimas terdiam sejenak. Ada rasa jengkel yang menggenapi dadanya. “Buat lo aja, Jim.” jawab Dimas, tanpa menyembunyikan nada mengkal. Namun, Jimmy seakan tak mendengar. Malah berbalik memunggungi Dimas dan berkata dengan tak acuh. “Bilang makasih lo sama Ghina. Dia yang bayarin.” ucapnya sambil lalu. Dimas hanya merespon kalimat itu dengan lirikan tajam. Kemarahannya masih mudah terpancing kapan pun na

  • Gairah Liar Ibu Kos Cantik   37. Jaket yang tertinggal

    Dimas hanya sempat mengenakan celana dalam dan celana panjangnya ketika suara Reno yang memanggil Karina terdengar dari arah dapur. Karina yang juga lekas memakai gaun malamnya langsung mendorong Dimas masuk ke dalam lemari pakaian kayu yang tingginya lebih dari tinggi tubuhnya.Wanita itu berbisik panik, “Jangan keluar sebelum aku yang buka.” Blam! Karina menutup pintu lemari.Di dalam lemari yang sempit dan gelap itu, Dimas berjongkok di antara pakaian gantung yang tak tentu panjang pendeknya. Semilir aroma pewangi pakaian bercampur dengan bau furnitur kayu yang sudah menua. Jantungnya berdegup gila-gilaan. Keringat yang membasahi badannya kini bukan lagi hanya peluh setelah bercinta, namun juga keringat karena takut tertangkap basah.Dia merasa seperti baru saja melakukan tindak pencurian dan hampir ketahuan pemiliknya. Dan sesuatu yang dia curi, adalah Karina.PLAAAKK!!Dimas terkesiap. Kedua matanya membeliak lebar. Tangannya mengepal dengan getaran amarah yang naik perlahan. S

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status