Beranda / Romansa / Gairah Liar Istriku / Bab 64. Peran Dita

Share

Bab 64. Peran Dita

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 13:09:34

Tubuh Nara membeku seketika saat sosok yang berdiri di hadapannya tersenyum tenang. Rambutnya ditata rapi, wajahnya seperti biasa tampak tak bercela, seolah tak pernah disentuh kekacauan dunia. Dita.

Waktu seolah berhenti. Sejenak Nara hanya mampu menatap tanpa kata. Kepalanya penuh pertanyaan, namun mulutnya tak kunjung mampu mengeluarkan satu pun.

Dita melangkah maju dengan sikap tenang namun tidak mengancam. Ia mengangkat kedua tangannya perlahan, seperti seseorang yang sedang menenangkan binatang yang ketakutan.

“Nara…” katanya dengan suara lembut, penuh kehati-hatian. “Kau pasti bingung. Tapi percayalah, aku tidak pernah berniat menyakitimu. Apa yang kulakukan ini… semata-mata demi keselamatanmu.”

Nara mundur satu langkah, mata masih membelalak. “Kau… menculikku.”

Dita menggeleng, tanpa tergesa. “Tidak. Aku menyelamatkanmu.”

"Tanpa persetujuanku?" Nada suara Nara mulai meninggi.

Dita menghela napas pelan. “Aku tahu kau marah. Aku mengerti. Tapi dengarkan aku dulu. Hanya beberapa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Istriku   Bab 87. Dita's Plan

    Sementara itu…Di sebuah ruangan tersembunyi yang lebih mirip dengan sebuah ruang komando ketimbang kamar biasa, Dita berdiri di depan dinding penuh layar. Setiap layar menampilkan sudut berbeda: ruang isolasi Nara, ruang penahanan Reno, bahkan lorong gelap yang menghubungkan tempat itu dengan pintu besi di ujung bangunan. Semua bergerak tanpa suara, hanya sesekali terdengar dengung suara mesin.Dita menyandarkan tubuh pada meja konsol, kedua tangannya bertumpu pada permukaan logam dingin. Pandangannya lekat dan selalu terpaku pada layar yang menampilkan wajah Reno dengan tubuh yang terkulai, matanya separuh terbuka namun masih menahan sisa kesadarannya."Tenang saja, kau akan paham juga nantinya, Reno," gumamnya. Suaranya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.Ia menekan sebuah tombol, layar lain menampilkan Nara yang duduk terpekur. Sorot mata Dita melembut seketika. Ada sesuatu di balik tatapan itu: rindu yang teredam, amarah yang menunggu waktu, dan cinta yang terla

  • Gairah Liar Istriku   Bab 86. Rencana Dita Terungkap

    Di sebuah ruangan bawah tanah yang dipenuhi layar monitor, Dita duduk sendirian. Pendar cahaya biru dari monitor-monitor itu menimpa wajahnya yang tenang, dingin, seperti topeng marmer.Di hadapannya, puluhan kamera memperlihatkan berbagai sudut:Nara di ruangan isolasi, terduduk, seperti tubuh tanpa jiwa.Reno, terikat, menunduk di kursi besi.Soraya… bersama salah satu anak buahnya, yang kini ia amati tanpa berkedip.Dita memutar perlahan gelas anggur di tangannya.“Semua berjalan sesuai rencana,” gumamnya pelan, seperti sedang menenangkan diri sendiri.Ia bangkit, berjalan mendekati dinding monitor.“Sekarang, waktunya mereka tahu siapa yang benar-benar mengendalikan semuanya.”Suara langkah sepatu hak tingginya bergaung di lantai semen. Ia menekan tombol interkom di meja besinya, dan berbicara dengan nada suara yang tidak bisa ditawar:“Rekam ini. Untuk Rama, Reno, Soraya… dan terutama untukmu, Nara.”Sebuah kamera otomatis berputar, mengarah ke wajahnya. Dita berdiri di tengah ru

  • Gairah Liar Istriku   Bab 85. "PIilih Aku Atau Tugasmu"

    Udara apartemen Soraya terasa berat, mengandung wangi anggur dan parfum samar yang bercampur dengan sesuatu yang jauh lebih liar.Pisau di tangan pria itu sudah turun. Tapi bukan berarti ancaman lenyap. Justru bahaya kini berdiri di antara keduanya, tipis seperti batas antara nafsu dan kematian.Soraya menempelkan tubuhnya. Panas kulitnya bertemu dingin kulit sarung tangan.“Lepas,” bisiknya.Pria itu tidak bergerak. Soraya mengambil inisiatif. Satu per satu, ia menarik sarung tangan itu, membiarkan jari-jari kasar laki-laki itu menyentuh kulitnya.“Kalau kau memang datang untuk mengakhiri hidupku,” ucap Soraya lirih sambil menelusuri rahang pria itu dengan jemari, “biarkan aku yang memutuskan bagaimana aku mengakhiri malam ini.”Ada jeda sunyi. Dan kemudian bibir mereka bertemu—bukan lembut, tapi rakus. Soraya sengaja mencium seperti orang yang tenggelam mencari udara. Tidak ada rasa cinta, hanya hasrat yang mendesak waktu.Soraya mendorong tubuh pria itu ke dinding, lalu melepas gau

  • Gairah Liar Istriku   Bab 84. Percintaan Maut

    Ketukan itu berhenti.Sunyi kembali turun di apartemen. Tapi bagi Soraya, kesunyian itu justru lebih berisik daripada suara tembakan.Ia berdiri diam beberapa detik, menahan napas. Otot lehernya menegang. Lalu, perlahan, ia bergerak mundur, mengambil sebuah gunting panjang dari meja rias. Jari-jarinya berkeringat, menggenggam gunting itu erat.erat.Siapa?Pikiran itu berputar.Rama? Tidak mungkin. Rama tidak mengetuk seperti itu.Polisi? Mustahil, mereka akan datang dengan cara yang lebih kasar.Dita.Soraya tahu jawabannya bahkan sebelum bayangan itu muncul.Dita tidak akan datang sendiri. Selalu ada “tangan panjang” yang ia gunakan untuk membersihkan jejak.Ia mendekat ke pintu, tidak membuka, hanya mendengar.Ada suara napas pelan dari balik sana. Berat, jantan.Hmm Anak buahnya…Ketika kenop pintu berputar pelan dari luar, Soraya bergerak mundur cepat. Pintu itu terbuka. Bayangan seorang pria tinggi muncul di ambang. Wajahnya sebagian tertutup masker hitam. Jaket kulit gelap, sar

  • Gairah Liar Istriku   Bab 83. POV: Soraya Di Bawah Tekanan

    Malam sudah sangat larut. Kota di luar jendela apartemen tampak seperti lautan lampu yang tak berarti. Di lantai tinggi ini, Soraya seharusnya merasa aman. Tapi udara terasa berat, seolah dinding-dinding apartemen menyusut, terasa seperti menghimpit tubuhnya.Ia berdiri di depan cermin kamar, menatap wajahnya sendiri yang tampak asing. Make-up mahal yang ia poles dengan sempurna sejak sore tadi kini luntur di sudut mata. Lipstik memudar, menyisakan garis bibir pucat. Jemari yang biasanya mantap saat memegang pena atau gelas anggur, kini bergetar halus.Di meja rias, segelas wine sudah hampir habis. Tapi alkohol tidak begitu banyak membantu.Sejak telepon Rama beberapa jam lalu, pikirannya tidak berhenti berputar. Pertanyaan-pertanyaan itu kembali terngiang:"Apa kau tahu di mana Nara? Kenapa semua CCTV hilang rekamannya? Kau jangan main-main denganku, Sora."Nada suara Rama kali ini berbeda. Tidak lagi hanya sekadar curiga. Tapi mendesak, menekan, dan jelas mengancam.Soraya menelan l

  • Gairah Liar Istriku   Bab 82. POV: Rama Di Ruang Tekanan

    Gelap. Pekat.Reno menahan napas. Hanya beberapa menit lalu, suara napas berat itu datang dari sudut ruangannya.Kini, tidak ada siapa pun di sana. Tidak ada suara langkah. Tidak ada pergerakan. Tidak ada asap.Namun sesuatu berubah. Udara menjadi lebih berat. Setiap tarikan napasnya seperti menghirup kabut yang lengket, mengisi paru-paru dan otaknya.Reno sadar: ini bukan sekadar ruang pengurungan. Ini ruang permainan pikiran.Pelan-pelan, cahaya samar muncul di hadapannya—bukan dari lampu, melainkan dari proyeksi di dinding.Sebuah gambar.Tidak, bukan gambar. Tapi Sebuah rekaman video.Nara.Bukan seperti yang ia lihat tadi.Di video ini, Nara duduk di lantai, matanya sembab. Lalu terdengar suaranya, serak:"Aku... lelah... Aku mau menyerah..."Reno mengepalkan tangan terikatnya, rahangnya mengeras.“Aku tidak percaya ini,” gumamnya. “Ini rekayasa.”Tapi video itu tidak berhenti."Reno... kenapa waktu itu kau membiarkan aku menikah dengan Rama?"Napas Reno tercekat. Kata-kata itu m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status