Share

Bab 6

last update Last Updated: 2024-01-09 14:01:50

Zissy menyeka bibir neneknya setelah suapan terakhir tuntas diberikannya. Perempuan berusia delapan puluhan itu masih mencecap makanan yang tersisa dengan giginya yang hanya beberapa saja.

“Enak, Oma? Nanti malam mau dimasakin apa?” tanya Zissy dengan senyum lembutnya.

“Terserah kamu. Oma makan apapun yang kamu masak. Semua masakan buatanmu enak,” sahut si nenek.

“Ya sudah, sekarang Oma mau ngapain?” tanya Zissy. Ia bersiap untuk membantu memposisikan wanita tua itu.

“Mau rebahan,” sahutnya, tak terlalu jelas karena jumlah giginya yang nyaris habis.

“Kok rebahan, Oma? Apa nggak capek terus rebahan?" tanyanya pada wanita yang telah membesarkannya itu.

Belum sempat sang nenek memberikan jawaban, ia dikejutkan oleh suara ketukan di pintu rumahnya.

“Tidak biasanya ada tamu,” gumamnya. Ia bergegas meninggalkan perempuan tua itu untuk membuka pintu rumahnya.

Namun betapa terkejutnya ia ketika melihat Marco, mantan kekasihnya berdiri tepat di depan pintu.

Sejenak keduanya membisu dan saling bertatapan. Setelah kejadian semalam, Zissy bahkan belum sempat menghubungi Marco untuk menjelaskan dan meminta maaf atas kesalahannya.

Dan tentu saja kedatangan Marco membuatnya merasa canggung. Tapi perasaan canggung itu segera lenyap saat ia melihat gadis yang muncul dari balik tubuh Marco.

“Cassandra? Kamu …. Marco, kenapa kamu ke mari? Ada apa ini?” tanyanya. Ia menatap keduanya secara bergantian. Ia merasa kebingungan melihat kedua tamu yang berdiri di depan pintu rumahnya.

“Zissy? Jadi … kamu dosen yang dimaksud oleh Sandra?” Marco tak kalah terkejutnya dari Zissy.

“Begini, Zissy. Sebaiknya kamu jangan salah paham. Aku kemari untuk dia,” sahut Marco. Sepasang tangannya meraih pundak Cassandra dan mendorongnya ke hadapan Zissy.

Cassandra menundukkan kepalanya. “Bu Zissy, Sandra minta maaf atas insiden tadi. Sandra nggak berniat untuk menghina karya Bu Zissy. Tentang tugas menulis itu …."

Zissy tersenyum kecut. Ia sangat menyadari bahwa semua yang diucapkan oleh Cassandra tentang tulisan yang dibuatnya tadi, sama sekali tidak keliru. Hanya saja, itulah yang sebenarnya terjadi dalam hidupnya saat ini. Ia tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya pada lelaki yang dicintainya. Ia merasa dirinya seorang pengecut yang bersembunyi di balik rasa takut akan sebuah kenyataan. Kenyataan jika Marco tidak pernah mencintainya.

“Bukan suatu masalah. Tentang tugas menulis, aku memang sudah merencanakan tugas itu. Sama sekali bukan karena kamu,” sahut Zissy dengan tegas. "Ibu tegaskan sekali lagi, tugas itu diberikan atas keinginanku. Tidak ada kaitannya denganmu."

Ia tak peduli dengan pemikiran Marco tentang dirinya. Tapi setelah kejadian semalam, Zissy jadi berpikir sebuah kemungkinan kenapa Marco menolaknya. Bisa jadi sekarang Marco lebih menyukai gadis yang jauh lebih muda usianya, seperti Cassandra. Bahkan masih diingatnya dengan jelas, semalam ia juga menyebut nama Cassandra.

“Ah … tapi Bu,” sahut Sandra dengan penuh keraguan. “Aku tidak pandai merangkai kalimat. Apalagi sebuah karangan yang sebegitu panjang.”

“Lalu apa yang kamu bisa? Melamun di kelas? Menghabiskan waktu untuk berpacaran?” serang Bu Zissy.

Melihat Zissy memojokkan Cassandra, membuat Marco menjadi kesal. Marco merasa sikap Zissy terlalu berlebihan terhadap keponakannya. Apalagi dengan kalimat bernada tuduhan itu. Marco merasa Zissy sedang memojokkan keponakannya.

“Kamu, tunggu Om di mobil,” ucapnya sembari menepuk pundak Zissy. “Ada hal yang perlu Om bicarakan dengan Bu Zissy."

Sandra menganggukkan kepalanya, walau sebenarnya dia merasa enggan untuk meninggalkan mereka berdua. Marco dan bu Zissy terlalu mencurigakan baginya. Bagaimana bisa mereka kenal satu sama lain. Dan hubungan canggung yang terlihat di antara keduanya, sungguh-sungguh membuatnya curiga.

Marco mengikuti langkah Cassandra dengan sudut matanya. Sesaat kemudian, ia kembali menatap lawan bicaranya. "Kenapa kamu melakukannya?" tanyanya langsung pada inti permasalahan.

"Maaf," ucap Zissy. "Sebenarnya … aku cuma ingin menghabiskan malam sama kamu. Berbincang dan mengenang masa-masa indah yang pernah kita lalui bersama sepuluh tahun yang lalu. Tapi …."

Zissy menghentikan kalimatnya. Ia menghela napas panjang sementara matanya menatap mobil yang baru saja dimasuki oleh Cassandra. "Sepertinya kamu sudah berubah. Bahkan seleramu juga tidak lagi sama."

"Apa maksud kamu?"

Zissy mengedikkan pundaknya. "Sekarang aku paham, kamu tidak akan pernah kumiliki. Aku tidak akan menunggumu lagi."

Marco tertawa pelan. Ia mulai memahami jalan pikiran perempuan di hadapannya. Lelaki itu menoleh dan mengarahkan telunjuknya pada mobil yang sejak tadi diawasi oleh Zissy. "Dia? Kamu cemburu sama dia?" tanyanya.

"Tidak," tukasnya. "Untuk apa aku cemburu? Kita sudah berpisah selama sepuluh tahun. Aku bahkan tidak tahu dan tidak peduli siapa saja perempuan yang sudah kau tiduri."

Marco tak bisa menahan tawanya. Ia tidak menyangka bahwa Zissy akan mengalihkan kesalahannya dan menyerangnya dengan sebuah kecemburuan.

"Zissy … Zissy. Kamu ini nggak pernah berubah." Marco menghentikan tawanya. Ia tak mau membuang waktu dan membiarkan Cassandra menunggu terlalu lama. "Kamu ingat apa alasan kita putus sepuluh tahun yang lalu?"

Zissy terdiam. Memorinya seakan diputar ulang dengan paksa oleh kata-kata yang diucapkan oleh Marco. Ia ingat betapa sakit perasaannya ketika Marco memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

"Kamu terlalu posesif. Saat itu, siapapun yang dekat denganku, kamu serang," ucap Marco. "Hubungan seperti ini tidak akan pernah berhasil. Kamu tidak pernah mempercayaiku."

"Aku memang dikuasai kecemburuan saat itu. Tapi bukankah aku jauh lebih baik dari kamu." Zissy menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Apa maksudmu?"

"Setidaknya aku tidak membodohi anak di bawah umur untuk menjadi pacarku," sahut Zissy dengan tatapan remeh.

Sekali lagi Marco dibuat tertawa oleh tuduhan Zissy. Ia menggelengkan kepalanya dan menoleh pada Cassandra. Tepat saat itulah ia melihat raut kesal gadis yang menunggunya di dalam mobil itu.

"Om Marco! Panas nih!" teriaknya. "Cepetan! Nanti aku meleleh, loh!"

Marco mengangkat satu tangannya dan kembali menatap Zissy.

"Aku akan sangat bersyukur jika hal itu benar. Tapi sayang sekali, dia keponakan kesayanganku. Aku tak akan membiarkan siapapun menyakitinya, termasuk kamu."

Kalimat yang diucapkan oleh Marco lebih terdengar seperti sebuah ancaman bagi Zissy. Namun Zissy tidak merasa takut, karena kini ia tahu bahwa Zissy adalah keponakan Marco. Justru ia merasa lega karena ia tahu Marco tidak mungkin memacari keponakannya sendiri. Itu berarti masih ada peluang walau sedikit, untuk hubungan di antara mereka. Dan satu hal yang lebih penting, Zissy tahu bahwa Cassandra adalah titik kelemahan Marco.

Setelah cukup memberikan peringatan pada Bu Zissy, akhirnya mereka pun pulang. Sepanjang perjalanan, Cassandra memperhatikan gerak-gerik Marco. Ia merasa ada sesuatu yang sengaja disembunyikan pamannya itu darinya.

"Kenapa? Kok melotot gitu?" tanya Marco saat menyadari sepasang mata yang memperhatikannya dalam diam.

Cassandra menggelengkan kepalanya. Ia merasa canggung untuk menanyakan apa yang ada di dalam pikirannya, walau dalam hatinya penuh pertanyaan. Cukup lama ia mengamati gerak-gerik kedua makhluk dewasa itu dari dalam mobil. Dan dari bahasa tubuh Bu Zissy, tampak jelas bahwa keduanya pernah akrab.

"Apa?" tanya Marco sekali lagi saat melihat wajah penuh rasa ingin tahu Casaandra. "Katakan saja sama Om."

"Eng …. Anu, apa Om Marco sama Bu Zissy saling mengenal? Memangnya ada hubungan apa antara kalian berdua? Apa kalian berdua berpacaran?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yeyet Faranova
good job Cassandra hehe....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 150

    Sepasang insan itu menikmati kebersamaan mereka. Tak ada lagi kecemasan dalam pikiran mereka. Semua keraguan dan kecemasan yang beberapa hari terakhir dirasakannya, menghilang dalam sekejap. Keduanya seakan berlomba untuk saling memuaskan satu sama lain dalam degup irama jantung yang sama kencangnya.“Om,” desah suara itu memanggil kekasihnya. Marco menghentikan hentakannya. Ia menatap wajah lelah istrinya yang telah dipacunya beberapa menit berlalu. Dikecupnya bibir merahnya dengan senyuman mengembang. “Sampai kapan kamu akan memanggilku seperti itu?” godanya. “Apa kamu ingin semua orang menganggapmu sugarbaby ku?” Cassandra menarik sudut bibirnya, memberikan seulas senyuman manjanya. “Suamiku. Atau sayangku. Mana yang lebih baik menurutmu?” Marco memautkan jari jemari ke tangan istrinya. Sepasang matanya seakan tersenyum lembut bersama dengan bibirnya.“Keduanya terdengar sexy, asal keluar dari bibirmu,” bisiknya. Lelaki itu kembali mencumbu istrinya, menyerangnya dengan gelit

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 149

    Marco terkesiap saat melihat Cassandra di depan pintu. Ia tidak menduga Cassandra harus terlibat dalam masalah ini. Seharusnya semua rencananya berhasil, jika saja Dave tidak dengan sengaja membawa istrinya ke tempat itu. Ia bahkan dapat melihat senyum lelaki itu saat mengikuti langkah Cassandra masuk ke dalam kamarnya. Namun Marco tidak ingin semua rencananya berantakan. Ia segera menutup pintu sesaat setelah Dave masuk. Dan pertunjukan utama pun dimulai. Cassandra melihat seorang gadis, kedua tangannya terikat menjadi satu dan Rexy sedang berdiri tepat di hadapannya. “Om Rexy? Dan kamu … bukankah kamu Shereen? Apa yang kalian bertiga lakukan di kamar ini?” Tentu saja Cassandra kebingungan melihat keberadaan mereka di tempat itu. Semua pikiran buruk tentang perselingkuhan suaminya, langsung dimentahkan karena kehadiran Rexy. “Tidak, bukan seperti itu pertanyaannya, Sandra,” sahut Rexy. “Seharusnya kamu minta Dave menjelaskan semuanya. Bagaimana ia tahu Marco ada di hotel ini

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 148

    “Ngapain kamu bawa aku kemari?” Cassandra menatap curiga lelaki di sampingnya. Ia mulai gelisah. Perasaannya makin tak tenang saat lelaki itu memutar kemudinya memasuki lobi hotel berbintang empat itu. “Seperti yang aku katakan. Aku punya janji minum dengan Indra, interior desainer yang aku ceritakan tadi,” sahut Dave dengan tenangnya. Cassandra menatap lelaki itu dengan sudut matanya. Ia terus memperhatikan gerak-gerik lelaki yang dikenal dengan sifat buruknya – pemain wanita.Dave tersenyum tipis saat mengetahui Cassandra menatapnya penuh kecurigaan. “Apa?” tanyanya sembari tertawa terkekeh. “Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa kamu mulai menyadari bahwa teman kamu yang satu ini terlihat tampan?” Cassandra mengalihkan perhatiannya. “Iya, sebenarnya kamu cukup tampan. Tapi –” “Tapi? Tapi apa?”“Kenapa kamu sampai sekarang belum juga menikah?” ungkap Cassandra karena tak tahan lagi dengan sikap lelaki itu. Lelaki itu tersenyum lebar. “Karena aku sedang menunggu seseorang. Se

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 147

    “Aku akan segera pulang setelah melakukan survey lokasi.” Marco mengatakan dengan jelas alasan kepergiannya kepada istrinya. “Hanya satu malam, Sayang.” “Tapi ….” Cassandra mendecak kesal. “Aku benci tidur sendirian, Om.”“Aku janji, seandainya nanti semuanya selesai tidak terlalu larut, aku akan langsung kembali,” sahut Marco. Cassandra mengerucutkan bibirnya. Seandainya saja Marco mengajaknya, ia pasti mau ikut bersamanya. Tapi ia malu untuk terlihat posesif terhadap suaminya. “Baiklah. Kabari aku setelah kamu sampai di tujuan,” pinta Cassandra. Marco menganggukkan kepalanya, tanda menyetujui permintaan istrinya. “Tentu saja,” ucapnya. Ditatapnya wajah manis perempuan yang ada di dalam pelukannya. Rasa hangat pelukan Marco, membuat perasaan gelisah di hati Cassandra memudar. Hatinya seharian ini memang merasa tak tenang, seperti merasakan sebuah firasat buruk tentang suaminya. Namun ia tak bisa menemukan sesuatu yang tak seharusnya. Bahkan dia percaya suaminya tak akan pernah

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 146

    Shereen mengunci pintu ruang kerja Marco. Dengan liar kedua tangannya mengunci ciumannya dari belakang tengkuk Marco. Perempuan itu memeluk Marco dan melumat bibir lelaki itu dengan penuh hasrat.“Hentikan Shereen,” lirih lelaki itu. Marco meraih pinggang ramping gadis itu dan menyentakkannya agar ia melepaskan pelukannya.Tak bisa disangkal, sebagai seorang pria normal tentu saja penampilan dan sentuhan sensual gadis itu membuat jantungnya berdegup lebih kencang. Marco seakan dibawa ke sebuah petualangan baru yang tak pernah dirasakannya sebelumnya. “Bukankah ini menyenangkan?” bujuk gadis itu. “Hentikan semua omong kosong ini. Aku sudah punya–”“Istri? Aku tidak menyuruhmu menikahiku,” sambung Shereen yang tak mau mendengar sebuah penolakan. “Aku cuma ingin seseorang ada di sisiku ketika aku kesepian. Ada seseorang yang peduli padaku saat aku kesakitan.”“Keluarlah.” Marco menyingkirkan sepasang tangan yang masih enggan lepas dari lehernya itu. “Keluarlah sebelum aku memanggil sek

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 145

    Cassandra berjalan selangkah demi selangkah mendekati Marco. Sepasang matanya menatap laki-laki itu dengan tatapan dinginnya. Tatapan dingin yang membuat jantung Marco seakan hampir berhenti berdetak. “Mati aku! Apa dia tahu sesuatu? Sepertinya Shereen tidak main-main dengan ancamannya.”Dengan kedua tangannya, Cassandra mendorong tubuh Marco, hingga membuat tubuh lelaki yang tidak siap menghadapinya itu limbung dan jatuh terjengkang. Marco menelan kasar salivanya. Panik! Itu yang saat ini dirasakannya. Apalagi saat melihat Cassandra yang seakan tak mau melepaskannya. Namun tiba-tiba ia merasakan sentuhan lembut di bagian tengah tubuhnya. Bagian yang masih berdiri menantang itu, kini berada dalam genggaman tangan Cassandra. Sentuhannya bahkan membuat jagoan Marco itu semakin mengeras. “Tadi … kamu kenapa?” tanya Marco ragu, “apa ada yang salah?”Cassandra menggelengkan kepalanya. “Aku cuma nggak nyaman aja, ruangannya terlalu sempit dan … keras.” Marco menghela napas lega. Ia ta

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 144

    Aroma jasmin menguar di ruangan yang terasa hangat itu. Suara air yang mengalir memenuhi bak mandi, menyamarkan debaran jantung keduanya. Marco dapat merasakan betapa lembut dan lembabnya kulit kekasihnya, saat tangannya menyentuh tubuhnya. Ia dapat merasakan hasratnya yang membara saat tubuh mereka bersentuhan. Marco menangkup sepasang tangannya di dada kekasihnya, merasakan sensasi kenyal yang mempermainkan hasratnya. Lelaki itu mendaratkan kecupannya di leher jenjang istrinya, merasakan denyutan nadi yang seolah menjerit saat disentuhnya. Suara desah lolos dari bibir Cassandra. Dengan pasrah, ia menyandarkan kepalanya ke dada suaminya dan memberikan keleluasaan baginya untuk menikmati tubuhnya. Ia sungguh menikmati permainan tangan suaminya dan sentuhan basah di lehernya menciptakan percikan-percikan yang membangkitkan hasratnya. Lelaki itu memutar tubuh kekasihnya. Ditatapnya wajah cantik yang tak pernah bosan dilihatnya itu. “Aku mencintaimu Sandra, cuma kamu. Biar apapun ya

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 143

    Marco mengerjapkan matanya. Ia benar-benar terkejut ketika menyadari dirinya berada di tempat yang sama sekali asing baginya. Ia mencoba mengingat kejadian terakhir yang tersimpan di memorinya. Suara gemericik air, menyadarkan dirinya bahwa ia tidak sendirian. Lelaki itu semakin terkejut ketika melihat beberapa foto yang terpampang di dinding ruangan itu. “Om sudah sadar rupanya.” Suara itu terdengar seiring dengan pintu kamar mandi yang terbuka. “Sher!” Marco menyadari bahwa dirinya berada di dalam apartemen Shereen, seorang model terpilih perusahaannya. Ia masih ingat bagaimana gadis itu menelponnya dengan ketakutan. Gadis itu tersenyum lebar. “Aku tahu Om akan datang. Aku tahu, Om akan meninggalkan istri Om buat aku,” ucapnya dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. “Persis seperti yang Dave katakan.”“Dan yang lebih penting, alam seakan mendukung niatku. Om pingsan tepat di depan pintu apartemenku.”Marco segera bangkit dari sofa, tempatnya terbaring tadi. Ia menatap gadi

  • Gairah Liar Keponakanku   Bab 142

    Shereen mengulurkan tangannya. Mendengar tawaran yang menguntungkan seperti ini, tentu saja tidak mungkin disia-siakan olehnya. Bukan karena ia tidak menginginkan kompensasi pembatalan kontrak bernilai ratusan juta itu, tapi ia sadar jika ia membatalkan sebuah kontrak bernilai besar seperti ini akan membuat namanya juga menjadi buruk. Tidak akan ada lagi orang yang berani menawarkan kontrak apapun kepadanya. Selain itu, firasat Shereen mengatakan bahwa Marco akan menuruti apapun keinginannya. Marco sudah berada di dalam genggaman tangannya. “Om yakin?” tanya gadis itu. “Om akan melindungi aku, menjaga aku dalam setiap kegiatan yang akan aku lakukan?” Marco menganggukkan kepala menyetujui ucapan Shereen, walau ia tahu itu tidak mungkin dilakukannya. Pekerjaannya cukup banyak, dan waktu sepanjang dua puluh empat jam bahkan tidak akan cukup jika harus ditambah dengan tugas sebagai seorang bodyguard. Tapi ia tetap menganggukkan kepalanya, yang terpenting gadis di hadapannya tidak mem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status