Share

GLPM140

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 00:01:09

Langit malam masih kelam. Di kamar kecil apartemen Ega, suara tangis Aura mulai mereda. Tapi kesunyian yang tinggal justru jauh lebih pekat.

Ega duduk bersila di depan Aura, tubuhnya tegap meski ekspresinya lembut. Biasanya, mulutnya cerewet, penuh candaan absurd, komentar konyol tentang makanan atau warna lipstik Aura. Tapi malam ini, Ega benar-benar diam. Mendengarkan.

Dan setelah cukup lama hanya ada isak dan napas patah-patah, Ega berbicara.

“Ra … kalau lo lelah, ya udah. Nggak usah terus dipaksain. Lo kan bukan batu.”

Aura tidak menjawab. Matanya masih basah, tapi ia mendengar.

Ega menarik napas, lalu berkata pelan, tulus, seperti sahabat yang menyimpan luka sahabatnya di dadanya sendiri.

“Kalau lo ngerasa semuanya udah terlalu rusak, terlalu sesak ... kita cabut aja. Gue temenin. Kita pergi dari kota ini. Kita mulai lagi semuanya dari nol.”

Aura menoleh padanya, pelan. Matanya bingung, luka, tapi hangat oleh kehadiran Ega.

“Kamu ... mau ninggalin semua demi aku?”

Ega tersenyum,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM140

    Langit malam masih kelam. Di kamar kecil apartemen Ega, suara tangis Aura mulai mereda. Tapi kesunyian yang tinggal justru jauh lebih pekat.Ega duduk bersila di depan Aura, tubuhnya tegap meski ekspresinya lembut. Biasanya, mulutnya cerewet, penuh candaan absurd, komentar konyol tentang makanan atau warna lipstik Aura. Tapi malam ini, Ega benar-benar diam. Mendengarkan.Dan setelah cukup lama hanya ada isak dan napas patah-patah, Ega berbicara.“Ra … kalau lo lelah, ya udah. Nggak usah terus dipaksain. Lo kan bukan batu.”Aura tidak menjawab. Matanya masih basah, tapi ia mendengar.Ega menarik napas, lalu berkata pelan, tulus, seperti sahabat yang menyimpan luka sahabatnya di dadanya sendiri.“Kalau lo ngerasa semuanya udah terlalu rusak, terlalu sesak ... kita cabut aja. Gue temenin. Kita pergi dari kota ini. Kita mulai lagi semuanya dari nol.”Aura menoleh padanya, pelan. Matanya bingung, luka, tapi hangat oleh kehadiran Ega.“Kamu ... mau ninggalin semua demi aku?”Ega tersenyum,

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM139

    Langkah Jessy berhenti di depan jendela kaca ruang kamarnya. Cahaya matahari senja membias tipis saat ia membuka ponsel dan membaca pesan masuk dari Ricko.“Aku sudah temukan buktinya. Bros itu bukan milik Robin Dinata.”“Kamu yakin?”“Foto acara amal tahun 2003. Robin mengenakan bros yang sama, tapi ada goresan di sisi kiri logamnya. Goresan itu muncul karena brosnya pernah jatuh, dan Robin memilih untuk tidak memperbaikinya.”“Dan yang dikenakan Aura sekarang?”“Bersih. Terlalu sempurna. Bahkan safirnya satu tone lebih gelap. Dan tidak ada grafir di sisi dalam huruf D seperti bros asli.”“Jadi bros itu palsu…”“Duplikat, dan sangat presisi. Tapi tetap bukan yang asli.”“Linda memberikannya ke Aura. Dan Aura percaya itu milik ayahnya.”“Linda tahu Aura sedang rapuh. Dia menyusupkan kenangan buatan ke dalam hidupnya. Bros itu cuma pembuka.”“Aku akan cek ke Pak Suwanda. Dia yang dulu membuat bros aslinya.”“Bagus. Tapi hati-hati. Aura masih belum bisa melihat dengan jernih. Dia mungki

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM138

    Tak lama, suara derit halus terdengar dari arah pintu depan. Ben Moretto muncul, tubuh jangkungnya dibalut kemeja hitam pas badan yang lengannya dilipat santai hingga siku. Jam tangan kulit gelap melingkar ketat di pergelangan, dan senyum separuh yang menggantung di bibirnya tampak nyaris terlalu percaya diri untuk malam yang basah.Langkahnya ringan, penuh kendali. Ia tak menunggu undangan. Langsung masuk ke ruang makan, seolah itu ruangannya sendiri."Linda …” suaranya berat, serak pelan, “… kalau kamu panggil aku malam-malam begini, harusnya kamu udah siap dibakar. Atau … kamu butuh strategi yang bisa melelehkan tembok terakhir Aura?"Linda berdiri anggun dari kursi tua Robin, lalu menutup kotak beludru hitam dengan gerakan pelan yang nyaris teatrikal. Kotak itu diselipkannya kembali ke ruang rahasia di balik ukiran kayu kursi, seperti menyembunyikan serpihan sejarah yang tak boleh disentuh sembarangan."Bukan Aura yang perlu dibakar," bisiknya. "Tapi pagar di sekelilingnya."Ben m

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM137

    Rey melangkah cepat keluar ruangan, menekan lift pribadi yang langsung menuju kantor Aura. Di dalam lift, wajahnya tegang. Bukan karena marah. Tapi karena cemas.Jika Linda berhasil menjangkau hati Aura ... maka Rey harus mengambil langkah sebelum keputusan besar terlanjur dibuat.Aura masih duduk di kursi kerjanya. Tangannya menyentuh bros safir di dalam lacinya. Di sebelahnya, Ben masih berdiri tenang. Ia tidak banyak bicara, hanya membiarkan Aura larut dalam pikirannya.Tiba-tiba pintu terbuka cepat.Rey masuk, tanpa basa-basi. Matanya langsung menatap Ben dengan waswas.Aura terkejut. “Rey? Kamu ….”“Ada yang perlu kita bicarakan.” Suaranya tenang, tapi tajam.Ben menyapa, “Pak Rey ….”“Keluar. Sekarang.” Nada suaranya tak bisa ditawar.Ben hanya mengangguk pelan, mundur tanpa perlawanan. Tapi sebelum keluar, ia sempat melempar satu pandang pada Aura, pandangan yang seperti berkata, “Jangan biarkan Rey mengatur pilihanmu.”Pintu tertutup dan hanya menyisakan keheningan dalam ruang

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM136

    Langit diselimuti cahaya sore keemasan saat Rey membuka pintu ruang kerja baru Aura di kantor pusat Dinata Corp. Ruangan itu telah direnovasi dua minggu lalu, menghapus kesan muram dan menjadikannya tempat yang segar, modern, namun tetap tidak menghilangkan kekhasannya. Dindingnya di dekorasi simpel. Sudut kanan menyimpan rak buku dan beberapa dokumen. Sementara di atas meja kerja kayu jati tua, yang dulu milik Robin, terpanjang sebuah bingkai foto. Foto pernikahan Aura dan Rey. Wajah Aura dalam balutan gaun putih tersenyum kecil, Rey mencium keningnya dalam balutan jas hitam pekat. Gambar itu lebih dari sekadar kenangan. Itu sebuah pernyataan bahwa mereka bukan hanya suami istri, tapi kini juga adalah mitra resmi Dinata Corp.Aura berdiri membelakangi meja, mengenakan blus satin biru pucat dan rok kerja krem lembut. Rambutnya digelung rapi, leher jenjangnya tampak bersih tanpa perhiasan. Matanya menatap jendela kaca besar yang menghadap ke arah barat, tempat matahari perlahan tengg

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM135

    Langit sudah mulai gelap saat Aura dan Jessy keluar dari lounge hotel. Mereka berjalan cepat ke arah parkiran basement. Tak ada yang bicara selama beberapa detik, sampai akhirnya Jessy menghentikan langkah, memaksa Aura berbalik.“Kau serius?” tanya Jessy dengan napas memburu. “Kau serius panggil dia ‘Mama’ lagi?”Aura menghela napas dengan perasaan lelah. “Aku cuma ... aku butuh waktu untuk memahami semuanya. Dia datang, bawa bros peninggalan Papa, dia nangis, dan ….”“Dan kamu langsung percaya?” potong Jessy, nyaris berteriak. “Aura, come on! Ini Linda! Wanita yang menguasai semua harta Dinata bertahun-tahun tanpa sedikit pun mencarimu! Bahkan di saat kau tinggal di apartemen sempit, hidup sendirian tanpa perlindungan!”Aura mengatup bibirnya. Hatinya kacau.“Aku tahu semua itu, Jess,” jawabnya akhirnya, pelan tapi keras. “Tapi aku juga tahu ... ada sisi yang aku belum dengar. Aku terlalu lama hidup dalam asumsi. Aku capek membenci. Capek mempertanyakan motif orang tanpa pernah bena

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status