Share

GLPM59

Penulis: Chocoberry pie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-22 22:50:32

Suara itu menghantam udara. Rey langsung menegakkan tubuhnya, jantungnya berdebar keras.

“Dia bukan cuma kakak ipar kamu, Rey. Dia itu monster. Dia punya kebiasaan … gila kendali. Dan gadis-gadis yang deket sama kamu bakal jadi targetnya. Selama bertahun-tahun.”

Maureen membuka map berisi foto-foto. Beberapa terlihat dicetak dari rekaman CCTV atau dokumen medis.

“Aku udah selidiki. Semua mantan kamu yang tiba-tiba menghilang, atau ninggalin kamu tanpa alasan jelas, mereka bukan pergi. Mereka … dihancurkan. Dilecehkan. Dipermainkan. Bahkan beberapa di antaranya sempat mencoba bunuh diri. Sofia ngelakuin semua itu. Lewat ancaman, tekanan psikologis, bahkan obat-obatan.”

Aura menatap layar dengan napas tercekat. Kepalanya mulai terasa berat.

“Aku kenal beberapa dari mereka. Mereka datang padaku secara diam-diam. Nangis, hancur. Tapi nggak ada yang berani bicara. Karena Sofia terlalu kuat. Koneksi dia terlalu luas.”

Maureen memejamkan mata sejenak.

“Dan aku … kali ini aku terlibat.”

Suara
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM64

    "Sofia!" Suara berat itu mengguncang ruang kerja Rey. Suasana yang panas, mendadak membeku.Sofia membalik tubuhnya cepat. Wajahnya memucat. Di ambang pintu berdiri seorang lelaki tua, dengan rambut putih tertata rapi dan mencengkram tongkat kayu dengan tangannya kuat, Doni Damartha.Kakek Micho. Pendiri dan pemilik tunggal D'Amartha Group.Tubuhnya memang sudah renta, tapi suaranya masih menyimpan wibawa yang membuat para pemimpin rapat diam dalam satu kata. Dan malam itu, aura kemarahannya seperti gelombang badai yang menghantam semua dinding ruangan."A … ayah!" Sofia tergagap. Cambuk di tangannya perlahan diturunkan, seolah sadar perbuatan gilanya baru saja tertangkap tangan. Ia meraih mantel putih gadingnys untuk menutup bagian tubuhnya yang terbuka."Apa yang kau lakukan!?" Doni melangkah perlahan, napasnya memburu. "Kamu menyiksa putraku? Adik iparmu? Di ruang kerjaku? Di tengah hancurnya perusahaan ini?"Sofia membuka mulut, tapi tak sempat menjawab."Tangkap dia!" bentak Doni

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM63

    Pagi itu akhirnya terang. Tapi bagi Rey, langit tetap kelabu. Seolah seluruh dunia berhenti memberi cahaya sejak Aura menghilang dari hidupnya.Ia duduk kaku di ruang tamu rumah besarnya yang dingin dan sunyi. Cangkir kopi ketiga di tangannya sudah dingin, dan entah mengapa, bibirnya terasa terlalu berat untuk menyesapnya. Di depannya, Arga berdiri tegak dengan wajah yang susah dibaca, antara lega dan gusar.“Semua portal yang menyebar rekaman rekayasa itu sudah ditutup, Rey,” ucap Arga pelan. “Tim cyber dari kepolisian berhasil mengidentifikasi asal sebaran pertama. Ada dua belas akun fake. Lima di antaranya terhubung ke jaringan lokal di Jakarta. Kami sudah melacak pemiliknya.”Rey hanya mengangguk. Tatapannya kosong. Kepalanya nyaris tidak bergerak, tapi rahangnya mengeras.“Beberapa orang sudah ditahan. Termasuk… keponakanmu.”Rey mengangkat mata perlahan.“Micho?”Arga mengangguk. “Ya. Dia salah satu admin akun penyebar awal. Kami punya bukti digital. Dan dia sekarang ada di Pold

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM62

    Langit senja menumpahkan warna keemasan saat Aura duduk di bangku kayu tua di belakang rumah neneknya. Angin membawa aroma tanah basah dan suara jangkrik yang mulai bernyanyi pelan di kejauhan. Di tangannya, cincin perak yang baru saja ia kenakan terasa dingin dan asing.Farrel menyusul dengan dua gelas air jahe hangat. Ia menyerahkannya tanpa bicara, lalu duduk di samping Aura. Tidak terlalu dekat, tapi cukup untuk membuat jarak itu terasa hangat.“Kamu masih ingat waktu kita kecil, kamu ngumpet di balik pohon itu cuma gara-gara Ibu mau potong rambut kamu?” Farrel membuka percakapan sambil tertawa pelan.Aura ikut tersenyum, meski tawanya samar. “Iya… terus kamu yang bilangin ke ibu kamu kalau aku ngumpet di kebun pisang. Dasar tukang ngadu.”“Demi kamu juga, Aura. Kalau nggak, kamu pasti ketombean tiga bulan karena nggak mandi saking takutnya rambutmu basah,” goda Farrel ringan.Aura melempar tatapan setengah protes, setengah geli. “Masa kecilku aneh banget ya.”“Enggak. Justru itu

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM61

    Motor tua berwarna hitam legam itu melaju perlahan membelah jalanan desa yang lengang. Angin sore menerpa wajah Aura yang bersandar pelan di punggung Farrel. Dalam diam ia seakan mencari kehangatan di antara dinginnya perjalanan dan dinginnya hati yang terasa remuk.Sudah hampir lima jam sejak mereka meninggalkan hiruk pikuk kota, melintasi jalanan sepi, menembus hujan kecil yang turun di tengah perjalanan. Dan sekarang, sore yang keruh mulai turun bersamaan dengan bayang-bayang luka yang belum sempat Aura sembuhkan.Tangannya menggenggam jaket Farrel erat, bukan karena dingin, tapi karena pikirannya terlalu riuh untuk dibiarkan sendiri. Dan di tengah sunyi itu, tanpa sadar ia berbisik, "aku capek ...."Farrel tidak menjawab. Tapi genggaman tangan kanannya di setang motor sedikit mengencang, seperti menahan sesuatu. Mungkin marah, mungkin simpati, atau mungkin cinta yang sudah terlalu lama ia kubur dan kini berdenyut lagi perlahan.Motor berhenti di depan rumah tua beratap rumbia. Rum

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM60

    Siang itu, mendung menggantung rendah di langit seakan tahu apa yang dirasakan Aura. Tangannya masih gemetar saat menonton ulang video itu. Rekaman berdurasi kurang dari dua menit itu sudah tersebar luas di media sosial dan situs-situs gosip.Video itu menunjukkan momen ketika Maureen masuk ke sebuah ruangan dengan pencahayaan temaram. Di tangan kirinya tergenggam sebuah benda panjang, sebuah cambuk tipis berwarna hitam. Maureen mendekati kamera, lalu menunduk … berlutut di tengah ruangan, seolah mempersembahkan cambuk itu dengan khidmat.Tak lama kemudian, Rey muncul. Wajahnya terlihat tegang. Maureen bangkit dan menghampirinya. Mereka seperti sedang beradu argumen tanpa suara dalam video itu. Lalu tiba-tiba Maureen mencium Rey. Rey terlihat berusaha melepaskan diri, tapi amarah menguasainya. Ia membentak Maureen, dan mendorong tubuhnya ke tembok, menghimpitnya. Maureen gemetar, tapi ia tidak menolak.Adegan penutup rekam CCTV itu adalah tubuh Rey yang nyaris menutup tubuh Maureen s

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM59

    Suara itu menghantam udara. Rey langsung menegakkan tubuhnya, jantungnya berdebar keras.“Dia bukan cuma kakak ipar kamu, Rey. Dia itu monster. Dia punya kebiasaan … gila kendali. Dan gadis-gadis yang deket sama kamu bakal jadi targetnya. Selama bertahun-tahun.”Maureen membuka map berisi foto-foto. Beberapa terlihat dicetak dari rekaman CCTV atau dokumen medis.“Aku udah selidiki. Semua mantan kamu yang tiba-tiba menghilang, atau ninggalin kamu tanpa alasan jelas, mereka bukan pergi. Mereka … dihancurkan. Dilecehkan. Dipermainkan. Bahkan beberapa di antaranya sempat mencoba bunuh diri. Sofia ngelakuin semua itu. Lewat ancaman, tekanan psikologis, bahkan obat-obatan.”Aura menatap layar dengan napas tercekat. Kepalanya mulai terasa berat.“Aku kenal beberapa dari mereka. Mereka datang padaku secara diam-diam. Nangis, hancur. Tapi nggak ada yang berani bicara. Karena Sofia terlalu kuat. Koneksi dia terlalu luas.”Maureen memejamkan mata sejenak.“Dan aku … kali ini aku terlibat.”Suara

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM58

    Mendengar kata rumah sakit, membuat Aura menahan napas, sementara Rey langsung berubah ekspresi.“Rumah sakit?” tanyanya cepat. “Siapa?”“Saya tidak tahu pasti, Tuan. Tapi katanya darurat. Tentang pasien … Maya.”Darah Rey seakan berhenti mengalir sejenak. Tanpa menjawab, ia langsung meraih pesawat telepon di atas nampan dan masuk kembali ke dalam kamar. Aura sudah duduk di ranjang, membenarkan selimutnya, wajahnya cemas. Rey menerima telepon dengan suara dalam. “Rey Damartha.”Dari seberang sana, suara seorang perawat terdengar dengan nada terburu dan cemas.“Tuan Rey, maaf mengganggu. Kami ingin mengabari… pasien Maya baru saja menunjukkan respon kesadaran. Kami sedang melakukan observasi lanjutan, tapi ini … ini kabar baik. Dia mulai sadar.”Rey membeku.“Dia sadar?” bisiknya pelan.Aura menatapnya penuh harap. “Om …?”Rey menutup telepon. “Maya … Maya mulai sadar, Aura. Dia — dia merespon.”Aura langsung menyibak selimut dan melompat dari ranjang, buru-buru mencari bajunya. “Kit

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM57

    Aroma kayu tercium saat mereka memasuki ruang yang hangat dan temaram itu. Rey meletakkan tubuh Aura di atas kasur. Tangan lelaki itu tetap mencengkram pergelangan tangannya dengan erat, tegas, seakan tak akan membiarkannya lari lagi.“Om Rey ... aku ....”“Ssstt ….” Rey menyentuh bibir Aura dengan jari telunjuknya. “Kamu pergi dari rumahku tanpa izin. Kamu juga membawa orang yang berbahaya masuk ke rumahku. Dan ... kamu juga ragu padaku. Kamu menghukumku tanpa bukti.”Nada suaranya rendah, tapi menusuk. Semua yang dikatakan Rey sama sekali tak terbantahkan. Semua itu adalah kesalahannya. Kesalahan yang bahkan telah merenggut nyawa seorang kakak yang hanya ingin menyelamatkan adiknya.Aura mengatupkan bibir. Tubuhnya mulai memanas, bukan karena hasrat, tapi karena rasa bersalah. Karena dia tahu Rey benar. Dan dia ... memang pantas dihukum.Rey membungkuk, menyentuhkan keningnya ke kening Aura.“Bilang kamu menyesal,” bisiknya.Aura menahan napas. “Aku menyesal ....”“Bilang kamu nggak

  • Gairah Liar Paman Mantanku   GLPM56

    Sirine ambulans meraung memecah malam yang diguyur hujan deras. Lampu merah dan biru berkedip cepat, membias di kaca basah dan genangan air, memantulkan bayangan pilu yang menyeret duka dalam keheningan jalan. Di dalam kabin sempit ambulans, Maureen terbujur di atas tandu. Tubuhnya lunglai, tertutup selimut tipis yang tak banyak membantu mengusir dingin yang menusuk sampai ke tulangnya. Oksigen mengalir dari masker bening yang menempel di wajah pucatnya. Tapi napasnya tetap berat dan terputus-putus, seperti tubuhnya yang tak lagi ingin bertahan.Aura duduk di sampingnya, menggenggam tangan Maureen erat-erat. Tangan gadis yang sempat mengkhianatinya itu, kini begitu rapuh, seperti akan hancur jika terlalu kuat ditekan. Hujan yang membasahi rambut dan pakaian Aura bahkan belum mengering, tapi ia tak peduli. Pandangannya terpaku pada wajah Maureen. Ia berharap bisa menahan waktu. Bahkan berharap ambulans ini bisa terbang, bukan sekedar melaju di jalanan licin yang terasa begitu lambat.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status