Share

Bab 124

Author: kodav
last update Last Updated: 2025-05-20 12:47:20

Valdi membawa koper Serafina menaiki tangga ke lantai dua, menunjukkan sebuah kamar yang rapi dan luas dengan pemandangan taman belakang. Ia membuka pintu dan meletakkan koper di dekat ranjang.

“Ini kamarnya, cukup nyaman, kan? Kalau ada yang kurang bilang aja, ya,” ujar Valdi, suaranya hangat namun tetap sopan.

Serafina melangkah masuk, memandangi ruangan dengan ekspresi puas, lalu berbalik memandang Valdi sambil memicingkan matanya. Bibirnya melengkung dalam senyuman menggoda. “I think I might sleep with you tonight,” bisiknya pelan, suaranya seperti madu yang mengalir, membuat Valdi menahan napas sejenak.

Valdi hanya terkekeh kecil, mencoba mengendalikan suasana. “We'll see later, right now you need rest, Aku ada di kamar sebelah kalau kamu butuh apa-apa.”

Serafina tertawa pelan, melangkah lebih dekat, lalu menepuk bahunya dengan lembut. “Baik

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 138

    Beberapa hari berlalu. Siang itu di rumah sakit terasa sunyi, namun udara di sekitar kamar VIP Valdi terasa penuh ketegangan yang tak terlihat. Di dalam, Valdi sedang duduk di ranjangnya, mendengarkan tim dokter dari Singapura yang menjelaskan panjang lebar soal kondisinya. Suara percakapan mereka terdengar formal, cepat, dan penuh istilah sulit yang tak dikenal Valdi—namun ia tetap menyimak dengan serius.Di luar pintu, Mayang berdiri mematung, tubuh mungilnya menempel ke dinding. Ia berjinjit, mengintip dari celah jendela kaca kecil. Tak satu kata pun dari diskusi di dalam yang bisa ia pahami. Tapi melihat raut wajah dokter dan Valdi yang tidak terlihat panik, setidaknya sedikit menenangkan hatinya. Ia menggenggam erat nampan berisi makan siang Valdi yang mulai dingin.Namun tiba-tiba, di ujung koridor yang sepi, terdengar derap langkah pelan dan suara

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 137

    Suara napas Anya terdengar pelan tapi berat. Di antara ketegangan yang menggantung di udara kamar, ia mencoba merespons dengan nada yang terdengar terkendali. "Val… kamu salah paham. Aku sama Evan itu cuma rekan kerja."Celine langsung memotong dengan cepat. "Rekan kerja? Bukannya loe berdua udah kenal dari kuliah?"Anya menoleh tajam ke arah Celine. Nada suaranya naik sedikit, matanya menyipit. "Apa sih, Cel? Loe tuh ada masalah apa sih dari dulu sama gue?!"Lalu ia kembali menatap Valdi, mencoba mengembalikan fokus. "Val, kita emang udah kenal lama dari kuliah, iya. Tapi hubungan kita nggak seperti yang kamu pikirin. Aku nggak mau kamu salah paham dalam kondisi kayak gini."Valdi menatapnya. Sorot matanya tak lagi meledak-ledak. Tidak ada amarah, tidak juga kese

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 136

    Kamar itu kembali sunyi, keheningan tebal menyelimuti udara setelah panggilan singkat dari sang ayah terputus. Valdi memandangi ponsel yang kini mati di tangannya, layarnya yang gelap memantulkan bayangan wajahnya yang kosong, hampa.Di sisi ranjang, Celine duduk dengan tenang. Matanya yang tajam namun penuh kepedulian mengamati ekspresi Valdi yang membeku, terjebak dalam pusaran pikirannya sendiri. Perlahan, dengan gerakan lembut, ia menyentuh pergelangan tangan Valdi, kehadirannya yang hangat mencoba menarik pria itu kembali ke realitas yang saat ini ia tinggali.“Val…” suaranya pelan namun mantap, seolah mengucapkan mantra penenang. “…udah, jangan terlalu dipikirin dulu. Yang penting sekarang loe sembuh. Bisa jalan lagi. Bisa ngelakuin apa pun yang loe mau.” Itu adalah kata-kata penyemangat klise, namun diucapkan d

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 135

    Siang itu, udara dalam kamar terasa lebih lengang dari biasanya. Sunyi, hanya dipecah oleh desah napas Valdi yang tertahan dan suara lembut pendingin ruangan. Valdi terbaring sendirian di ranjang, memandangi langit-langit putih yang seperti terus mengejeknya dalam kesunyian yang dipaksakan. Ia baru saja menyelesaikan sesi fisioterapi singkat – singkat karena keterbatasan fisiknya, tapi melelahkan luar biasa.Mayang, sosok yang beberapa hari terakhir menjadi sandaran fisik dan emosionalnya, belum kembali. Tadi ia pamit untuk makan siang, namun sudah hampir satu jam berlalu. Kursi di sebelah ranjang Valdi masih kosong, penanda fisik akan ketiadaan yang dirasakannya begitu dalam.Lalu, ketukan pintu terdengar. Ringan, santai, tidak seperti ketukan terburu-buru khas suster atau staf rumah sakit. Ketukan itu punya ritme yang familiar, mengingatkan Valdi

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 134

    Keheningan itu terasa seperti kain beludru tebal yang menindih. Di ruang VIP rumah sakit itu, jejak tamparan keras kenyataan masih terasa begitu nyata, membekas bukan di kulit, melainkan di hati dan benak Valdi. Matanya terpaku pada kedua kakinya yang terdiam di bawah selimut tipis, terasa asing, terasa… mati rasa. Bagai terputus dari sisa tubuhnya. Udara dingin dari pendingin ruangan seolah merayap masuk ke pori-porinya, membawa serta gelombang kecemasan yang perlahan naik ke permukaan.Suaranya sendiri terdengar jauh, serak, nyaris patah—seperti ranting rapuh yang siap patah kapan saja. Ia memecah keheningan yang terasa begitu mencekik, memanggil nama yang terasa asing di lidahnya setelah sekian lama terdiam. "Anya…"Anya, mantan istrinya, bergerak mendekat. Ia berusaha keras agar suaranya terdengar tenang, seolah ini hanya masalah kecil y

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 133

    Ia menelan ludah, tiba-tiba disergap keraguan yang dingin. Apakah gadis ini nyata? Atau sisa-sisa kabut di benaknya yang belum sepenuhnya sirna?Di sebelahnya, Anya berdiri, mengawasi. Diam, namun sorot matanya menajam, menembus kebingungan dan keterpukauan yang terpancar jelas di wajah Valdi yang terlalu lama terpaku pada gadis itu.Dengan langkah pelan, Anya mendekati sisi ranjang. Ujung jarinya menyentuh bahu Valdi, sentuhan ringan namun penuh arti.“Val,” suara Anya terdengar rendah, nyaris seperti bisikan peringatan yang lembut. “Kamu kenapa?”Sentuhan itu menarik Valdi kembali. Ia menoleh sekilas ke arah Anya, lalu kembali pada Mayang. Dadanya terasa sesak—bukan karena sakit fisik, melainkan karena lilitan perasaan yang asing namun men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status