Compartilhar

Intan

Autor: NomNom69
last update Última atualização: 2025-10-14 12:21:02

Siang itu suasana kosan agak sepi. Angin pelan masuk dari jendela dapur, menggoyangkan tirai dan aroma kopi yang baru saja Raga seduh. Ia duduk santai, menikmati waktu istirahat setelah selesai membersihkan halaman.

Tak lama, suara pintu kamar terbuka. Imas keluar dengan rambut diikat seadanya dan kaos longgar. Langkahnya pelan tapi jelas menuju ke arah dapur.

“Mas Raga,” panggilnya lembut.

Raga menoleh. “Hm? Ada apa, Mas?”

Imas sedikit tersenyum, lalu berdiri di depan meja dapur. “Aku mau ke pasar, tapi agak males kalo sendirian. Boleh minta tolong nemenin nggak?”

Raga sempat heran. “Pasar? Sekarang?”

“Iya,” jawab Imas sambil menunjuk tote bag di tangannya. “Cuma belanja sedikit sih, buat keperluan kamar sama cemilan. Aku udah izin juga ke tante Maya, katanya boleh.”

Raga mengangguk kecil, meletakkan gelas kopinya. “Oh, gitu. Yaudah deh, aku ganti baju dulu bentar.”

Imas tersenyum lebih lebar. “Makasih ya, Mas. Aku tunggu di depan aja.”

Beberapa menit kemudian mereka berdua berjalan
Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Imas & Gita

    Satu minggu sudah berlalu sejak malam penuh kekacauan itu. Raga kembali menjalani hari-harinya seperti biasa, menjadi penjaga kos yang selalu bangun paling pagi, menyapu halaman, dan memeriksa setiap sudut bangunan. Sekilas, semuanya tampak normal lagi. Tapi dalam dirinya, banyak hal yang belum benar-benar tenang. --- Pagi itu, setelah selesai menyiram tanaman, Raga duduk di teras rumah sambil menikmati kopi hangat buatan Tante Maya. Wanita itu datang membawa roti dan duduk di sebelahnya, mengenakan daster lembut dengan rambut dikuncir seadanya. Mereka tampak akrab, bahkan terlalu akrab untuk sekadar pemilik rumah dan penjaga kos. “Kamu capek gak kerja terus?” tanya Tante Maya lembut. “Enggak kok, Tan. Udah biasa,” jawab Raga sambil tersenyum. “Kalo capek, bilang aja ya. Tante bisa bantu kok." “Hehe, iya, Tante. Aman kok.” “Apa mau Tante bantu urusan kamar?" tanya Tante Maya dengan nada menggoda. “Ah, bisa aja Tante, kalo itu gak usah di tanya,” kata Raga sambil terkekeh,

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Bima & Andre

    Ponsel Imas yang tergeletak di meja bergetar, lalu berdering pelan. Layar menyala menampilkan satu nama yang langsung membuat dada Raga sedikit menegang — Arman.Raga melirik sekilas, pura-pura santai padahal pikirannya langsung berputar.Kenapa Arman nelpon Imas malam-malam gini? batinnya.Imas yang masih bersandar di sofa bersama Raga, menghela napas pelan, lalu meraih ponselnya. Musik dari speaker berhenti ketika ia menekan tombol jawab.> “Halo… iya…”“Oke… siap…”Nada suaranya terdengar datar, tapi Raga bisa menangkap perubahan kecil di ekspresi wajahnya. Ada sesuatu yang Imas sembunyikan.Begitu panggilan berakhir, Imas menoleh ke Raga sambil tersenyum tipis. “Temenku nelpon, Mas. Ada kerjaan sedikit.”Raga mengangguk pelan, berusaha tidak menampakkan rasa curiganya.“Oh, gitu ya. Yaudah, aku juga sekalian pulang deh.”Imas lalu berdiri, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, dan mulai mengenakan kembali bajunya. Gerakannya cepat tapi terlihat gugup.Raga ikut berdiri, me

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Karoke Imas & Raga

    suasana di depan gedung karaoke masih sepi. Hanya lampu neon yang berkedip di atas pintu dan beberapa kendaraan yang melintas sesekali. Di bawah cahaya redup itu, Arman berdiri sambil menempelkan ponsel ke telinganya, wajahnya tampak tegang. > “Bos, sorry... barang yang lu minta gak bisa malam ini,” katanya dengan nada menahan cemas. Suara di seberang terdengar berat dan dingin. > “Ah, gimana sih lu, Man? Jangan buat klien kita nunggu lama. Lu pikir mereka bisa sabar terus?” Arman menatap sekeliling, memastikan gak ada yang dengar. > “Tadi tuh barang udah siap angkut, Bos. Gue cuma tinggal bentar, kencing doang, eh pas balik udah ngilang.” > “Lu gimana sih!?” bentak suara di ponsel. “Kalo sampe ketahuan orang bisa bahaya, ngerti gak!? Ini bukan urusan kecil, Man!” Arman menelan ludah, wajahnya memucat. > “Iya, iya, gue ngerti, Bos. Tenang aja. Nanti gue cari penggantinya. Gak bakal gagal lagi.” Suara di seberang diam beberapa detik, hanya terdengar tarikan napas pa

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Intan Sadar

    Kurang lebih satu jam Raga menemani Intan yang masih pingsan di rumahnya. Ia duduk di kursi dekat ranjang, memperhatikan Intan yang masih lemah dengan wajah cemas. Beberapa kali Raga mengganti handuk dingin di dahi Intan, memastikan suhu tubuhnya stabil. > “Ayo bangun, Tan…” bisiknya pelan sambil menatap wajah Intan yang mulai menunjukkan gerakan kecil. Perlahan, kelopak mata Intan terbuka. Ia menatap langit-langit kamar dengan pandangan buram, lalu mengerjap beberapa kali. Raga langsung berdiri, mendekat. “Intan? kamu sadar?” suara Raga terdengar lega. Intan menoleh pelan, ekspresinya bingung. “Raga… ini di mana? kok aku di rumah?” tanyanya lirih sambil berusaha duduk. Raga segera menahan bahunya agar tidak memaksa. “Jangan dulu bangun, kamu baru sadar,” ucapnya lembut. Intan menatap Raga lama, masih mencoba memahami keadaan. “Bukannya aku di karaoke... terus kok tiba-tiba... Aku bisa sampai di rumah?” Raga menarik napas panjang, lalu menceritakan semuanya

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Hampir Saja!?

    Malam pun turun pelan, langit kota sudah mulai dipenuhi lampu-lampu jalan dan suara kendaraan yang lalu-lalang. Raga berhenti di parkiran belakang tempat karaoke itu, tempat yang sama seperti malam sebelumnya.Ia mematikan motor, menatap sekeliling. Lampu neon di atas pintu masuk berkedip samar, dan dari dalam samar terdengar dentuman musik. Tangannya mengambil ponsel, lalu mengetik pesan cepat.> Raga: “Tan, aku udah di parkiran.”Intan: “Oke, aku udah di dalam. Ruangan yang sama kayak kemarin.”Raga menarik napas dalam. Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat. Ia masih gak habis pikir kalau “paket” yang disebut Intan adalah Gita — dan malam ini, Intan bilang paketnya masih sama.Tanpa pikir panjang, Raga berdiri, memasukkan ponselnya ke saku, lalu melangkah ke arah pintu masuk karaoke itu. Bayangan samar Gita kembali terlintas di kepalanya, membuat langkahnya terasa semakin berat tapi juga tak bisa berhenti.Sekitar lima belas menit Raga menunggu di parkiran. Angin malam berembus pe

  • Gairah Liar Penghuni Kos Puteri   Paket yang sama

    Pagi itu udara masih lembap, embun belum sepenuhnya mengering di atas daun mangga depan kosan. Raga menyapu halaman perlahan, suara gesekan sapu dan dedaunan jadi satu-satunya yang terdengar. Dari arah tangga lantai dua, langkah ringan terdengar menuruni anak tangga. Raga mendongak sebentar, dan melihat sosok Gita turun dengan tas selempang di bahunya. Rambutnya dikuncir rendah, wajahnya tampak segar tapi ada sesuatu di matanya—ragu, seperti menimbang harus lewat mana. Langkah Gita sempat terhenti saat matanya bertemu pandang dengan Raga. Hanya sesaat, tapi cukup membuat Raga tahu, Gita mengingat apa yang terjadi semalam di mall. “Pagi, Git,” sapa Raga ringan, berusaha seolah tak ada apa-apa. Gita menunduk cepat, suaranya pelan. “Pagi, Kak.” Setelah itu ia berjalan cepat melewati halaman, tidak seperti biasanya yang suka sempat basa-basi atau senyum kecil. Raga hanya menatap punggungnya menjauh, langkahnya sedikit terburu, seolah ingin cepat keluar dari pandangan. Sapu di tangan

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status