Home / Romansa / Gairah Liar Presdir Posesif / 6. Clara dalam Kondisi Gawat!

Share

6. Clara dalam Kondisi Gawat!

Author: Caramelodrama
last update Last Updated: 2024-11-12 10:16:52

‘Rekening baruku ini aku buka satu bulan lalu. Ini agar uangku tidak cepat habis,’ batin Ziandra.

Setelah itu, dia mandi dan mulai menunggui anaknya.

Sambil memegangi tangan putrinya yang ditempelkan ke pipinya, dia mulai menyapa, “Rara, sayangnya Bunda, bangun, Nak! Bunda kangen Rara!”

Kemudian, dia mulai teringat dengan ‘dosanya’.

Dengan nada pelan, dia berucap, “Rara, maafkan Bunda. Bunda mengobati Rara dengan uang hasil …. hasil Bunda ….”

“Hasil kamu apa?” Mendadak saja terdengar suara Dion di belakang Ziandra.

Terkejut dengan kemunculan suaminya, Ziandra lekas menoleh dan memang suaminya sudah ada di belakangnya, mengenakan baju khusus untuk masuk ke ICU.

Ada rasa gembira, akhirnya suaminya bersedia menjenguk putrinya! Tapi, tadi suaminya bertanya …..

“Ah, oh, itu … maksudku … itu … uang dari hasil … berutang sana-sini.” Meski gugup, dia berhasil juga memberikan jawaban yang sangat masuk akal. “Mas Dion tumben ke sini. Rara—“

“Aku ingin membawa motormu. Mana kuncinya?” potong Dion sambil mengulurkan tangan.

Seketika senyuman di wajah Ziandra luntur, berganti kesedihan. Ternyata bukan untuk menjenguk putri mereka. Dia pun menyerahkan kunci motor ke Dion.

“Mas, hari Minggu kembalikan motornya ke aku, yah! Biar Seninnya bisa kupakai ke kantor.” Dia mengingatkan Dion sebelum pria itu berlalu dari hadapannya.

“Tsk! Entahlah! Kalau Minggu belum pulang, pakai saja ojek ke kantor!” Dion terdengar acuh tak acuh dan pergi.

Ziandra sedih. Meski suaminya menyebalkan semenjak beberapa tahun ini, dia tetap berharap suaminya kembali manis seperti dulu.

Sampai sore, ibunya tidak juga datang, hingga kemudian dia menerima telepon dari Susan yang mengabarkan ibunya masuk angin dan tak bisa ke rumah sakit untuk sementara waktu.

Mau bagaimana lagi? Dia tak mungkin memaksa ibunya.

“Iya, Ma, tak apa. Mama istirahat saja di rumah.” Ziandra menatap jam dinding di ruang ICU. Sudah jam 5 sore.

Maka, malam Minggu ini, dia sendirian saja menunggui putrinya. Clara masih belum sadar.

Ziandra berharap ketika putrinya sadar, dia ada di samping sang putri.

Kemudian handphone-nya bergetar di saku. Ketika diangkat, itu dari teman yang memberinya piutang.

“Maaf, Zia, bukannya aku pelit, tapi apa boleh uangku kembali besok Senin? Aku butuh mendadak, Zia.” Si teman menagih uangnya.

“Iya, tak apa. Senin pasti aku kembalikan, jangan khawatir.” Ziandra membalas dan panggilan pun diakhiri.

Setelah itu, dia mendongakkan kepala, menatap langit-langit. Semenjak ayahnya meninggal, semua terasa berat untuknya.

Dia duduk berdiam diri di samping putrinya hingga malam datang dan dia dikejutkan oleh kejang-kejang dari Clara. Panik, dia lekas menekan tombol agar perawat lekas datang.

“Suster, Dokter mana? Dokter mana?! Anak saya kejang! Tolong anak saya! Anak saya kenapa?” paniknya saat melihat dua perawat datang mendekat ke Clara.

“Sebentar, Ibu. Harap Ibu keluar dulu! Sebentar lagi dokter datang untuk memeriksa.” Perawat mengusir halus sebelum menarik tirai pemisah bilik.

Ziandra paham dan bergegas keluar, tapi dia tetap mondar-mandir panik di depan ruang ICU. Kejang-kejang bukankah pertanda gawat?

Ketika dia menghubungi suaminya, Dion tidak merespon. Lalu dia dilema, apakah perlu menghubungi ibunya? Tapi Susan sedang tak enak badan. Bukankah dia akan mengganggu ibunya?

Drrttt!

Mendadak, ponsel di tangannya bergetar. Nyaris saja dia menjatuhkan gadgetnya akibat terkejut.

Namun, ketika dia melihat siapa yang menghubunginya, dia memekik tertahan, “Ya ampun! Apa tidak bisa kalau tidak mengganggu dulu di saat-saat seperti ini?!”

Dia memandangi nama Aldric di layar ponselnya, seakan sebaris nama itu sedang meneriaki dia untuk lekas datang, berulang kali.

“Tidak! Tidak bisa! Aku tak mungkin pergi ke dia malam ini! Clara sedang dalam kondisi gawat! Aku akan menyesal seumur hidup jika aku meninggalkan Rara dan ternyata ada hal buruk terjadi ke Rara!”

Terjadi pergulatan hebat di benaknya. Mana yang harus dia beratkan? Anaknya? Atau Aldric dengan segala kuasa dan kekuatan finansialnya?

“Tapi bagaimana kalau Bos maniak itu marah karena aku menolak datang? Apakah aku akan dituntut? Dibawa ke polisi? Ya ampun, ini bagaimana?” bingungnya.

Sungguh sebuah dilema yang sangat sulit dipilih salah satunya. Kedua hal itu sama penting baginya dan dia tak bisa mengabaikan satu dari lainnya.

“Pak! Saya mohon, Pak! Untuk kali ini saja, saya tak bisa. Saya sungguh meminta maaf, malam ini benar-benar tidak bisa, Pak!” ucap Ziandra begitu mengangkat panggilan keempat dari Aldric.

Tentu saja dia bisa memperkirakan semarah apa Aldric saat ini mendengar penolakannya. Pria itu memiliki kepribadian buruk dan terlalu bossy. Semua keinginannya harus tercapai, tak boleh ada halangan dan penolakan!

“Kamu! Sudah berani melawanku? Apa kamu lupa kalau kamu sudah menandatangani perjanjian! Oh! Aku yakin saat ini kamu disuruh melayani suamimu di sana, benar? Dengar, Zia, aku tidak peduli! Kalau aku minta sekarang, ya sekarang! Terserah apa alasan yang kamu berikan ke suamimu!” tegas Aldric.

Rasanya Ziandra ingin menjerit keras-keras. Anaknya sedang gawat begini dan Aldric malah menginginkan tubuhnya? Yah, dia memang tak bisa menyalahkan bosnya karena Aldric tidak tahu-menahu mengenai sakitnya Clara.

Tidak! Dia tak mungkin meninggalkan Clara ketika putrinya sedang dalam kondisi darurat!

Dia pun menangis tersedu-sedu saking bingungnya. “Huhuu … saya mohon, Pak … malam ini saja saya tidak melayani Bapak. Huhuuu … saya benar-benar tidak bisa malam ini, Pak ….”

“Siap-siap saja menerima hukuman berat dariku!” ancam Aldric.

“Iya, Pak, saya siap dihukum! Hiks!” Ziandra sudah tak peduli lagi jika dia harus dijebloskan ke penjara sekali pun, yang penting dia sudah menyetorkan uang untuk perawatan anaknya.

“Nyonya Pradipta, bisa ke ruangan saya sebentar?” Suara dokter perempuan memecah konsentrasinya ke Aldric, sehingga secara refleks, dia menekan tombol merah di layar handphone.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Liar Presdir Posesif   95. Incaran Dion

    “Mobilku….” Ziandra trtawa keras dalam hatinya.Rupanya itu yang diincar suaminya sejak tadi.“Kenapa? Aku sudah memberikanmu motorku.”Ziandra tidak berlebihan mengatakannya. Motor pribadinya yang dia beli dari hasil menabung dan harus kredit selama 3 tahun, sudah dia relakan untuk jadi hak milik Dion.“Biar aku bisa pakai untuk antar jemput ibumu ke sini. Masa kamu tega biarin Ibu naik ojek tiap hari? Aku termasuk anaknya juga, kan?” Dion memberikan alasan.Ziandra ingin tertawa hina tapi dia tahan.Dia tahu. Permintaan Dion bukan demi ibunya. Hanya sebuah pemuasan ego dari suaminya saja.‘Tapi aku tak punya pilihan. Kalau Clara sampai tahu—dalam cara yang salah, dengan bahasa Dion yang keji—trauma itu bisa membekas seumur hidupnya.’ Dia membatin.Dan Ziandra tak sanggup membayangkannya.“Ambil mobil itu,” ucapnya pelan. “Ambil saja.”Senyum Dion seketika mengembang tanpa malu-malu. “Kamu yang bilang, loh ya! Kamu yang berikan itu ke aku.”Setelahnya Dion lekas pergi dari sana diiri

  • Gairah Liar Presdir Posesif   94. Melibatkan Clara

    “Membuntutinya?” Dion mengerutkan kening mendengar ide Namila.Dia diam untuk berpikir dulu mengenai itu.“Kenapa?” Namila bertanya. “Bukannya itu ide bagus?”Mata tajam Dion melirik Namila yang masih memandanginya demi menunggu jawaban.“Aku punya hal lain yang ingin aku kejar.” Dion berkata.“Apa itu?” Namila penasaran.Dion mulai tersenyum miring sebelum dia berkata, “Pokoknya ada! Kamu belum saatnya tahu.”Rupanya Dion masih ingin merahasiakan apa yang ada dalam benaknya dari Namila.Ini menyebabkan Namila merengek manja. Dia tak terima kekasih tabunya memiliki sesuatu yang disembunyikan darinya. "Ayolah, sayang, jangan main rahasia denganku. Aku bisa mati penasaran kalau kamu tidak memberitahu aku." Namila mencoba meluluhkan Dion dengan rengekannya.Tapi Dion masih kukuh, tak mau membagi pikirannya dengan Namila."Kali ini saja aku ingin menyimpan ini dulu darimu, Mila sayang." Dion mengelus wajah cantik Namila. "Nanti juga kamu akan tahu. Kan tidak menjadi kejutan menyenangkan

  • Gairah Liar Presdir Posesif   93. Rencana Baru untuk Ziandra

    “Pak! Pak Aldric!” Dion bangkit, ingin menahan kepergian Aldric dari sana.Dia masih belum berhasil mendapatkan kesepakatan Aldric. Dia tak ingin impiannya musnah sebelum waktunya.“Apa lagi? Kurasa sudah tak ada yang perlu dibincangkan.” Aldric menatap malas ke Dion yang tak tahu malu.Sayang sekali, Dion ketika sudah menargetkan seseorang, dia jarang ingin melepaskan mangsanya.“Bagaimana kalau tiga puluh juta, Pak? Saya yakin itu bukan jumlah besar yang memberatkan Bapak.” Aldric menetap heran ke Dion. Sememuakkan itukah suami Ziandra? Bagaimana bisa dulunya Ziandra sudi menjadi istrinya?“Bahkan jika itu sepuluh ribu rupiah pun, saya tidak ingin memberikannya ke kamu.”Tapi, Aldric mendadak merogoh saku jasnya dan mengeluarkan lembaran uang nominal Rp10 ribu.“Oh, kalau senilai ini, aku masih bermurah hati padamu, Pak Dion. Terimalah, mungkin bisa untuk biaya ojekmu pulang.” Aldric menempelkan lembaran itu ke dada Dion.Mau tak mau, Dion menerimanya.Hanya saja, kemudian Aldric me

  • Gairah Liar Presdir Posesif   92. Dion Vs Aldric

    “Jadi kamu mengundang saya ke sini hanya untuk mengatakan itu saja?”Di luar dugaan Dion, Aldric justru menanggapinya dengan sikap santai. Seolah-olah Dion tidak menimbulkan kegentaran di hatinya.Hal ini memang mengejutkan Dion. Dia sempat terdiam sesaat, tapi lekas mengambil kendali lagi.“Pak Aldric. Bapak orang ternama di negara ini. Anda pebisnis besar yang pastinya tak ada orang tak tahu Anda. Apakah Bapak yakin akan baik-baik saja apabila saya membongkar hubungan tabu Bapak dengan istri saya?”Dion tak kurang akal dan membawa-bawa status Aldric sebagai pengusaha ternama.Aldric tidak menyurutkan sikap santainya. Dua lengan direntangkan santai di sandaran kursi dan punggung bersandar rileks. Sungguh tak memiliki kesan dia sedang ditekan.“Langsung saja ke intinya, Pak Dion. Saya tak suka orang yang terlalu bertele-tele seperti kamu.” Aldric memberikan pandangan meremehkan ke Dion.Di matanya,

  • Gairah Liar Presdir Posesif   91. Interogasi dari Susan

    “Clara senang kamu datang,” ucap Ziandra pelan.Dia tak tahu harus berbincang apa jika ada Susan dan Clara di dekat mereka.Tapi… bukankah kalau mereka sedang berduaan saja pun tak pernah ada pembicaraan yang benar-benar obrolan? Mereka lebih banyak beraktivitas ketimbang berbincang!Ziandra melirik Aldric yang mengangguk kecil sambil pria itu berkata, “Bagus. Karena aku juga senang bisa datang.”“Tapi… kenapa harus datang begini?” Dia masih belum tenang dengan kedatangan tiba-tiba Aldric.Hatinya berdebar-debar, menduga-duga apa sekiranya yang dipikirkan ibunya saat ini. Seakan Aldric mempertebal fakta akan tuduhan yang dilontarkan Dion.Dia harus jawab apa jika Susan mempertanyakan mengenai kedatangan Aldric?“Sudah kukatakan, aku ingin melihatmu, dan sekaligus menjenguk Clara.” Aldic menegaskan ucapannya dengan suara rendah dia.Ziandra menghela napas pelan. Sepertinya susah sekali menghentikan pria ini kalau sudah punya kemauan.Maka dari itu, yang bisa dikatakan Ziandra hanya seb

  • Gairah Liar Presdir Posesif   90. Untuk Apa Datang?

    Ziandra membeku di tempatnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Satu nama yang tak dia harapkan muncul malam itu, justru kini berdiri di ambang pintu.“Ke-kenapa?”Aldric tersenyum tipis. Dibalut mantel hitam elegan, dengan rambut yang tertata rapi dan aroma khas yang langsung menyeruak ke hidung Ziandra, pria itu tampak seperti keluar dari adegan film.Di tangannya, dia membawa satu kantong besar berisi boneka dan beberapa bungkusan makanan.“Maaf kalau aku datang tanpa kabar. Tapi Clara bilang tadi sore kalau dia suka boneka beruang. Aku pikir, tak ada salahnya jadi ‘Om baik’ sekali lagi,” ucap Aldric santai, pandangannya hangat tertuju ke ranjang pasien.Ziandra melirik ke arah Susan yang masih berdiri mematung di samping meja.Wajah ibunya terlihat canggung. Tak heran—bagaimanapun, Susan sudah dicekoki berbagai tuduhan Dion dan Namila mengenai Ziandra menjalin hubungan terlarang dengan bosnya sendiri.Kini pria itu datang ke hadapan mereka, nyata, nyata sekali.“Oh…”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status