Home / Romansa / Gairah Liar Sahabat Suamiku / 2. Pujian yang Menggilakan

Share

2. Pujian yang Menggilakan

Author: Lucyofheart
last update Last Updated: 2025-06-17 18:36:49

Zwetta refleks memperbaiki tanktop hitam miliknya yang ternyata turun sehingga memperlihatkan bukit kembar miliknya. Ia jadi merasa menyesal untuk tidak melihat siapa yang datang, karena menurutnya pakaiannya sangat tidak layak menyambut tamu. Namun ia tidak bisa menghindar sekarang dan berlari ia akan lebih malu dan merasa tidak enak.

“Temannya Dion bukan?” tanya Zwetta memastikan.

“Ya benar, Dion memberitahuku alamat rumah ini dan menyuruhku datang. Perkenalkan Alan Rikkard, panggil saja Alan,” kata pria bernama Alan itu sambil mengulurkan tangannya.

Zwetta langsung membalas uluran tangan Alan dengan cepat dan ia akhirnya menilai pria yang berdiri di hadapannya.

Menurut Zwetta jikalau Alan seumuran dengan suaminya, maka Alan tidak cocok di umur tersebut. Karena penampilan Alan menurutnya sangat muda dari umurnya. Apa lagi kini Alan menggunakan celana jeans, kaos oblong putih dengan dipadukan jaket jeans dan sepatu keds.

Alan juga mempunyai bulu-bulu halus di sekitar dagunya menunjukkan kesan berbeda dan memakai kacamata saat ini. Alan yang dinilai seperti itu akhirnya membuka kacamatanya sehingga pandangan keduanya bertemu.

Zwetta kagum melihat mata indah milik Alan yang berwarna coklat itu, Alan tersenyum padanya hingga membuat Zwetta akhirnya salah tingkah dan menarik tangannya dari genggaman Alan.

“Mari silahkan masuk, Dion belum pulang dari kantor,” kata Zwetta sambil mempersilahkan Alan masuk, pria itu akhirnya masuk ke dalam dengan membawa koper miliknya. “Mau langsung ke kamar atau mau makan? Aku sudah menyiapkan kamar untukmu,” kata Zwetta memberitahu.

“Kau belum memperkenalkan diri,” kata Alan tidak menjawab pertanyaan Zwetta.

“Ehh.” Zwetta terkesiap. “Panggil saja Zwetta, apa Dion tidak memberitahu nama istrinya?” tanya Zwetta balik.

Alan akhirnya tertawa membuat Zwetta diam dan bingung.

“Maafkan aku, Dion sudah memberitahuku. Hanya saja aku ingin tahu darimu langsung, tidak masalah bukan?” tanya Alan dengan senyuman yang mampu membuat para wanita takluk melihat Alan saat ini.

“Hmm it’s okay,” jawab Zwetta berusaha tenang. “Apa kau mau langsung ke kama atau mau langsung makan?” Tanya Zwetta lagi membuat Alan berpikir.

“Sepertinya aku harus mandi dan kau juga memerlukan hal itu,” jawab Alan dengan menilai kembali penampilan Zwetta membuat wanita itu jadi malu sendiri.

“Maaf menyambutmu dengan keadaan seperti ini, aku pikir tadi Dion yang pulang. Dion mengatakan bahwa dia akan pulang cepat dan kau akan sampai di malam hari, tapi ternyata tidak. Aku baru selesai membersihkan rumah karena Dion baru mengatakan tadi pagi kalau kau akan datang hari ini.”

Alan mengernyitkan keningnya bingung.

“Oh ya? Padahal aku sudah mengatakan padanya lama.”

 Zwetta memaksakan senyumnya ketika mendengar fakta itu.

“Ya Dion memang seperti itu, dia suka lupa.”

“Kau sendiri? Apa tidak ada asisten rumah tangga?” tanya Alan sambil melihat sekeliling.

Zwetta menggelengkan kepalanya.

“Aku masih bisa mengerjakannya sendiri, kami hanya tinggal berdua jadi masih bisa. Yasudah kalau begitu, itu kamarmu. Bersitirahat dengan nyaman, setelah selesai keluarlah aku juga sudah siapkan makan malam untukmu,” jelas Zwetta sambil mengambil tas dan juga pakaian yang diletakannya tadi di sofa dan semua itu dilihat oleh Alan.

“Apa kau baru pulang kerja?” tanya Alan lagi dan Zwetta menganggukkan kepalanya.

“Ya, aku pulang lebih awal untuk membereskan semuanya. Aku permisi,” kata Zwetta meninggalkan Alan untuk naik ke atas.

Pria itu masih saja memperhatikan Zwetta sampai naik ke atas, setelah Zwetta tidak terlihat oleh pandangannya barulah Alan mulai masuk ke dalam kamar yang diberitahukan Zwetta sebelumnya. Ia tersenyum memikirkan bagaimana Zwetta yang menghiasi kepalanya saat ini, menurutnya sangat lucu dan menarik.

Alan segera membuka bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi dengan senyum masih saja mengembang di wajahnya. Begitu juga dengan Zwetta yang melihat dirinya di depan cermin yang berada di kamar mandi melihat dirinya yang jadi salah tingkah karena pria yang baru saja datang ke rumahnya itu. Zwetta menggelengkan kepalanya dengan keras guna membuang pemikiran yang tiba-tiba masuk ke dalam kepalanya.

***

“Apa kau suka minum?” tanya Zwetta saat ia melihat Alan sudah duduk di meja makan.

Saat Zwetta turun, ia sudah melihat Alan yang menunggunya. Zwetta menggunakan dress berwarna hijau tosca di atas lutut tanpa lengan. Dress tersebut berbentuk V di bagian depan dan sangat membentuk tubuh langsing milik Zwetta.

Walaupun Zwetta mempunyai bentuk tubuh yang langsing, tetapi bukit kembar miliknya dan bokongnya tidak sesuai dengan bentuk badannya. Karena di kedua bagian itu membentuk dengan indah dan membesar. Alan yang melihat penampilan Zwetta saat turun dari atas sungguh terkesima.

Menurutnya Zwetta sangat cantik dan anggun, sesuai dengan tipenya. Tapi sayang Zwetta bukan perempuan single pikirnya. Zwetta memang biasa berpenampilan seperti itu, apa lagi Zwetta mempunyai rekan kerja dan menjadi seorang istri Dion yang pastinya akan menjaga penampilan di depan umum. Maka Zwetta memilih salah satu pakaian yang terbaik menurutnya.

“Kau sangat cantik,” puji Alan membuat Zwetta akhirnya berhenti membuka botol wine, karena ia menatap Alan yang sedang memujinya saat ini.

Pandangan mereka bertemu, terutama Alan dengan senyumannya yang mampu membuat Zwetta kagum.

“Apa akk—”

“Aku bilang kalau kau cantik, sangat cantik,” puji Alan lagi membuat pipi Zwetta merona merah dan kali ini Zwetta menanggalkan sikap tegas dan galaknya.

Ia benar-benar merasa senang sekaligus malu dipuji secara terang-terangan seperti itu. Bahkan suaminya sendiri Dion tidak pernah memujinya sampai seperti itu.

“Terima kasih,” jawab Zwetta akhirnya, tanpa berniat membantah dan ia segera melanjutkan aktivitasnya menuangkan minuman ke gelas miliknya. Zwetta jadi salah tingkah sendiri karena pujian tersebut.

“Apa kau tak mau menuangkannya untukku cantik?” tanya Alan sambil menyodorkan gelasnya, Zwetta kembali terkesiap karena panggilan pria itu.

“Eh, oh ya.” Zwetta akhirnya menuangkan minuman tersebut ke gelas milik Alan. “Tadi aku bertanya, tapi kau tak menjawabku,” jelas Zwetta sengaja mengalihkan.

“Ya karena aku terpukau dengan kecantikanmu,” puji Alan lagi membuat Zwetta tersenyum.

Zwetta duduk di kursinya dan kembali menilai Alan yang hanya menggunakan kaos oblong berwarna hitam dengan celana jeans kali ini dengan motif koyak-koyak di lutut.

“Apa kau seumuran dengan Dion?” tanya Zwetta membuat Alan tertawa lalu menggelengkan kepalanya.

“Apa aku terlihat lebih muda dari Dion atau bahkan terlihat lebih tua dari Dion?” tanya Alan dengan jenaka.

“Kau terlihat lebih muda,” jawab Zwetta dengan cepat dan jujur membuat Alan tertawa dengan kejujuran Zwetta.

“Aku setahun lebih muda darinya,”

“Wahhhh, kau tak cocok berumur tiga puluh lima tahun. Kau lebih cocok berumur dua puluh delapan tahun,” kata Zwetta lagi dengan jujur membuat Alan kembali tertawa.

“Benarkah? Itu suatu pujian untukku, terimakasih. Kau juga tidak seperti perempuan yang sudah menikah, sehingga aku menginginkanmu,” kata Alan dengan ambigu membuat Zwetta tertawa.

“Bisa saja,” jawab Zwetta jadi salah tingkah, tak pernah sebelumnya ada seorang pria yang seterbuka ini akan dirinya. “Sepertinya Dion akan pulang lebih lama, bagaimana kalau kita makan terlebih dahulu?” tanya Zwetta pada Alan.

“Terserahmu saja cantik, aku akan ikut apapun katamu.”

Zwetta tersenyum dan dengan sigap mengambil piring Alan dan menyiapkan makanan untuk pria itu.

“Apa ini juga masakanmu?” tanya Alan lagi melihat banyaknya makanan yang tersaji.

“Ohh tidak, aku tidak terlalu pintar memasak. Tadi aku menyuruh asistenku untuk membelikan makanan ini untuk menyambutmu. Semua ini makanan pilihanku dan ini sangat enak, kau harus mencobanya,” ucap Zwetta dengan bangga, Alan menerimanya dengan sangat antusias. Alan langsung mencoba makanan tersebut ketika Zwetta sudah menyiapkannya.

“Kau benar, makanannya sangat enak. Kau sangat pintar dalam memilih, udah cantik ternyata kau juga pintar,” puji Alan lagi membuat Zwetta kembali tersenyum malu-malu. Zwetta akhirnya mengambil makanan juga untuknya dan ikut menikmati makanan tersebut.

“Apa kau bekerja di tempat yang sama dengan Dion?” tanya Alan. Menurut pria itu tidak baik mereka hanya diam saja, maka lebih baik mereka mengobrol saja pikirnya.

“Tidak, aku dengan Dion beda tempat kerja. Bagaimana perjalananmu hari ini?” tanya Zwetta balik.

“Baik, semuanya lancar. Besok mungkin aku akan datang ke perusahaan tempatku bekerja untuk menunjukkan bahwa aku sudah datang. Aku bisa bertanya padamu bukan kalau aku tidak tahu tempatnya?” tanya Alan.

Zwetta menganggukkan kepalanya.

“Silahkan, kata Dion kau hanya setahun disini.”

Alan menganggukkan kepalanya.

“Ya dari kontraknya seperti itu, tapi kalau aku nyaman aku bisa perpanjang kontrak lagi disini. Masalah tempat tinggal apakah kau bisa juga membantuku mencarikannya?” tanya Alan lagi.

Zwetta kembali menganggukkan kepalanya.

“Ya aku juga nanti akan meminta asistenku untuk mencari informasinya. Sebelum kau menemukan tempat tinggalmu, kau bisa ada di sini dan ku harap kau suka ada di sini. Anggap saja bahwa ini rumahmu juga.”

“Pasti aku akan suka tinggal di sini, belum tentu nanti aku akan suka dengan rumah yang ku pilih sebagus apapun tempatnya,” kata Alan dengan ambigu membuat Zwetta bingung.

“Maksudnya gimana?” tanya Zwetta.

“Tidak apa lupakan saja.”

Hanya Alan yang tahu maksud tersebut.

“Oh iya Dion juga mengatakan kau memberiku meminjamkan mobilmu, terima kasih. Kalau kau tidak keberatan aku bisa mengantarmu kemanapun kau pergi sampai aku diberikan mobil oleh perusahaan,” usul Alan.

“Tidak perlu, Dion mengatakan dia yang akan mengantar jemputku nanti. Santai saja Alan.” Entah mengapa ketika Zwetta memanggil namanya ia sangat suka dan ia ingin Zwetta terus menyebutkan namanya dengan arti yang berbeda pastinya.

“Seandainya Dion tidak bisa, aku akan melakukannya untukmu,” Kata Alan dengan mantap, Zwetta membalasnya dengan tersenyum.

Bel rumah Zwetta berbunyi ketika Zwetta hendak membukanya, Alan langsung bangkit berdiri dan mengatakan akan membukakan pintunya sendiri. Karena menurutnya Dion yang datang dan ia ingin menyambut sahabatnya itu secara langsung. Mengingat kembali adanya Dion, Zwetta jadi merasa bersalah saat mengingat ia senang saat Alan memujinya tadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Elio Jono
awal dari cerita ini suka menarik sekali gaaasken....teruuuus
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   140. Dion Menggila 18+

    Kimberly memejamkan matanya, kepalanya mendongak merasakan sentuhan Dion yang membakar dirinya. Dion menunduk, bibirnya mengulum salah satu putting Kimberly menghisapnya dengan lembut. Lalu mengulumnya lebih dalam dan lidahnya bermain di sana.Hal itu menimblukan sensasi nikmat yang luar biasa. Kimberly mendesah, punggungnya sedikit melengkung merasakan listrik menjalau ke seluruh tubuhnya. Dion beralih ke putting yang lain, memperlakukannya dengan cara yang sama, memancing desahan demi desahan dari bibir Kimberly.Lalu tangan Dion meraih tangan Kimberly, membawanya ke depan kejantanannya yang sudah tegang dan di balik selananya. Kimberly mengerti isyarat itu. Jari-jarinya meremasnya perlahan, merasakan panasnya yang menjalar.Dion tersenyum puas. Ia lalu menunduk, bibirnya mendekati area kewanitaan Kimberly. Wanita itu menahan napas. Selalu saj

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   139. Sempurna 18+

    “Jadi, apa karena itu kau menghubungiku? Kau ingin aku temani malam ini? Kau ingin aku bermain denganmu, apakah begitu Pak?” tanya Kimberly.Jari-jari Kimberly turun perlahan menyusuri kaos Dion lalu berhenti tepat di sabuk celanannya. Sebuah senyum nakal terukir di bibirnya.“Aku bisa menemanimu dan memberikan kehangatan yang luar biasa malam ini.”Dion tidak begerak, ia membiarkan Kimberly melakukan apa yang diinginkannya. Dion sengaja tak memprovokasi Kimberly terlebih dahulu. Dion ingin membiarkan Kimberly yang memulai dan ingin menikmati permainan panas dari Kimberly.Hal yang disuka oleh Kimberly adalah, wanita itu tahu cara memulai karena wanita itu sudah sangat handal. Kimberly tahu bagaimana cara menggodanya dan bersikap liar. Berbeda dengan Diana yang masih terlihat malu-malu

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   138. Mencari Pelampiasan

    “Baiklah, aku bisa apa kalau sudah begitu. Setelah pulang kau harus memberikanku hadiah ya, sayang,” pinta Dion.“Kau menginginkan apa?” tanya Diana.“Aku tak menginginkan apapun yang aneh. Aku hanya menginginkanmu saja tak lebih, mungkin kau harus memberikan sesuatu hal yang berbeda untukku,” bisik Dion membuat Diana tertawa.“Baiklah, aku akan melakukannya. Apapun yang ingin kau lakukan, apapun yang kau minta aku akan memberikannya. Sebelum aku pergi, besok aku juga akan memberikanmu yang terbaik sebelum aku pergi meninggalkanmu selama tiga hari,” kata Diana membuat Dion kesenangan.“Benarkah? Baiklah, aku akan memikirkan sebuah ide yang luar biasa,” kata Dion dengan semangat membuat Diana tertawa.“Apa ka

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   137. Cemburu?

    Saat Diana keluar dari ruangan Dion, Kimberly melihat hal itu. Dari tadi Kimberly memang sengaja menunggu karena ingin melihat wanita tersebut. Kimberly penasaran dengan wanita tersebut, walaupun Kimberly seakan tahu jawabannya siapa wanita tersebut.Kimberly melihat Langkah kaki Diana yang tertatih. Kimberly juga jelas mengetahuinya karena ia juga sering mengalami itu setiap bermain dengan Dion. Baju Diana yang berantakan juga bisa sangat disimpulkan alasan Diana seperti itu.“Hai, mari,” sapa Diana menyapa Kimberly sebelum masuk ke dalam lift.Begitu Diana pergi, Kimberly langsung saja masuk ke ruangan Dion. Pria itu sedang membersihkan berkasnya di lantai lalu membersihkan mejanya. Kimberly masuk dengan tangan dilipat dada dan menatap Dion.“Siapa wanita itu? Kekasih barumu?” tanya

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   136. Selalu Puas

    Dion tidak memberinya jeda. Dengan satu Gerakan kuat yang menunjukkan betapa mudahnya ia mengendalikan tubuh Diana. Dion segera mengangkatnya dari jendela lalu membawanya menuju meja kerjanya besar, kokoh dan dingin.Dokumen-dokumen penting yang ada di atas meja disibakkannya dengan kasar, jatuh berhamburan ke lantai tanpa peduli. Ia mendudukkan Diana dengan paksa di atas meja, lalu membaringkannya mendorong kedua kakinya hingga terbuka lebar, mengangkang di depannya.“Aku ingin kau merasakan setiap sudut ruanganku sayang. Kita akan menciptakan kenangan tersendiri di sini, jadi saat aku bekerja aku akan bersemangat karena ada kenangan kita di sini,” ucap Dion dengan mesra sambil mengedipkan matanya.Mata Dion sangat terlihat gairahnya. Pria itu menindih Diana, batang kejantanannya yang masih basah dan panas kembali menekan liang Dian

  • Gairah Liar Sahabat Suamiku   135. Fantasi 18+

    Suara Dion bercampur dengan Hasrat. Kini satu jarinya masuk ke dalam liang Diana yang sudah banjir, dinding-dindingnya menguncup erat di sekeliling jarinya.“Ya, lakukan segera Dion,” balas Diana membuat Dion tertawa.Suara Dion terdengar begitu dominan dan penuh kemenangan. Dion memang selalu bisa membuat wanitanya merasakan kehilangan akal dan mendamba permainannya. Dion selalu bisa menaklukkan setiap wanita yang sedang dibuatnya kelimpungan karena permainannya.Dion menarik jarinya keluar, menimbulkan suara basah yang erotis. Lalu dengan cepat memutar tubuh Diana hingga punggungnya kembali menempel di kaca. Mengangkat sebelah kakinya yang jenjang dan melingkarnnya di pinggangnya.Tanpa persiapan ia menghujam batang kejantannnya yang besar, panjang, dan panas membara ke dalam liang Diana yang ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status