Share

Terenggutnya Keperawanan

“Apa kamu takut karena sudah tidak perawan lagi? Aku tidak suka bekas orang lain. Tapi, denganmu tidak masalah bagiku,” ucap Regha.

Vella tergugu mendengar setiap kata yang keluar dari bibir pria itu. Hatinya remuk tak tersisa menerima hinaan menyangkut kehormatannya. Semua orang tahu jika ia dari kalangan bawah. Hidup dari keluarga sederhana yang berjuang dari nol. Beda dengan Regha yang bergelimang harta.

Materi tak menjadikan seseorang dalam proses pendewasaan. Lihatlah sekarang perbuatan Regha yang sangat tidak bermoral. Pria itu lahir dari sosok ibu. Tanpa sadar, Regha menjatuhkan martabat seorang wanita.

Hanya dengan sekali dorongan, Vella sudah terjatuh. Tubuh mereka saling menindih. Belum lagi Regha yang menilainya sebagai wanita paling kotor di dunia ini.

“Lepaskan aku!” teriak Vella sambil meronta-ronta.

Saat ini Vella berusaha kabur dari kungkungan Regha. Tetapi, posisinya benar-benar tidak menguntungkan. Tangannya ditarik ke atas dan dicengkram kuat oleh pria itu.

Bertambah kecil kemungkinan bagi Vella untuk meloloskan diri. Regha bukanlah lawan yang sepadan baginya. Ia merasakan sekujur tubuhnya remuk saat Regha terus mencecap seluruh bagian tubuhnya.

Regha tidak menghiraukan kata-kata Vella. Baginya larangan adalah perintah dan harus dilaksanakan dengan segera.

Tatkala Vella melirik sedikit saja ke bawah, ia menyadari jika Regha sudah bertelanjang dada. Hal itu membuatnya kesulitan menelan saliva. Regha terlihat jauh lebih tampan dari sedekat ini. Mata berwarna coklat yang indah mampu menghipnotisnya. Ditambah lagi lengkungan bibir yang menarik.

Bukan saatnya untuk mengagumi ketampanan iblis. Regha memang tampan, tapi hatinya tidak seperti demikian. Vella sangat bodoh sampai terlena akan hal itu.

Kecupan itu berlanjut menuruni leher lalu ke tulang selangka Vella dengan memberikan gigitan serta hisapan-hisapan kecil. Dada Vella membusung ketika lidah pria itu menari-nari di sana. Memberikan sensasi luar biasa hingga membuatnya tak berdaya.

“Emph … emph!” Vella berusaha memberontak, namun mulutnya dibekap oleh Regha.

Tak henti-hetinya Vella melakukan perlawanan. Bukannya lepas dari jeratan pria itu. Ia malah kehabisan tenaga dan berujung letih.

Andai saja Vella memiliki kekuatan, ia akan mengutuk Regha menjadi batu. Dari dulu ia selalu menjaga mahkotanya. Seenaknya pria itu mengklaim kalau ia sudah tidak perawan. Lelaki itu sudah hilang kewarasan, tak memiliki akal sehat.

Kain penutup terakhir yang berbentuk segitiga itu telah terlepas. Tak lama kemudian Regha juga melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukannya pada Vella.

Sejenak Vella mencoba bangkit saat cengkraman Regha mulai melonggar. Ia meludah di depan pria itu. Ia bahkan tak peduli jika nantinya Regha akan marah besar. Di sini yang harusnya marah adalah dirinya, bukan pria yang tidak memiliki hati nurani itu.

Regha kian tertantang dengan perlawanan Vella. Ia akan memberikan pelajaran agar wanita itu jera. Banyak perempuan di luar sana yang berlomba-lomba untuk menghangatkan ranjangnya. Namun, Vella malah jual mahal dan hal itu mengundang amarahnya. Harga dirinya jatuh mendapat ludahan dari perempuan murahan.

“Mari kita lihat seberapa jauh tubuhmu akan menolak sentuhanku,” tantang Regha.

Tangan Regha menyusuri pada wanita itu. Kemudian berhenti pada pusat gairah, sontak Vella menggigit bibir bawahnya. Jemari lelaki itu secara perlahan masuk ke dalam lubang yang hangat. Vella merasakan sensasi aneh yang tidak pernah dirasakan sebelumnya.

Sekuat tenaga ia mencoba menahan desahan yang tercekat. Vella enggan mengeluarkan desahan yang menurutnya menjijikkan itu. Vella tidak dapat memungkiri kalau Regha lah yang terbaik dalam urusan bercinta.

Tak tahan dengan segala kenikmatan yang diberikan Regha, suara indah itu akhirnya keluar. Samar-samar Regha pun bisa mendengarnya.

“Ah … aku bilang berhenti!”

Desahan demi desahan terus keluar dari bibir manis Vella. Ia tidak mau memberikan kesuciannya pada pria brengsek seperti Regha. Kehormatannya hanya untuk suaminya kelak dan Regha tidak pantas mendapatkannya.

Gairah Regha sudah berada di ubun-ubun. Tidak akan ia biarkan Vella menghalangi aksinya. Beralih ke bibir ranum yang sedari tadi ia lewatkan. Manis, itulah yang ia cecap sekarang. Regha benar-benar ketagihan dan tidak ada kata bosan untuk mencicipinya.

Vella mencoba menahan isak tangisnya, tubuhnya bergetar hebat. Bibirnya berkata tidak, namun tubuhnya merespon dengan baik. Ia seolah menikmati setiap jengkal tubuhnya yang dilecehkan Regha.

Suara-suara itu lolos dan kembali memacu adrenalin Regha. Pria itu menuduh Vella sering melayani banyak pria hidung belang. Namun, pada dasarnya tubuh wanita itu sangatlah sensitif dan ia bisa merasakannya.

“Rileks, Sayang. Apa kamu sudah lama tidak melakukannya, makanya bisa sesempit ini?”

Tubuh Vella bagaikan terkena sengatan listrik, senjata keperkasaan yang mencoba menerobos masuk itu membuat tubuhnya sangat kaku. Tidak hanya kewanitaan Vella yang terkoyak, hatinya pun juga. Lantaran ucapan Regha yang terus menusuk hatinya.

Pria itu mulai tidak sabaran, Regha menghentakkan pinggulnya dengan sangat keras. Vella langsung berteriak menahan rasa sakit yang tak terkira. Punggung Regha menjadi sasaran dan meninggalkan bekas cakar di sana.

Setelah berhasil masuk, bahkan lebih dalam lagi. Regha menyadari ada sesuatu yang mengalir. Tudingannya salah, Vella masih perawan. Pria itu terkejut mendapat fakta yang ia temukan. Namun, ia tak mau menghentikannya begitu saja. Akan terasa menyakitkan jika ia bermain sendiri.

Dari hasil perbuatan terlarang itu, cairang hangat terus mengalir ke dalam rahim Vella. Wanita itu menyesal datang ke perusahaan ini. Jika pada akhirnya akan berakhir mengenaskan. Hari pertamanya bekerja seharusnya diwarnai dengan kebahagiaan. Bukan dihadapkan pada kasus pelecehan yang menimpa dirinya.

***

“Aku mau kita putus!” kata Vella.

“Putus? Aku buat kesalahan apa, sampai kamu minta putus? Kamu lihat cincin ini baik-baik. Itu bukti kalau kita sudah tunangan. Jangan kayak anak kecil, kalau aku ada salah, bilang!” Deon tersulut emosi mendengar permintaan putus dari tunangannya.

Deon adalah tunangan Vella. Mereka dijodohkan sejak di bangku SMA. Sesibuk apapun pria itu, jika Vella mengajaknya bertemu. Ia akan meluangkan waktu demi wanitanya. Jangan tanya seberapa besar cinta yang diberikan pada Vella. Seluas lautan dan sedalam samudera. Bukan sekedar bualan, tetapi itulah faktanya.

Wajar jika Deon marah pada Vella. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Wanita itu seenaknya saja mengakhiri hubungan yang akan melangkah ke jenjang pernikahan. Keseriusannya tidak perlu diragukan. Deon bekerja keras untuk membahagiakan Vella.

Cincin yang tersemat di hari manis Vella menandakan jika ia sudah memiliki pasangan. Namun, ia malah menghancurkan kepercayaan Deon.

Vella juga tidak ingin semuanya berakhir seperti ini. Nasib buruk yang menimpanya adalah sebuah kecelakaan. Lebih tepatnya karena keegoisan Regha. Ia tahu kalau Deon sangat mencintainya. Namun, ia tidak yakin pria itu mau menerima wanita kotor seperti dirinya. Apalagi jika keluarga tunangannya itu sampai tahu akan peristiwa buruk yang menimpanya kemarin.

Kondisi Vella saat ini belum membaik. Wajah yang pucat serta mata yang merah karena menangis semalaman. Ia merutuki kebodohannya yang dengan mudahnya menyerahkan kesuciannya pada Regha.

“Kamu tidak salah, aku yang salah. Aku … aku sudah tidur dengan pria lain,”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status