Suara dering ponsel membangunkan Amel di pagi hari. Lukas menghubunginya untuk memberitahu kalau Ibunya sudah tiba di Jakarta, dan saat ini dirawat di rumah sakit.Amel segera bangkit dari tempat tidur, bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu meninggalkan Apartemen menuju rumah sakit tempat Ibunya dirawat.Setibanya di sana, Maria dirawat di ruang VIP. Tentu hal itu atas perintah dari Bram, yang membuat hati dan perasaan Amel semakin dalam kepada pria tampan itu."Ibu," panggil Amel, ia berlari ringan dari pintu menuju tempat tidur."Sayang, kamu sudah datang," sahut Maria, sambil membalas pelukan putrinya."Bagaimana keadaan Ibu? aku sangat mengkhawatirkan Ibu." Ame mengungkapkan perasaannya."Ibu tidak apa-apa sayang, kamu tidak perlu khawatir." Tentu Maria berkata demikian, ia tidak ingin putri kesayangannya itu terlalu mencemaskannya.Namun sesungguhnya, kondisi Maria saat ini sudah semakin parah. Tetapi ia berusaha kuat dan santai, untuk menutupinya dari Amel, b
Saat Bram kembali ke kediaman Wijaya, James sudah menunggu di ruang tamu."Kakak sudah pulang?" sapa James, saat melihat Bram muncul dari pintu utama."Apa kamu menungguku?" Bram melangkah menuju ruang tamu, duduk di sofa tepat di hadapan James."Iya, aku ingin membicarakan tentang tender waktu itu," jawab James, "Beberapa hari yang lalu, aku sudah mengajukan pinjaman. Mungkin dua atau tiga hari lagi dananya akan cair," lanjutnya."Benarkan? Woa...kamu memang benar-benar berubah," puji Bram dengan wajah meyakinkan, "Dalam bisnis, kita harus berani untuk mengambil tindakan. Menang atau kalah! Itu sudah resiko, yang penting kita harus nekat," lanjutnya."Iya, aku percaya kepada kakak. Aku ingin berhasil seperti kakak." James sangat yakin dengan Bram."Iya, kamu harus percaya kepadaku, jika kamu ingin berhasil dan memiliki perusahaan sendiri. Sebagai kakak sepupu, aku tidak mungkin menipumu." James benar-benar percaya dengan apa yang terucap dari mulut Bram, ia sama sekali tidak curiga.
Di bab ini sedikit panas, jadi bijaklah dalam membaca. Karena cerita ini khusus dewasa, yang belum cukup umur alon-alon mundur. Terima kasih.........................Setelah puas menikmatinya, Bram mengambil posisi aman. Ia mendorong benda tumpulnya dengan lembut, ke dalam surga dunia milik Amel.Hentakan lembut dari pinggulnya seiring dengan desah yang ke luar dari mulut Amel."Ah....um...oh.." wanita cantik itu mendesah.Sentuhan Bram selalu membuatnya melambung tinggi, bahkan tanpa disadari! Tangannya meremasi kedua gunung kembarnya sendiri.Amel yang tidak puas hanya menerima siksa nikmat dari Bram! Lantas mendorong tubuh pria itu hingga terbaring di atas tempat tidur, Amel berjongkok sejajar dengan benda tumpul milik Bram, lalu memasukkannya ke dalam sana."Ow...ssttt... Ini nikmat Amel," erang Bram.Semakin hari Surga Baby-nya itu semakin liar saat di atas tubuhnya. Bram meremas kedua gunung kembar Amel, untuk menambah gairah wanita cantik itu.Setelah 20 menit berada di atas t
Hanya berselang 30 menit, Amel kembali menggoda Bram. Untung saja Bram pria perkasa, sehingga ia bisa mengulang pertempuran itu untuk kedua kalinya.Bram masih terbaring lemah di atas tempat tidur, dengan seluruh tubuh bermandikan keringat. Sedangkan Tania sudah menunggu di kafe, wanita cantik itu sudah 30 menit tiba di sana.Suara dering ponsel memaksa Bram bangkit dari tempat tidur."Iya, aku akan segera ke sana," ucapnya setelah mengusap layar ponselnya.Bram memutuskan sambungan teleponnya, menaruh ponsel di atas meja, lalu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Sedangkan Amel sudah tertidur pulas di atas tempat tidur, tanpa mengenakan busana."Papah mau ke mana?" tanya Amel tiba-tiba.Bram yang sedang melangkah menuju pintu, tiba-tiba berhenti. Ia memutar tubuh dan kembali menghampiri Amel ke tempat tidur."Sayang, aku ke luar sebentar ya?" ucap Bram sambil membelai rambut panjang Amel."Papah mau ke mana?" Amel kembali bertanya, dengan nada khas bangun tidur."Hem....
"Sebenarnya aku ingin mengatakan, kalau Tania......""Kalau Tante Tania tidak mau bercerai?" lanjut Amel, yang membuat Bram berhenti bicara."Bu...bu....bukan sayang," bantah Bram."Jadi?" desak Amel dengan wajah menggemaskan."Tania hamil."Wajah Amel berubah jadi tegang, seketika tubuhnya lemah tak berdaya. Ia tidak tahu harus berkata apa, yang pastinya! Bram tidak mungkin menikahinya lagi, secara sah di negara."Sayang," panggil Bram dengan lembut, "Kamu marah ya?" lanjutnya."Ha, oh tidak. Aku tidak marah sayang," jawab Amel, ia berusaha tersenyum untuk menutupi kekecewaannya.Bram menarik tengkuk Amel, memeluknya dengan erat dan penuh rasa bersalah. Walupun Tania hamil, Bram tidak akan meninggalkan Amel ataupun mengakhiri hubungannya. "Om pasti meninggalkanku, apalagi kontrak kita hanya tinggal dua bulan lagi," ucap Amel sambil menumpahkan air matanya di pundak Bram.Bram melepaskan pelukannya, diusapnya air mata dari kedua pipi mulus Amel, "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu
Setibanya di Apartemen, Bram refleks memeluk Amel dari belakang, "Sayang, aku minta maaf," ucapnya setengah berbisik.Amel memutar tubuh menghadap Bram, kaki mungilnya berjinjit untuk mengecup bibir pria tampan itu."Minta maaf untuk apa sayang?" Tanya Amel."Minta maaf karena sudah membuat kamu kecewa," jawab Bram.Amel tersenyum manis, "Kamu tidak membuatku kecewa sayang, tapi hatiku yang terlalu takut untuk kehilangan kamu," ucapnya sambil menatap kedua mata indah Bram."Benarkan?" tanya Bram.Amel menganggukkan kepala, "Sungguh," ucapnya.Bram menarik tengkuk Amel, menenggelamkan wajah wanita cantik itu di dada bidangnya, "Terima kasih sayang," ucapnya."Iya sayang," balas Amel.Bram melepaskan pelukannya dari tubuh mungil Amel, "Temani Papah belanja ya?" ajak Bram."Hum..." Amel mengangguk sambil tersenyum manis.Keduanya bergegas masuk ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan tubuh. Bersiap-siap untuk berangkat ke sebuah pusat perbelanjaan.Tadinya Amel berpikir, Bram ingin memb
Akhirnya Amel tertidur setelah bertempur sebanyak 5 kali. Wanita cantik itu tertidur pulas tanpa mengenakan pakaian, berbeda dengan Bram. Pria satu anak itu justru tidak bisa tidur, ia bingung kenapa Amel tiba-tiba berubah.Biasanya Amel yang kewalahan saat melakukan hubungan suami istri, tapi malam ini justru ia yang kewalahan melayani wanita cantik itu.Bram tertidur setelah waktu menunjukkan pukul 6 pagi, dan membuka mata pukul 11 siang. Ia refleks bangkit dari tidurnya, saat melihat Amel sedang melangkah ke arahnya."Papah sudah bangun," ucap Amel sambil menjatuhkan bokongnya di sisi ranjang."Iya sayang," jawab Bram, "Mamah kenapa pakai baju ini?" lanjutnya.Tentu Bram bertanya, sebab Amel mengenakan lingerie, padahal hari sudah siang."Emang kenapa Pah? Gak bagus ya?" Bukannya menjawab, Amel justru balik bertanya."Bukan gak bagus sayang, tapi baju ini kan untuk dipakai malam hari," jawab Bram."Masa sih, Pah? Di sini gak ada tulisan, harus dipakai malam hari."Jawaban Amel memb
"Ibu tidak seburuk itu, aku sangat mengenalnya. Sejak kecil dia membesarkan aku dengan penuh kasih sayang, dia bersusah payah mencari uang untuk menghidupiku," ucap Amel untuk membantah tuduhan Tania."Ya terserah kamu saja, aku tidak mungkin memaksamu untuk percaya. Tapi ketahuilah, Ibu kandungmu masih hidup sampai saat ini dan Ibu Maria lah yang tahu di mana dia, karena dialah yang menyembunyikannya." Tania bangkit dari kursi, lalu pergi meninggalkan Amel sendirian di kafe.Sepanjang perjalanan menuju Apartemen, Amel tidak berhenti memikirkan apa yang terucap dari mulut Tania."Benarkan yang dikatakan Tania? Apa mungkin Ibu Maria melakukan hal itu?""Oh tidak mungkin, jangan percaya dengan ucapan Tania, Amel. Kamu sudah tahu seperti apa Tania, mungkin saja dia sengaja mengatakan hal buruk tentang Ibu, untuk membuatmu membencinya." "Tapi kenapa Ibu tidak pernah menceritakan orang tua kandungku ya? Bahkan saat aku bertanya waktu itu! Ibu memilih diam, sama sekali tidak menjawab!"Ame