"Alice!" Oliv melotot padaku saat pagi harinya aku baru pulang kerumahnya. Aku merasa sedang dimarahi ibuku. "Maafkan aku Liv, aku ketiduran dirumahku," kataku mengarang cerita agar mereka tidak curiga padaku. Hanya Cici yang tau dan dia sedang berpura-pura memarahi aku juga. "Mana camilan yang kau janjikan padaku!" Cici menagih janjiku dengan wajah datar yang dingin.Hampir saja aku melempar sepatuku ke wajahnya. Pandai sekali dia bersandiwara.Aku menunjuk ke meja makan. James memberikan aku uang untuk membeli semua belanjaan itu. Aku pergi sendiri ke supermarket. Cici bertepuk tangan dengan riang setelah melihat aku menepati janji. Oliv melotot sesaat lalu dia juga tersenyum. Sebenarnya, Oliv tidak bisa sembarang makan camilan, tapi kami kasihan padanya. Jadi aku berinisiatif membawa camilan yang sangat rendah gula dan pewarna makanan. Uang yang diberikan James cukup untuk uang bensinku selama sebulan. Aku sempat berbelanja bahan dapur supaya tidak perlu bolak-balik lagi,
James berkendara dengan kecepatan yang lumayan tinggi Beberapa kali melakukan panggilan telepon kepada bawahannya. Dia terus memasang wajah sangar, aku takut melihat ekspresinya yang seakan ingin membunuh seseorang. Sekitar satu jam perjalanan,kami sampai dirumahku. Aku penasaran bagaimana James tau alamat orang tuaku, padahal aku belum memberitahunya. Bahkan dia tidak bertanya. Aku langsung membuka sabuk pengaman dan turun dari mobil. Rumahku tampak ramai dikunjungi tetangga. Aku menerobos barisan tetangga yang sedang membicarakan ayahku. "Ibu!" aku langsung menghampiri ibuku yang sedang duduk dilantai dengan wajah lesu. Dia langsung memelukku erat, hanya bisa menangis tanpa bisa berkata apa-apa. Aku merasa bersalah kepada mereka."Ayah bagaimana buk?""Dibawa baron kerumahnya nak, katanya kalau mau jemput ayah harus lunasi hutangnya hari ini," Ibu menjelaskan sambil menangis. Aku tidak bisa menenangkan nya lagi.James menunggu. Dia sedang berdiri didekat pintu menyaksikan tangi
" Apa kamu duda?" tanya ayah lagi saat aku tidak menjawabnya"Belum pernah menikah pak," James menjawab dengan santai."Begini james," ayah mencondongkan tubuhnya ke depan. "siapapun pasti curiga saat ada pria mapan yang kaya raya dan juga tampan seperti kamu belum pernah menikah," ayah melanjutkan kata-katanya dengan iris mata yang menggelap dan sangar."Anda meragukan saya?" James masih bersikap santai, sementara kepalaku sudah panas."Ayah, James memang masih bujangan. Dia adik papanya oliv. Tidak mungkin kan aku tidak tau latar belakangnya," aku mencoba menengahi mereka. "Putriku, kamu memang sudah pandai. Tak sia-sia kamu kuliah di kota besar," pujian ayah mengandung sarkasme yang tepat pada sasarannya. Aku hanya bisa menunduk, itu sebuah sindiran keras bagiku."Mungkin benar kamu jujur tentang statusmu. Jika kamu bukan orang kaya dan tidak tampan mungkin saya tidak curiga James.""Ayah, kok bicara seperti itu? " Ibu keluar dari dapur dengan tersenyum, lalu duduk mendekat
"Bisakah kau menjemputku hari ini?" aku mengirim pesan pada James, menunggu dengan harap-harap cemas. Lama sekali aku menunggu."Bisa, tunggu satu jam lagi," hanya itu balasan dari James. Aku berusaha berpikir positif,dia pasti sedang sibuk.Sambil menunggu James, aku bersiap-siap. Saat sudah hampir satu jam, aku berpamitan dengan ibu. Ayah sudah berangkat bekerja. Aku sengaja menghindarinya, dan berencana pergi sebelum dia pulang.Tak lama kemudian, sebuah mobil berwarna hitam datang. Aku sudah sumringah sampai saat membuka pintu depan, kekecewaan menerpa. Bukan James yang menjemputku, tapi salah satu bawahannya. Dia berpakaian rapi dengan jas hitam yang mewah. Dengan lesu aku duduk dikursi belakang.Mobil langsung melaju pelan. Aku tidak berminat berbicara atau membuka ponsel. Jadi kami diam selama perjalanan. Pikiranku melayang entah kemana , sesekali menyeka air mata diujung mataku. Ada dengan James? Aku tau perkataan ayah pasti menyakiti hatinya, tapi bukankah dia cinta padaku?
"Ada apa denganmu?" James menggeram dengan marah, Alice membuatnya sangat khawatir. Mengembalikan kartu kreditnya yang bahkan belum sama sekali digunakan, bahkan dia minta diturunkan ditengah jalan. James semakin marah lagi karena Alice malah memutus sambungan panggilan videonya."Dia ada disekitarmu Jody, perhatikan dengan seksama dia bilang melihatmu didepan, berarti dia sedang berada didalam ruangan," "Oh saya menemukannya pak, dia ada didalam minimarket," kata Jody senang ."Bagus, bujuk dia untuk pulang.""Jika tidak bisa pak? Dia terlihat sangat marah," Jody bertanya dengan ragu. James berpikir sebentar. Bagaimana caranya dia bisa tau keadaan Alice tanpa sepengetahuannya."Kalau begitu, buntuti saja kemana dia pergi. Tugas kamu sekarang hanya mengawasi Alice""Baik pak".Dengan gerah James melepas dasinya, dan dua kancing kemejanya. Saat ini libido nya naik, dia ingin pelampiasan. Biasanya James akan menghubungi salah satu wanitanya. Tapi sejak bertemu Alice tidak satupun
"Hai tante!" Jody berseru sambil memeluk Rita, mamanya James. Dia tersenyum melihat Jody yang selalu bersikap hangat padanya."Kamu datang juga?" tanya Rita tersenyum, dia memeluk Jody dengan sayang."Kasihan James, dia tidak punya pasangan untuk datang kesini, jadi aku berbaik hati menemaninya," kata Jody penuh percaya diri."Dia hanya mau numpang makan ma, jangan percaya," Sahut james jengah. Dia berlenggang ke dapur."Apakah kamu sudah punya pasangan kalau begitu?" Tanya Rita curiga. James hanya diam."James terlalu perfectionis ma" Laila, kakak ipar James nyeletuk dengan sedikit tertawa. Di dalam keluarga James, mau anak atau menantu bahkan teman dekat dianggap sama. Orang tua mereka selalu memperlakukan mereka dengan adil. Jadi mereka tidak pernah canggung untuk saling mengungkapan perasaan. Tapi memang James orang yang tertutup, keluarganya sudah berusaha membuatnya nyaman berada disekitar mereka. Begitupun tidak membuat James mengubah sikapnya yang dingin dan sedikit bicar
Setelah memakai topeng, James dan Oliv turun dari mobil. Acara itu diadakan di gedung hotel bintang lima.Area parkir sudah dipenuhi mobil-mobil mewah dengan berbagai merk. Terkadang, acara amal seperti itu dijadikan ajang untuk pamer gaya dan kekayaan. Itulah sebabnya pesta itu bertema pesta topeng.Olive berdecak kagum saat masuk kedalam gedung. Acara itu belum dimulai, jadi para tamu sedang bercengkrama satu sama lain. James menghubungi mola untuk menemuinya. "Pak James?" Seorang wanita memanggil James dari belakang, saat James berbalik rupanya itu Mola.. James tidak terkejut jika mola berpakaian sangat terbuka. Meskipun dia memakai gaun panjang merah hati, tapi belahan dadanya sangat rendah. Ditambah gaun itu juga berpunggung terbuka. Oliv mendelik melihat pemandangan itu. Tapi dia cukup puas melihat James yang sama sekali tidak tertarik dengan Mola. "Ini, berikan kepada panitia" James memberikan amplop cokelat tebal kepada Mola, lalu pergi menggandeng Oliv. Mola menatap kep
"Baiklah, untuk dansa pertama akan dilakukan oleh penyelenggara acara yaitu bapak Sutomo dan ibu Angel, kami persilahkan," pembawa acara resmi membuka pesta dansa.Semua tamu berkumpul ditengah aula, dan menyaksikan Sutomo dan Angel berdansa. Setelah tiga putaran, barulah para wanita lelang bertemu dengan pembeli mereka. "Halo Munawaroh," kata James ramah. Langsung memegang tangan Alice dan memeluk pinggangnya dengan tangan yang lain.Alice menatap pria yang sanggup membelinya dengan harga luar biasa . Dia sudah menerkanya bahwa itu James. Mata Alice mulai berkaca-kaca. Bibirnya bergetar tidak dapat mengungkapkan kekecewaan nya yang begitu dalam. Tapi melihat James ada didepannya membuat hati Alice mencair. Dua hari dia berusaha menahan rasa sakit diabaikan pria yang baru saja berjanji akan selalu bersamanya. "Apa kabar sayang?" tanya james lembut, senyuman hangat mengembang dibibirnya yang kelu."Apa kau melihatku baik-baik saja?" Alice setengah berbisik, suaranya bergetar dan