Share

Bab 186

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-06 11:29:25
Andika masuk ke kamar tanpa menoleh ke belakang. Wajahnya tegang, gerakannya cepat, seperti orang yang sedang dikejar waktu. Ia membuka lemari, mengeluarkan pakaian dan barang-barang pribadinya. Dua koper besar ia buka di atas tempat tidur. Tak ada waktu untuk memilah-milah, yang penting semua masuk. Ia bahkan menyelipkan amplop tebal berisi tabungan dan uang tunai di antara tumpukan pakaian. Ia tahu Miranda akan menghalalkan segala cara kalau sampai tahu.

Beberapa jam tangan mahal ikut ia masukkan. Mungkin bisa dijual lagi nanti. Harganya tak main-main, beberapa di antaranya hadiah dari kolega lama. Siapa tahu hasil menjual jam tangan ini nantinya bisa jadi modal awal bangkit dari reruntuhan rumah tangga?

Andika sadar ini sudah terlambat. Usianya sudah kepala lima. Tapi daripada hidup seperti pesakitan di rumah yang sudah mirip kandang neraka, lebih baik mencoba dari nol. Dia sudah sepakat: cerai. Titik.

Lima belas menit kemudian, Andika keluar dari kamar. Wajahnya masih dingin.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
SAKURA
eh pms ya penyakit menular seksual
goodnovel comment avatar
SAKURA
Miranda bakal kena HIV itu, atau PSD
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Dekapan Hangat Suami Tampan

    Waktu sudah memasuki pukul 01.00 dini hari, tapi mata Nayla dan suaminya belum juga bisa terpejam. Kamar rawat inap tempat Raja terbaring sunyi, tangannya masih di infus memberi tanda bahwa bocah kecil itu masih belum sepenuhnya sembuh.Tadi dokter Chiko sudah memberitahu Nayla dan suaminya kalau bubur itu memang diberikan racun mematikan. Reaksi dari racun itu 2 sampai 3 jam, makanya bubur itu menjadi biru. Mungkin jika bubur itu masuk ke dalam perut seseorang, maka sudah dipastikan orang itu akan meninggal dunia dalam hitungan jam. Belum ada obat yang bisa menyembuhkan pasien yang terkena racun mematikan itu.Membayangkan itu saja membuat hati Nayla sangat sakit. Marcella dan Bayu pun sekarang masih ada di luar ruang rawat inap Raja. Mereka segera datang setelah Nayla menghubungi ada kejadian yang membuat akal sehat mereka tidak berfungsi dengan baik. Terkejut. Sudah pasti mereka terkejut. Siapa pelakunya? Siapa yang tega menginginkan nyawa Raja? Sementara Nayla dan Darren bahkan ta

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 186

    Andika masuk ke kamar tanpa menoleh ke belakang. Wajahnya tegang, gerakannya cepat, seperti orang yang sedang dikejar waktu. Ia membuka lemari, mengeluarkan pakaian dan barang-barang pribadinya. Dua koper besar ia buka di atas tempat tidur. Tak ada waktu untuk memilah-milah, yang penting semua masuk. Ia bahkan menyelipkan amplop tebal berisi tabungan dan uang tunai di antara tumpukan pakaian. Ia tahu Miranda akan menghalalkan segala cara kalau sampai tahu. Beberapa jam tangan mahal ikut ia masukkan. Mungkin bisa dijual lagi nanti. Harganya tak main-main, beberapa di antaranya hadiah dari kolega lama. Siapa tahu hasil menjual jam tangan ini nantinya bisa jadi modal awal bangkit dari reruntuhan rumah tangga? Andika sadar ini sudah terlambat. Usianya sudah kepala lima. Tapi daripada hidup seperti pesakitan di rumah yang sudah mirip kandang neraka, lebih baik mencoba dari nol. Dia sudah sepakat: cerai. Titik. Lima belas menit kemudian, Andika keluar dari kamar. Wajahnya masih dingin.

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 185

    Jam menunjukkan pukul 23.00 ketika suara barang-barang dibanting menggema di rumah besar keluarga Atmaja. Bukannya suasana tenang karena semua penghuni rumah tertidur, malah terdengar keributan dari ruang tengah. Andika yang baru saja pulang, langkahnya sempoyongan, mata merah, dan aroma minuman keras masih menempel di bajunya. Tapi sebelum sempat duduk, Miranda sudah terus mencecarnya dengan wajah merah dan mata melotot."Aku sedang ada masalah. Antarkan aku bertemu Ilham sekarang!" bentak Miranda tanpa basa-basi.Andika menoleh dengan ekspresi bingung, tapi matanya langsung menatap tidak suka ke arah istrinya. "Ngapain kamu ketemu Ilham malam-malam begini?"Suaranya terdengar meninggi, kepalanya pening, dan tubuhnya sedikit goyah. Alkohol jelas masih menguasai pikirannya, tapi emosi Miranda malah bikin dia makin tersulut.Miranda mendekat cepat, seolah tak peduli suaminya baru pulang dalam keadaan mabuk. "Aku menyuruh adik iparnya untuk meracuni makanan anak dari wanita sialan itu d

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 184

    Di sisi lain, Andika benar-benar tidak sadar ponselnya berdering. Entah karena sengaja disilent, atau karena volumenya kecil, yang jelas dia tidak terganggu sama sekali. Padahal sejak satu jam terakhir, istrinya sudah menelepon sampai lima belas kali. Tapi tidak satu pun yang dijawab.Andika sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Bukan urusan kantor, bukan juga rapat penting, tapi urusan yang kalau ketahuan, bisa membuat rumah tangganya hancur dalam satu malam. Di ruangan privat yang disewanya di tempat hiburan itu, dia sudah sejak jam dua siang tenggelam dalam dunia yang jauh dari kata waras.Satu perempuan sedang menari di tiang di depan sofa empuk tempatnya bersandar. Lampu remang-remang, aroma parfum mahal bercampur asap rokok, dan musik bass yang menggetarkan dinding ruangan seolah membuatnya lupa bahwa dia adalah seorang pria berumur hampir kepala lima. Paru-parunya mungkin sudah setengah rusak, tapi nafsunya masih aktif seperti remaja baru lulus SMA.Satu perempuan lagi duduk m

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 183

    “Bu–bukan siapa-siapa, Dok,” ucap Rossa gugup. Matanya tidak berani menatap langsung.“Saya menyuruhmu mengumpulkan semua tim yang bertugas sore ini. Kenapa belum diberitahu?” tanya dokter itu, pandangannya tajam dan sorotnya mulai curiga.“Sa–saya baru sampai di pantry, Dok. Se–sekarang saya akan kasih tahu semua,” jawab Rossa tergagap, suaranya nyaris tercekat.Tanpa menunggu instruksi lebih lanjut, Rossa langsung berbalik dan mulai menghubungi semua rekannya melalui panggilan internal. Tangannya gemetar saat mengetik pesan di ponsel rumah sakit. Satu per satu, tim yang bertugas mulai berdatangan. Sekitar sepuluh menit kemudian, ruang rapat rumah sakit sudah penuh. Mereka semua hadir—mulai dari staf dapur, pengantar makanan, sampai petugas logistik. Total ada 25 orang yang bertugas pada shift sore itu.Di depan ruangan, berdiri dokter yang memeriksa Raja sore tadi. Ia bukan hanya dokter umum, tapi juga menjabat sebagai direktur rumah sakit. Di sampingnya ada suster yang tadi membaw

  • Gairah Panas Atasan Mantan   Bab 182

    “Pergilah. Lanjutkan tugas Anda. Makanannya sudah dibawa ke lab. Dan ingat, minta semua petugas gizi untuk berkumpul di ruang meeting,” kata dokter yang memeriksa Raja sore itu. Wajahnya serius. Suaranya datar sambil menatap petugas mengisi itu dengan penuh curiga. Tidak ada ruang untuk dibantah oleh Rossa.“Ba–baik, dok.” Rossa mengangguk buru-buru. Suaranya gemetar, nyaris tak keluar. Ia membalikkan tubuhnya dan langsung menuju ke pantry.Darren langsung menoleh, begitu juga dokter. Mereka berdua sama-sama melihat ke arah Rossa yang tampak gugup, tapi tidak ada yang membuka suara. Mereka hanya saling melirik, menyimpan rasa curiga dalam diam. Rossa tahu dirinya diperhatikan, tapi ia pura-pura sibuk menunduk dan cepat-cepat keluar dari ruangan.Di dalam ruang rawat inap itu, dokter mulai membangunkan Raja. Bocah itu membuka mata setengah malas, jelas masih ingin tidur. Tapi saat tahu yang membangunkannya adalah dokter, dia menurut saja. Gerakannya lambat tapi mau kooperatif. Dokter m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status