Share

Mendadak Dilamar

Joanna membeku di tempat setelah dia membuka lemari penyimpanannya. Tiba-tiba saja dia menemukan setangkai bunga mawar dan cokelat.

“Sebenarnya siapa yang meletakkan di sini?” gerutu Joanna.

Wanita itu mengeluarkan kedua benda itu dari lemari penyimpanan. Joanna mengedarkan pandangan matanya ke sekeliling, mencoba mencari seseorang yang mencurigakan. Namun, semua terlihat normal.

“Jean, apa kamu tahu siapa yang meletakkan ini di lemari penyimpananku?” tanya Joanna pada salah seorang pramugari.

Jean menggeleng. “Aku tidak tahu. Bukannya lemarimu dikunci? Bagaimana bisa memasukkan itu ke dalam?”

Joanna mengendikkan bahu. “Aku tidak tahu. Ini sudah kesekian kalinya dan itu sangat mengganggu,” keluhnya.

“Di sini khusus ruangan pramugari, tidak mungkin ada lelaki yang masuk, Joanna. Mungkinkah dari pengagum rahasiamu? Bukankah belakangan ini ada yang mengirim bunga? Bagaimana kalau kamu ke ruang keamanan untuk cek CCTV?”

Joanna menghela napas pelan, dia tidak bisa bekerja dengan tenang karena Joanna merasa diteror. “Aku tidak punya waktu.” Dia memberikan buket bunga dan cokelat  itu pada Jean. “Ini untukmu saja?”

Jean dengan senang hati menerimanya. “Kamu serius?

“Ya, ambil saja!”

Tanpa menunggu lagi, Jean mengambil alih. “Terima kasih, Joanna. Aku siap jadi pembuangan hadiahmu lagi. Siapa tahu orang itu mengirim hadiah lagi padamu. Bye, aku pergi dulu!”

Joanna hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah temannya itu. Di saat dia pusing kepala, Jean malah bahagia sekali.

“Siapa yang memberikan itu?”

Semakin dipikirkan, kepalanya justru semakin berdenyut.

“Joanna! Astaga, aku mencarimu ke mana-mana, ternyata kamu di sini.”

Kemunculan Rosa yang tiba-tiba mengejutkan Joanna. “Apa lagi yang kamu bawa?”

Rosa menyerahkan buket bunga itu pada Joanna. “Ini untukmu lagi. Aku jadi penasaran siapa yang  memberikan ini. Pasti dia sangat mengagumimu atau malah naksir berat padamu. Bye, aku pergi dulu ya! Ada briefing setelah ini.”

Joanna menatap buket bunga itu tanpa minat. “Apa mungkin orang yang sama?”

Tanpa ragu wanita itu membuang buket itu ke tong sampah. “Bunga, cokelat dan hadiah? Nggak mempan, dia pikir aku tersentuh,” gerutunya.

***

Langkah kaki Ethan terhenti saat ekor matanya tidak sengaja melihat Joanna, tangannya terkepal kuat saat melihat Joanna duduk bersama dengan seorang pilot. Keduanya terlihat akrab sekali, buktinya Joanna bisa tertawa lepas seperti itu. Melihat keakraban itu membuatnya kembali teringat ucapan Joanna yang mengatakan jika wanita itu tidak menyukainya.

Sialan! geram Ethan.

Selama ini semua wanita memujanya, baru kali ini ada wanita yang tidak jatuh dalam pesonanya. Ethan bersumpah akan membuat Joanna bertekuk lutut dengannya.

“Ada apa, Pak?” tanya sekretaris Ethan bingung.

Ethan tersentak kaget, kembali tersadar. “Cari tahu siapa lelaki yang bersama dengan Joanna!”

Sekretaris itu langsung mengikuti arah pandang Ethan, seketika paham kalau atasannya sedang cemburu. “Itu adalah Captain Brian.”

Ethan mengernyit, merasa aneh karena sekretarisnya bisa tahu dengan cepat. “Bagaimana kamu tahu?”

“Captain Brian terkenal di kalangan pramugari, Pak. Dia adalah pilot yang diidolakan semua kaum hawa.”

Jawaban itu membuat Ethan menatap Brian, sekilas tidak ada yang menarik dari lelaki itu. Brian masih kalah jauh dengannya.

“Cari tahu apa hubungan dia dengan Joanna!”

“Baik, Pak.”

Ethan tidak suka melihat Joanna dekat dengan lelaki manapun, wanita itu hanya miliknya.

***

Joanna sengaja bersembunyi di dekat lemari penyimpanan, dia ingin melihat siapa orang yang memberikan dia hadiah selama ini. Sudah hampir tiga jam Joanna berdiri, kakinya mulai pegal, meskipun begitu dia masih bertahan karena rasa penasarannya jauh lebih besar.

“Kali ini aku akan menangkapmu,” gumam Joanna.

Tempat itu benar-benar sepi karena hari sudah lewat tengah malam, harusnya dia tidur bukan malah berada di sana.

Suara derap langkah kaki membuat Joanna menatap ke arah sumber suara, wanita itu mengernyit saat melihat seorang pramugari berjalan mengendap-endap. Namun, Joanna tidak mengenal pramugari itu. Matanya melebar saat pramugari itu membuka lemari penyimpanannya dan meletakkan sesuatu di dalam sana. Setelah itu pramugari itu langsung pergi.

“Siapa yang menyuruhmu?” tanya Joanna.

Pramugari itu berhenti seketika.

Tak kunjung menoleh, Joanna menarik kasar tangan wanita itu. “Siapa yang menyuruhmu?” tanyanya lagi.

Pramugari itu ketakutan sekali. “Maaf, Mbak Joanna saya hanya menjalankan perintah,” jawabnya dengan suara lirih.

Joanna merebut kunci yang ada di tangan pramugari itu, dia tidak menyangka ada kunci duplikat. “Katakan siapa?”

“Saya hanya disuruh Pak Ethan,” jawabnya.

DEG!

Joanna tidak menyangka kalau Ethan masih mengganggunya. Wanita itu tersentak kaget saat ada suara notifikasi pesan masuk dari nomor asing. Saat Joanna sibuk dengan ponselnya, pramugari itu langsung pergi.

+6285185934XXX : Apa kamu menyukainya, Joanna?

Hanya dengan membaca pesan itu, Joanna tahu milik siapa nomor itu. Wanita itu langsung menelpon nomor itu, tidak lama terdengar suara seorang lelaki menjawab.

“Sepertinya kamu sudah tahu, Joanna. Apa kamu suka?

Joanna mengedarkan pandangan ke sekeliling, tidak ada siapapun selian dia di ruangan itu. “Pak Ethan di mana?”

Joanna semakin kesal saat dia mendengar suara kekehan dari seberang telepon itu. “Apa kini kamu merindukanku?”

“Berhenti mengganggu hidup saya, Pak Ethan! Tolong jangan kirim apapun lagi! Saya tidak suka!”

“Jadi, apa yang kamu sukai, Joanna?”

“Bapak berhenti mengganggu saya! Pergi dari hidup saya, Pak Ethan! Saya tidak menyukai, Pak Ethan.”

Usai mengatakan hal itu, Joanna langsung mematikan ponselnya. Dia harap kali ini Ethan tidak akan berulah lagi.

***

Akhirnya setelah penerbangan yang memakan waktu lama, kini dia bisa merasakan berbaring di atas tempat tidurnya yang nyaman. Senyumnya semakin mengembang saat menatap sekeliling kamarnya, sudah lama sekali dia tidak pulang ke apartemen.

Baru saja ingin memejamkan mata, tiba-tiba saja terdengar suara bel. Alih-alih membuka pintu, Joanna justru menarik selimut dan melanjutkan memejamkan matanya. Untuk saat ini dia tidak ingin diganggu oleh siapapun dan membiarkan orang itu memencet bel, toh nanti kalau bosan orang itu pergi juga.

“Aarrgghhh!” pekik Joanna, wanita itu mengusap kasar wajahnya, ternyata orang itu tak pergi juga dan terus memencet bel.

Kali ini Joanna terpaksa beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Wanita itu bersumpah akan memaki siapapun yang ada di balik pintu.

Mata Joanna terbuka lebar setelah dia membuka pintu.

“Hai, Joanna,” sapa Ethan sambil tersenyum lebar.

Kedatangan Ethan benar-benar mengagetkan dirinya. “Apa yang kamu lakukan di sini? Bagaimana kamu bisa tahu apartemenku?”

Ethan terkekeh pelan, lelaki itu menikmati raut wajah kebingungan Joanna. Detik berikutnya lelaki itu berdehem pelan, dia berubah serius.

“Pak Ethan sebaiknya pergi! Saya tidak menerima tamu,” ucap Joanna, dengan berani dia mengusir atasannya.

Joanna terdiam saat Ethan memberikan buket bunga mawar merah yang sejak tadi dia sembunyikan di balik punggungnya. Semakin hari sikap atasannya semakin aneh saja.

“Apa yang bapak lakukan?” tanyanya bingung.

Ethan tidak menjawab, lelaki itu mengambil tangan Joanna lantas memberikan bunga itu. Joanna refleks memegang buket bunga itu sebelum terjatuh.

“Pak Ethan mabuk?” tebak Joanna.

Ethan masih bungkam, lelaki itu merogoh saku celana dan mengeluarkan kotak persegi kecil berwarna merah. Sebelum Joanna bertanya, lelaki itu membuka kotak itu terlebih dahulu.

Joanna terdiam melihat cincin bermata berlian itu.

“Ap—”

“Menikahlah denganku, Joanna!”

Joanna terhuyung ke belakang lantaran dia begitu kaget. Dia menatap Ethan, raut wajah lelaki itu terlihat serius sekali. Sama sekali tidak pernah terbayangkan olehnya seorang Ethan melamarnya. “Bapak bercanda?”

Ethan menggeleng. “Aku tidak pernah bercanda soal masa depanku, Joanna. Menikahlah denganku, Joanna! Ini perintah!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status