Home / Romansa / Gairah Pengawal Nona Muda / Chapter 4 : Tertangkap di mansion

Share

Chapter 4 : Tertangkap di mansion

Author: R L
last update Last Updated: 2024-05-27 10:04:29

Tibalah mereka di ujung sebuah jalan dengan pemandangan rerumputan yang luas dan tidak ada lagi pohon-pohon berjajar di sisi jalan. Kendaraan mereka kini berbelok arah jalan menuju sebuah gerbang tinggi.

Flint menghentikan mobil dan membuka kaca jendela. Dia dihampiri salah seorang penjaga yang melihat ke arah sang pengemudi, lalu menyapa dan mengangkat tangannya memberi hormat.

“Tuan Flint?” ucap sang penjaga sedikit mengintip ke bagian dalam mobil.

“Buka gerbangnya,” titah Flint. 

Sang penjaga yang sesaat tadi penasaran kini sigap memberi hormat lagi, ketika Leo yang tadinya melihat ke sisi lain kini menoleh memandangnya.

“Tuan! Oh, tunggu … tunggu!”

Penjaga itu segera memberitahu rekan-rekan penjaga lainnya. Sambil berlari, dia mengibaskan tangan dengan terburu-buru, segera membukakan gerbang agar mobil itu masuk.

Flint pun kembali melajukan kendaraannya masuk, melewati sejajaran penjaga yang berdiri di samping gerbang besi tinggi yang kokoh dan berwarna hitam itu.

Saat memasuki kawasan, lampu di sisi kiri dan kanan otomatis menyala mengikuti pergerakan mobil itu. Jalanan itu tampak lurus hingga bertumpu pada satu titik dan membelah dua arah melingkari sebuah air mancur berukuran besar yang dikelilingi taman. Dua jalan itu bertemu tepat pada satu pelataran luas di hadapan sebuah bangunan besar, yaitu mansion mewah dengan gaya klasik eropa dipadukan minimalis moderen.

Mansion berdinding batu hitam itu tampak sekilas seperti kastil bernuansa gotik. Terlihat beberapa ruangan menyala dengan lampu berwarna kuning dan sedikit redup, dari arah luar jendela. Namun, suasana dini hari itu sangat terlihat gelap dengan pencahayaan minim di area halaman.

Leo melongok pelan ke sisi belakang mobil, melihat Claire yang mulai bergerak hendak bangun. Dengan segera tangannya menggapai ke belakang, menyentuh dan mengusap pelan lengan Claire agar tidak terganggu dan kembali tidur. 

Mobil itu pun menepi pada pelataran rumah yang memiliki sejumlah anak tangga. Kemudian Leo dan Flint pun keluar dari mobil. Leo melangkah membuka pintu belakang lalu membopong tubuh Claire dengan ala bridal, kepala gadis itu sengaja dihadapkan ke bagian dada bidangnya agar nyaman dan tetap tertidur pulas. 

Leo menaiki tangga perlahan saat Claire sempat menggeliat pelan. Dia pun menyadarinya dan semakin mengeratkan pelukan agar gadis itu tidak jadi terbangun. 

Mereka pun sampai di ujung anak tangga. Flint yang lebih dulu berjalan, beralih pada dinding hitam di sebelah daun pintu. 

"Agen GS398, membuka akses," ucap Flint sambil menghadap ke arah alat pengenal suara. 

Sebuah layar sentuh dilapisi kaca anti peluru yang bergeser otomatis pada dinding batu berwarna hitam itu saat Flint menyebutkan kode. Sensor wajah pun muncul agar setelahnya sebuah layar sentuh muncul menampilkan kode yang dimiliki masing-masing agen. Flint pun memasukkan sejumlah kode angka. Kemudian muncul sebuah suara dari perangkat itu.  

"Akses diterima. Selamat datang agen Flint." 

Sangat ekstra untuk sebuah mansion yang menggunakan teknologi. Sedangkan fungsi gagang pada pintu kupu-kupu berukuran besar itu jarang sekali digunakan, yang hanyalah sebagai kamuflase.

Leo dan Flint kemudian masuk ke dalam ruangan dan segera menuju ke arah tangga, lalu berjalan ke lantai atas menuju sebuah kamar.

Dalam hati Leo, sangat untung Claire tidak bangun, karena pasti akan kembali melontar pertanyaan dari bibir mungilnya.

Flint membukakan pintu kamar itu, kemudian meninggalkan Leo yang masuk ke dalam dan  menaruh Claire di atas tempat tidur berukuran besar itu dengan sangat hati-hati.

Leo dengan telaten melepaskan sepatu yang dikenakan Claire, kemudian menarik selimut tebal di ujung kaki untuk menutupi tubuh gadis itu. Karena udara malam itu di semakin terasa dingin. Pria itu kemudian berjalan pelan ke arah jendela kamar sambil membuka jaket dan kaus yang dipakainya dan menuju kamar mandi.

Samar-samar dari arah tempat tidur, mata Claire membuka tipis melihat tubuh atletis Leo dari arah belakang, dalam ruangan yang sangat redup pencahayaan itu. Namun, rasa kantuk yang begitu hebat membuatnya kembali lagi terlelap, dia merasa itu hanya bagian dari mimpi.

***

Keesokan paginya. Claire kini perlahan menggeliat pelan lalu merentangkan tubuhnya. Tidurnya begitu nyenyak semalaman. Ketika dia menyingkap selimut yang sudah turun di bagian perut,  dia perlahan membuka mata. Pandangannya tampak buram hingga semakin jelas memandang ke langit-langit kamar, dia pun sontak membelalakkan mata.

Kedua tangannya yang terentang meraba-raba sisi kiri dan kanan, baru menyadari bahwa dia tidur di sebuah kasur yang berukuran besar dan sangat nyaman. Claire pun bangun terduduk, melihat ke sekeliling dengan kebingungan. Dia berteriak sekuat tenaga.

“Aa …!!” Claire pun segera menutup mulutnya sendiri, kemudian bergumam panik, “Apakah aku diculik? Leo, di mana dia? … Flint? Apakah mereka kini sudah berada di ruang bawah tanah dan disekap!” Pikiran Claire berlari ke mana-mana, persis mengarah pada adegan film dan novel bergenre thriller yang dia baca.

Claire pun menurunkan kakinya dari atas tempat tidur, lalu bangkit dan berjalan mengendap-endap mendekati pintu. Pelan-pelan dia menarik gagang pintu kamar dan berhasil keluar. Langkahnya tidak tentu, pikirannya hanya untuk segera mencari keberadaan Leo.

Saat dia berjalan pelan, ada beberapa orang dengan pakaian khas pelayan berjalan ke arahnya, secepatnya Claire bersembunyi di balik sebuah vas bermotif china berukuran sangat besar. Gadis itu kini melihat sebuah tangga, dia perlahan turun merapat ke pagar anak tangga sambil merunduk. Dia memandangi rumah besar itu dengan perasaan cemas, dia terburu-buru berkeliling mencari jalan keluar dari rumah besar itu. 

Terdengar dari sisi ruangan lain, samar suara beberapa orang sedang bercakap-cakap. Claire pun berjalan kembali melintasi luar ruangan itu, mengendap-endap bertelanjang kaki. Dia lalu berjalan ke bagian belakang bangunan, karena merasa yakin jika tidak aman melalui pintu depan. 

Saat Claire mendekat pada bagian yang tampak seperti dapur, terdengar langkah sepatu berjalan cepat ke arahnya. Akan tetapi, gadis itu pun kembali merunduk bersembunyi saat orang bersepatu tadi melewatinya, dan menghentikan langkah saat seorang pelayan menghampiri.

“Maaf, Tuan Muda. Nona itu tidak ditemukan di kamarnya!” ucap pelan si pelayan wanita.

Pria itu mendesah kesal, kemudian menekan tombol pada ponsel layar datarnya. Hingga panggilan pun tersambung, dia menemukan sumber bunyi sebuah dering ponsel dari balik tembok. Perlahan-lahan dia menghampiri arah suara itu.

“Claire? Apa yang kau lakukan?”

“Kau siapa, ka-kau …?” tanya Claire yang panik karena ketahuan.

Leo menghela napas lega, “Ini aku, Leo.” Dia pun menoleh sekilas ke arah pelayan wanita tadi sambil mengibaskan tangannya.

“Leo. Rambutmu cokelat. Mana kumis tipismu?” Mata Claire masih memindai seluruh wajah Leo yang sedikit berbeda dari sebelumnya.

“Ini aku! Ayo, percayalah.”

“A-apa mereka melepaskanmu? Apa kau baik-baik saja? Ayo kita pergi dari sini, nanti mereka bisa menemukan kita!” ucap Claire dengan sedikit berbisik.

“Wah, sepertinya kita harus kabur. Ayo, kita jalan lewat sini!” Leo menyentak kepalanya dan meraih lengan Claire untuk menuntunnya. Dia mulai mengerti yang dipikirkan Claire saat ini dan coba mengikuti cara berpikir gadis itu.

Mereka berdua pun berjalan perlahan-lahan merapat pada setiap objek dalam ruangan itu agar tidak ketahuan penjaga yang berada di ruang depan.

“Kenapa pelayan tadi membiarkanmu?” Claire masih berjalan mengendap-endap.

“Dia berbaik hati ingin membebaskan kita!” balas Leo dengan berbisik.

“Bagaimana dengan Flint? Apa dia sudah mati?!” ucap Claire dengan nada takut.

Leo memutar bola matanya, lalu tersenyum kecil. Dia tetap mengikuti dengan berjalan mengendap-endap. Hingga dia pun berjalan menuju ruangan khusus dengan pintu yang terbuka, kemudian masuk diikuti oleh Claire.

Saat Leo menutup pintu, tiba-tiba suara seorang pria dari dalam ruangan itu mengejutkan keduanya.

Claire dan Leo pun memutar tubuh melihat ke arah suara.

“Apa yang sedang kalian lakukan?!” ucap seorang pria dengan nada tegas.

Claire pun membelalak ngeri dengan sosok yang dilihatnya. “Leo, kita tertangkap!” pekiknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Komalasari
𝙼𝚊𝚜 𝙻𝚎𝚘, 𝚋𝚒𝚊𝚛 𝚔𝚞𝚝𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚙
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 21: Segudang rencana Goldstein

    Semenjak kejadian makan malam itu, aura ketegangan semakin menyelimuti suasana mansion antara keluarga Goldstein dan Claire. Di sebuah ruang kerja dengan cahaya yang redup, Robert dan Ivand berdiskusi tentang keberadaan Alexandra yang dianggap menghalangi segala rencana. “Ayah. Aku tidak bisa membiarkan Alex tetap berada di mansion. Kau lihat bagaimana dia terus melindungi wanita itu!” Ivand bersandar di kursi sambil menggigit kepalan tangannya. Muncul perasaan khawatir dan geram atas sikap Alexandra yang tidak mendukung segala tujuannya. “Keterlibatan Alex tidak akan menghentikan langkahku memisahkan Leo dari wanita itu,” ucap Robert dengan nada ragu, “dan kau sangat

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 20 : Menanti Kedamaian

    Ketegangan terus bergulir hari demi hari, Claire tetap merasakan aura yang sama setiap kali berada di tengah-tengah keluarga Goldstein. Dia mulai tidak yakin keberadaan Alexandra akan membawanya pada kedamaian di dalam mansion itu. Entah sampai kapan dirinya bertahan sebagai menantu dan adik ipar yang tidak pernah diharapkan.Alexandra mengantar Claire ke dalam kamar, berusaha menenangkan sang adik ipar yang kembali terlihat ketakutan. Gemetar tubuh gadis itu bisa dirasakan olehnya, saat merangkul dan mengajak kembali ke dalam kamar. Ditambah sikap sinis Robert mengetahui Claire tidak menghabiskan makan malamnya, hal yang melanggar aturan keluarga Goldstein sejak dulu. Kamar Claire tampak nyaman dengan perabotan mewah, tetapi atmosfernya terasa suram, mencerminkan suasana hati penghuninya. Claire masih tampak gelisah, tetapi Alexandra berusaha menenangkan dengan senyuman hangat dan sikap lembut."Claire, maafkan sikap ayah dan adikku. Kami memiliki aturan yang kuat di dalam keluarga

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 19 : Pertemuan Alexandra dan Ivand

    “I-iya. Siapa kau?” ucap Claire sembari meremas dan memeluk selimut tebalnya. Tatapan Alexandra semakin aneh, bingung, kenapa gadis ini melihatnya seperti hantu. Namun, menyadari ini semua hasil tekanan dari Robert dan Ivand, seketika dia pun mengubah ekpresinya. Langsung mengembangkan senyum dan menatap Claire dengan iba. “Perkenalkan. Alexandra, anak tertua Goldstein.” Dengan gaya bicara tegas, tapi ramah. Alexandra mengulurkan jabat tangan. Claire masih mendelik karena tengah waspada, perlahan menurunkan pandangan pada uluran tangan Alexandra. “Se-senang bertemu denganmu.” Telapak tangan Claire terasa dingin, bukan karena udara malam di dalam ruangan. Akan tetapi, sebuah ketakutan mendalam begitu terasa, hingga tubuhnya merespon berlebihan. “Ada apa, Claire? Kenapa kau makan malam di kamarmu. Sebaiknya kau bergabung dengan kami di ruang makan, ayolah,” ajaknya sambil tersenyum ramah. Wanita bertubuh tinggi itu tahu, dia tidak boleh membuat Claire semakin takut.

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 18 : Alexandra Goldstein

    Ketika Alexandra tiba di mansion, suasana tegang langsung terasa. Mobil mewah yang dikendarainya berhenti tepat di depan pintu utama, menarik perhatian semua orang di sekitar. Pintu mobil terbuka, dan Alexandra keluar dengan anggun, mengenakan pakaian desainer yang menunjukkan kesuksesannya di dunia fashion. Rambut pirangnya tergerai sempurna, dan tatapan matanya yang tajam menunjukkan bahwa dia bukan lagi gadis yang pernah meninggalkan rumah ini.Saat memasuki ruang utama, Alexandra menurunkan kacamata hitamnya dan melihat suasana mansion yang masih sama seperti dia tinggalkan dulu. “Bau yang masih sama,” ucapnya sambil menghirup dalam-dalam, lalu mengempaskan napas lega. “Kau,” panggil seorang pria paruh baya.Alexa membalikkan tubuhnya dan dilihatnya kini wajah Robert, sang ayah, menatapnya dengan heran. “Ya, aku. Terkejut?”Robert Goldstein, dengan pandangan tajamnya, menyambut kedatangan putrinya yang sudah lama pergi. "Alexandra, apa yang membawamu kembali?" tanyanya dengan su

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 17 : Tekanan Dalam Mansion

    Di saat yang sama, Claire di mansion keluarga Goldstein merasakan kesepian dan ketidakpastian yang semakin dalam. Meskipun dia tahu apa yang Leo hadapi, dia berharap sang suami akan segera kembali dan membawanya keluar dari mimpi buruk.Claire merasa semakin tertekan. Di samping itu, Ivand terus membuatnya merasa tidak nyaman dengan pandangan sinis dan sikapnya yang misterius. Gadis itu tidak tahu apa-apa tentang dendam keluarga Goldstein, hanya merasakan ketegangan yang menyelimuti rumah besar itu.Sedangkan Robert, kini telah melarang Leo mengakses mansion untuk sementara waktu, hingga membuat Claire merasa semakin terisolasi. Tanpa ada yang bisa diandalkan di mansion dalam waktu dekat. Gadis itu mulai berpikir untuk kabur dan mencari bantuan di luar yaitu Flint.Malam itu, di balkon kamar, Claire memandang ke arah langit dengan perasaan cemas. Dia memikirkan Leo, berharap akan kembali dengan selamat. Sang gadis menghela napas panjang, mencoba mengusir rasa cemas yang menggerogoti pi

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 16 : Kawasan Konflik

    Di sebuah ruang briefing yang tersembunyi, Leo berdiri di depan papan digital yang memproyeksikan peta kawasan konflik. Di sekelilingnya, lima anggota tim utama intelijen terbaiknya duduk dan siap untuk memberikan instruksi pada para agen lapangan."Baiklah, semua," kata Leo, membuka rapat dengan nada tegas. "Kita punya misi kritis di depan kita. Agen kita, John, telah ditawan oleh kelompok pemberontak di sektor ini," ujarnya sambil menunjuk pada titik merah di peta."Informasi terbaru yang kita dapatkan menunjukkan bahwa mereka menggunakannya sebagai alat tawar-menawar," tambah Leo. "Pemimpin pemberontak, dikenal sebagai Kael, meminta tebusan besar. Tapi kita tidak akan menyerah pada tuntutan mereka."Ethan, seorang ahli strategi, mengangkat tangan. "Bagaimana kita memastikan keselamatan John tanpa menuruti tuntutan mereka?""Kita akan menggunakan elemen kejutan dan strategi psikologis. Rencana kita adalah menyerang markas mereka secara diam-diam, menciptakan kekacauan dan ketakutan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status