Leo Oliver, pengawal pribadi dari Claire--nona muda--anak seorang miliarder. Keadaan menjebak keduanya dalam sebuah kamar di rumah milik ayah Claire, hingga skandal itu pun terjadi dan terbongkar pihak keluarga gadis itu. Leo pun bertekad membalas saat dia membuka jati diri yang sesungguhnya, sebuah strategi untuk membalas dendam kepada keluarga Claire yang telah menghina dan merendahkan martabatnya. Setiap langkah yang diambil oleh Leo begitu hati-hati dan terukur. Dengan cerdik, dia mengumpulkan informasi untuk mengungkap semua rahasia gelap yang selama ini disembunyikan. Namun, semakin dalam Leo terperangkap dalam rencana balas dendamnya, semakin sulit baginya untuk menentukan batas antara dendam dan perasaannya pada Claire. Akankah dia berhasil menjalankan rencananya, ataukah rasa cinta yang membutakan akan menghancurkan segalanya?
Lihat lebih banyak"Sial! Harus bagaimana sekarang!" Leo memukuli keningnya, meremas rambutnya sendiri, terjebak antara keinginan melindungi Claire dan keinginan yang semakin kuat terhadapnya.
"Tolong, bertahanlah. Aku akan berusaha membuat kita keluar dari ruangan ini," kata Leo, suaranya serak penuh urgensi. Dia berdiri tegap, matanya memindai setiap sudut ruangan. Sebagai pengawal keluarga kaya raya di Amerika Serikat, Leo terjebak dalam situasi yang paling tidak diharapkannya. "Kurang ajar! Siapa yang berani melakukan ini!" umpatnya keras.
Leo memukuli pintu, hingga melukai kepalan tangannya. Pria bertubuh tinggi itu semakin frustasi, usaha yang sia-sia sejak lima belas menit lalu dia siuman. Tidak ada sahutan, seolah bangunan besar ini tidak dihuni siapa pun.
Jantungnya semakin berdegup kencang, Leo membuang napas kasar memperhatikan Claire tampak berbaring gelisah di atas ranjang, gaunnya tergeletak di lantai dan tubuhnya hanya tertutup selimut tipis. Claire—nona majikannya, setengah sadar, jelas menjadi korban skenario yang dirancang oleh seseorang.
Hal itu sungguh mengganggu pikiran pria lajang seperti Leo. Kemejanya sudah terbuka dan kusut, tubuhnya terasa panas yang tidak biasa. Adrenalinnya meningkat drastis."Leo, kemarilah … bantu aku bangun," Claire memanggil lirih, suaranya memancing hasrat tersembunyi Leo.Beberapa jam lalu, keduanya berada di pesta, ulang tahun perusahaan dari salah seorang kolega bisnis. Namun dengan begitu singkat, kini mereka terjebak dalam kondisi tidak layak dilihat.
Leo sulit berpikir siapa yang merancang semua ini. Ingatannya kembali pada saat di pesta. Hanya segelas wine yang diteguknya, agar tetap siaga. Sedangkan sang nona, Claire, hanya menikmati jus lemon suguhan kakaknya. Tidak ada yang mencurigakan, tapi jelas ada kelengahan. Jebakan ini hampir sempurna. Efek obat perangsang yang mereka rasakan kini membuat Leo semakin frustasi.“Benar-benar sial!” Pria itu memukuli kening lalu meremas rambutnya sendiri, tersiksa dalam hati karena menginginkan gadis itu.Langkahnya ragu dan berusaha mendekat ke arah tempat tidur. Dia hendak meraih selimut tebal berwarna putih di ujung kaki Claire. Meski berusaha membuang pandangan, tetapi suara lirih suara gadis itu membuat gila isi otaknya.
Saat Leo menaikkan selimut itu untuk menutupi tubuh Claire, tangan gadis itu tiba-tiba menangkap dan menahan lengan kekarnya. Sentuhan jari-jari lentik itu merambat ke pundaknya, dia semakin terpancing pikiran kotor.
"Jangan pergi, Leo," ucap Claire lirih, suaranya begitu mengundang. "Tubuhku panas, apa yang terjadi," rintihnya dengan mata terpejam.Leo mengembuskan napas kasar, jantungnya berdetak semakin cepat. Ditatapnya wajah Claire yang semakin dekat, dirasakannya embusan napas halus sang gadis yang semakin tidak teratur.
“Nona Claire, maafkan aku. Aku tidak mampu menahan diri.” Leo menggigit bibirnya sendiri, menggeleng, menatap tidak tega. “Ini jebakan, ini yang mereka inginkan. Akan kuikuti dan akan mempertanggung jawabkan ini, Claire.” Leo membatin.
Segera Leo mengangkat dan memeluk tubuh gadis itu. Rengkuhan sang gadis semakin kuat pada pundaknya. Hingga kini bibir keduanya saling bertautan mesra. Pikiran jernih itu terkalahkan. Tidak menunggu waktu lama. Begitu cepat situasi itu meningkat, hingga Leo dan Claire larut dalam suasana bercinta yang begitu hebat.
Semuanya berlangsung lama tanpa kendali, hingga keduanya lelah dan terlelap tidur, hingga kemudian seseorang mendobrak pintu dan membangunkan keduanya.
“Tuhan! Apa yang sudah kalian lakukan?!” teriak seorang wanita usia kisaran 50 tahunan, dia adalah Nyonya Bernadeth—ibu tiri Claire..
Nyonya Bernadeth dan Vanessa, adik tiri Claire, berhambur masuk ke kamar, menyaksikan kejadian fatal antara Claire dan Leo. Amarah sang ibu meledak disertai tatapan miris pada anak gadis tirinya. Sementara Vanessa tersenyum sinis, matanya mencuri pandang pada tubuh Leo dengan tatapan nakal.“Mama!” Chloe sontak terkejut lalu menoleh pada Leo yang berada di sebelahnya. “Kau?!” Wajah gadis itu merona malu dan bercampur emosi. Ditambah lagi ketika dia mengintip di bawah selimut tebal itu, dirinya tanpa sehelai pakaian.Begitupun Leo yang turut panik. Dia segera bangkit meraih kemejanya yang terjatuh di sisi tempat tidur. “Tunggu dulu, Nyonya Bernadeth, dengarkan aku!” Pria itu beralih pandangan pada Claire. “Claire, aku akan jelaskan, jangan salah mengira!” “Diam, Leo!” Claire membentak dengan suara yang masih parau. Pandangannya bergeser pada dua orang yang berdiri di ujung tempat tidur. “Aku tidak ingat apa pun! Mama, kumohon …. Vanessa, kau harus percaya padaku, ini bukan salahku. Tolong, bantu aku!” Claire mengiba.Baru saja Leo hendak memasukkan lengan pada kemejanya, tiba-tiba dia tersentak, menyadari gelagat licik Vanessa. Langkahnya pun sigap menghampiri dan menepis ponsel di tangan gadis itu.
“Singkirkan itu! Berani sekali kau!” Leo menyadari vanessa yang mengambil kesempatan merekam keadaan Claire yang sangat memalukan.
Ponsel Vanessa terpental jauh ke sudut ruangan, membentur dinding hingga hancur. Leo tidak bisa menahan diri lagi, tatapannya yang tajam seakan ingin membunuh Vanessa, hingga membuat nyali gadis itu pun menciut.“Hey! Ganti ponselku!” Vanessa masih sempat berusaha menyentuh dada pria yang belum sempat menutup kancing kemejanya.
Leo menepis kasar tangan Vanessa. “Singkirkan tanganmu!”“Oh, kau, Pria miskin! Pria setampan dirimu sepertinya ingin cepat kaya. Kau pasti ingin uang kami, bukan?” cibir Vanessa merasa mendapat penolakan.“Tidak sama sekali! Dan jaga bicaramu!”
“Oh, maafkan. Itu sudah terunggah ke media sosial,” ucap Vanessa ringan.Keributan di dalam kamar terdengar hingga ke luar, memancing beberapa pelayan rumah berdiri mengamati situasi. Tiba-tiba, seorang pria paruh baya menerobos masuk, memecah keramaian.Mata Tuan Steve membelalak. Melihat putrinya dalam kondisi tanpa busana di balik selimut tebal, pria itu maju tanpa basa-basi dan melayangkan pukulan pada Leo.
"Brengsek! Kau apakan putriku!!"
Semenjak kejadian makan malam itu, aura ketegangan semakin menyelimuti suasana mansion antara keluarga Goldstein dan Claire. Di sebuah ruang kerja dengan cahaya yang redup, Robert dan Ivand berdiskusi tentang keberadaan Alexandra yang dianggap menghalangi segala rencana. “Ayah. Aku tidak bisa membiarkan Alex tetap berada di mansion. Kau lihat bagaimana dia terus melindungi wanita itu!” Ivand bersandar di kursi sambil menggigit kepalan tangannya. Muncul perasaan khawatir dan geram atas sikap Alexandra yang tidak mendukung segala tujuannya. “Keterlibatan Alex tidak akan menghentikan langkahku memisahkan Leo dari wanita itu,” ucap Robert dengan nada ragu, “dan kau sangat
Ketegangan terus bergulir hari demi hari, Claire tetap merasakan aura yang sama setiap kali berada di tengah-tengah keluarga Goldstein. Dia mulai tidak yakin keberadaan Alexandra akan membawanya pada kedamaian di dalam mansion itu. Entah sampai kapan dirinya bertahan sebagai menantu dan adik ipar yang tidak pernah diharapkan.Alexandra mengantar Claire ke dalam kamar, berusaha menenangkan sang adik ipar yang kembali terlihat ketakutan. Gemetar tubuh gadis itu bisa dirasakan olehnya, saat merangkul dan mengajak kembali ke dalam kamar. Ditambah sikap sinis Robert mengetahui Claire tidak menghabiskan makan malamnya, hal yang melanggar aturan keluarga Goldstein sejak dulu. Kamar Claire tampak nyaman dengan perabotan mewah, tetapi atmosfernya terasa suram, mencerminkan suasana hati penghuninya. Claire masih tampak gelisah, tetapi Alexandra berusaha menenangkan dengan senyuman hangat dan sikap lembut."Claire, maafkan sikap ayah dan adikku. Kami memiliki aturan yang kuat di dalam keluarga
“I-iya. Siapa kau?” ucap Claire sembari meremas dan memeluk selimut tebalnya. Tatapan Alexandra semakin aneh, bingung, kenapa gadis ini melihatnya seperti hantu. Namun, menyadari ini semua hasil tekanan dari Robert dan Ivand, seketika dia pun mengubah ekpresinya. Langsung mengembangkan senyum dan menatap Claire dengan iba. “Perkenalkan. Alexandra, anak tertua Goldstein.” Dengan gaya bicara tegas, tapi ramah. Alexandra mengulurkan jabat tangan. Claire masih mendelik karena tengah waspada, perlahan menurunkan pandangan pada uluran tangan Alexandra. “Se-senang bertemu denganmu.” Telapak tangan Claire terasa dingin, bukan karena udara malam di dalam ruangan. Akan tetapi, sebuah ketakutan mendalam begitu terasa, hingga tubuhnya merespon berlebihan. “Ada apa, Claire? Kenapa kau makan malam di kamarmu. Sebaiknya kau bergabung dengan kami di ruang makan, ayolah,” ajaknya sambil tersenyum ramah. Wanita bertubuh tinggi itu tahu, dia tidak boleh membuat Claire semakin takut.
Ketika Alexandra tiba di mansion, suasana tegang langsung terasa. Mobil mewah yang dikendarainya berhenti tepat di depan pintu utama, menarik perhatian semua orang di sekitar. Pintu mobil terbuka, dan Alexandra keluar dengan anggun, mengenakan pakaian desainer yang menunjukkan kesuksesannya di dunia fashion. Rambut pirangnya tergerai sempurna, dan tatapan matanya yang tajam menunjukkan bahwa dia bukan lagi gadis yang pernah meninggalkan rumah ini.Saat memasuki ruang utama, Alexandra menurunkan kacamata hitamnya dan melihat suasana mansion yang masih sama seperti dia tinggalkan dulu. “Bau yang masih sama,” ucapnya sambil menghirup dalam-dalam, lalu mengempaskan napas lega. “Kau,” panggil seorang pria paruh baya.Alexa membalikkan tubuhnya dan dilihatnya kini wajah Robert, sang ayah, menatapnya dengan heran. “Ya, aku. Terkejut?”Robert Goldstein, dengan pandangan tajamnya, menyambut kedatangan putrinya yang sudah lama pergi. "Alexandra, apa yang membawamu kembali?" tanyanya dengan su
Di saat yang sama, Claire di mansion keluarga Goldstein merasakan kesepian dan ketidakpastian yang semakin dalam. Meskipun dia tahu apa yang Leo hadapi, dia berharap sang suami akan segera kembali dan membawanya keluar dari mimpi buruk.Claire merasa semakin tertekan. Di samping itu, Ivand terus membuatnya merasa tidak nyaman dengan pandangan sinis dan sikapnya yang misterius. Gadis itu tidak tahu apa-apa tentang dendam keluarga Goldstein, hanya merasakan ketegangan yang menyelimuti rumah besar itu.Sedangkan Robert, kini telah melarang Leo mengakses mansion untuk sementara waktu, hingga membuat Claire merasa semakin terisolasi. Tanpa ada yang bisa diandalkan di mansion dalam waktu dekat. Gadis itu mulai berpikir untuk kabur dan mencari bantuan di luar yaitu Flint.Malam itu, di balkon kamar, Claire memandang ke arah langit dengan perasaan cemas. Dia memikirkan Leo, berharap akan kembali dengan selamat. Sang gadis menghela napas panjang, mencoba mengusir rasa cemas yang menggerogoti pi
Di sebuah ruang briefing yang tersembunyi, Leo berdiri di depan papan digital yang memproyeksikan peta kawasan konflik. Di sekelilingnya, lima anggota tim utama intelijen terbaiknya duduk dan siap untuk memberikan instruksi pada para agen lapangan."Baiklah, semua," kata Leo, membuka rapat dengan nada tegas. "Kita punya misi kritis di depan kita. Agen kita, John, telah ditawan oleh kelompok pemberontak di sektor ini," ujarnya sambil menunjuk pada titik merah di peta."Informasi terbaru yang kita dapatkan menunjukkan bahwa mereka menggunakannya sebagai alat tawar-menawar," tambah Leo. "Pemimpin pemberontak, dikenal sebagai Kael, meminta tebusan besar. Tapi kita tidak akan menyerah pada tuntutan mereka."Ethan, seorang ahli strategi, mengangkat tangan. "Bagaimana kita memastikan keselamatan John tanpa menuruti tuntutan mereka?""Kita akan menggunakan elemen kejutan dan strategi psikologis. Rencana kita adalah menyerang markas mereka secara diam-diam, menciptakan kekacauan dan ketakutan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen