Beranda / Romansa / Gairah Pengawal Nona Muda / Chapter 7 : Nona manja

Share

Chapter 7 : Nona manja

Penulis: R L
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-12 01:18:43

Leo menghentikan langkah dan menoleh, melihat Claire berjalan pelan sambil berpegangan pada pagar anak tangga.

“Maaf, aku lupa,” katanya sambil kembali naik mendekati Claire yang sempat menolak bantuannya. Leo lalu berjongkok di hadapannya. “Naiklah. Ayo, naik ke punggungku.”

Claire mengerutkan kening, keheranan. “Apa lagi ini?”

“Naiklah. Kita akan berkeliling.”

“Tidak, tidak. Meski aku tidak tinggi, tapi aku ini berat, Leo.”

Leo tersenyum lembut. “Bagiku kau seperti kapas. Ayo, cepatlah. Atau kupaksa mengangkatmu dari depan hingga kau tidak nyaman?” ancamnya setengah bercanda.

“Ba-baiklah …! Jangan mengancam. Dasar kau ini!” Claire tersipu.

Leo pun menggendong Claire menuruni tangga. Mereka berjalan melewati beberapa bagian di area taman yang luas itu.

Di dekat maze, terdapat kolam renang berukuran besar, lapangan tenis, taman bunga dengan gazebo cantik terbuat dari besi tempa berwarna hitam, dan kolam air mancur dengan patung malaikat wanita berwarna hitam di tengahnya.

Lelah mengitari bidang tanah yang luas dan dipenuhi fasilitas lengkap itu. Kini mereka duduk di kursi gazebo, bercakap-cakap. Leo menjelaskan banyak hal termasuk luas area taman dan mansion yang sebenarnya terhitung ribuan hektar.

“Kulihat tidak seluas itu, apa ada bagian lain yang tidak kuketahui?” tanya Claire.

“Tentu.” Leo melirik jam tangannya. “Dalam 15 menit, kita akan kedatangan tamu. Kau akan mendengar suara pesawat yang akan mendarat.”

“Apa? Di mana mereka akan mendaratkan pesawat itu? Itu akan merusak tamanmu, bukan?”

“Di balik pagar tanaman yang tinggi ini terdapat bandara dan landasan udara pribadi. Hanya segelintir yang tahu, dan hanya yang kami undang khusus bisa menurunkan jet pribadi mereka di sini.” Leo mendekatkan wajahnya ke arah Claire. “Bahkan jika kau cari, foto satelit akan secara khusus menyamarkan wilayah ini, hanya akan tampak sebuah hutan.”

Claire membuka mulutnya, terkejut. “Seperti Area 51? Kau Alien!”

Leo tertawa kecil, tetapi matanya terpaku pada bibir Claire yang terbuka karena takjub. “Entah kapan aku bisa memanggilmu istri,” gumamnya dalam hati. Perasaan gemasnya semakin sulit ditahan, dia pun berdiri canggung membelakangi gadis itu. “Kita cukupkan tour hari ini. Aku harus segera bersiap-siap untuk ikut menyambut tamu ayah. Kau ikut atau tidak?” Leo mengulurkan tangan mengajak Claire kembali ke dalam mansion.

“Ba-baiklah … apa kau tidak ingin menggendongku lagi?” Claire bertanya dengan nada polos.

Leo berhenti, menoleh, dan tersenyum. “Manja sekali,” gumamnya.

Leo mendekat, mengangkat tubuh Claire. Kali ini bukan di punggung, tetapi dalam pelukan bridal style, membuat Claire sempat terkejut dan perlahan melingkarkan tangan di leher Leo.

Wajah Claire sedikit merona, tetapi berusaha menghindari sikap canggungnya di hadapan Leo.

“Siapa tamu penting yang akan datang sebentar lagi, Leo?” Claire bertanya sambil menatap Leo.

“Trevor McCollin. Kau kenal?” 

“Apa?” Claire terkejut dan memaksa turun. “Tidak, tidak. Jangan sampai dia melihatku, Leo!”

Leo menghentikan langkah dan menurunkan Claire. Mereka kini berdiri saling berhadapan.

“Hey, kenapa?” tanya Leo heran.

“Dia ayah Damian, Damian McCollin! Apa kau lupa mantan tunanganku?!” Claire menegaskan.

Sejenak Leo terdiam dan menunduk, kemudian mengangkat wajahnya lagi sambil tersenyum menatap mata Claire. “Bukankah ini akan menyenangkan?”

“Kau tidak merencanakan hal yang aneh-aneh, bukan?”

“Kita lihat saja nanti,” kata Leo penuh misteri, menyodorkan kembali kedua tangannya agar Claire mau kembali naik untuk dibopongnya.

****

Leo yang kini sudah terlihat rapi dan gagah menggunakan kemeja putih dengan dua kancing terbuka, serta jas berwarna hitam. Santai, dengan paduan gaya formal. Pria itu tampak menawan dengan ketampanan yang dimilikinya. Kharismanya semakin terpancar sebagai sosok anak seorang tokoh yang berpengaruh di negara tersebut.

Kini, Leo tengah duduk di ruang baca sambil menunggu Claire tiba. Dia membiarkan Claire untuk berganti pakaian dibantu oleh para pelayan, tetapi sudah hampir satu jam gadis itu belum juga keluar dari dalam kamar.

Hal itu membuat Leo curiga, dia mengkhawatirkan istrinya melakukan hal-hal aneh sebelum perjamuan makan malam. Dia pun menekan tombol interkom dari dalam ruangan, menghubungi ruangan khusus para pelayan dan bertanya pada salah satu pelayan wanita senior.

"Anne. Apa Nona Claire sudah selesai? Kenapa dia belum menemuiku?"

"Maaf, Tuan Muda. Nona Claire memintaku keluar kamar, karena dia ingin merias diri."

"Bukankah sudah kukatakan jangan pernah tinggalkan dia sendiri untuk saat ini!" tegas Leo sambil mematikan tombol interkom.

Leo pun bangkit dari kursi baca dan bergegar melangkah keluar ruangan menuju kamarnya. Dia mengetuk pelan pintu itu dan memanggil Claire dengan lembut.

"Claire …? Apa kau sudah selesai?” tanya Leo yang mendekatkan telinga ke daun pintu kamar. “Apa kau mendengarku? ini aku, Leo."

Tidak terdengar satu pun sahutan atau suara dari dalam kamar. Semakin membuat Leo khawatir dan mulai meninggikan nada bicaranya. "Claire? Dengar, aku bisa mengakses semuanya termasuk menerobos masuk kapan saja aku mau. Jangan salahkan aku jika ka---."

"Tunggu saja, aku pasti akan keluar!" sahut Claire dari dalam.

Leo menghela napas lega. "Baiklah, aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja."

Tidak ada lagi sahutan dari Claire. Leo pun dengan terpaksa membuka ponselnya, mengakses kamera pengawas di dalam kamar yang hanya bisa dibuka melalui perangkatnya.

Seketika kedua alisnya bertaut heran, Leo melihat gadis itu masih duduk di atas tempat tidur sambil menekuk lututnya. Dari apa yang dilihatnya kini, Claire tengah menunduk  sambil memeluk selimut tebal. Tanpa basa-basi Leo pun bergegas membuka pintu dengan menempelkan sidik jarinya pada perangkat kunci digital yang menempel di dahan pintu.

"Aku masuk!" ucap Leo sambil melangkah mendekati Claire.

Claire pun tersentak dengan kedatangan Leo, dia tidak menyangka pria itu berani masuk padahal baru saja mengatakan akan menunggu di luar kamar.

"A-aku ... akan bersiap-siap, sebentar lagi ...," ucap Claire gugup dengan suara sedikit parau yang seperti sisa tangisan.

Leo pun duduk di sisi tempat tidur dan merapatkan tubuhnya ke sebelah Claire. "Jika kau masih lama, sebaiknya kita tidur saja."

"Bu-bukan! Kau sudah tampak rapi dan harus menemui tamu ayahmu, bukan?" cegah Claire.

Leo pun menjatuhkan tubuhnya terlentang di sebelah Claire, sambil menaruh kedua tangannya di belakang kepala. "Untuk apa? Aku tidak ingin bertemu dengan mereka tanpa istriku. Biar saja, aku ingin menemanimu di sini."

"Leo ... ayolah, aku pasti akan keluar."

"Aku tidak melihatmu memakai gaun yang kubelikan atau kau memang tidak suka pilihanku?"

"Ti-tidak. Gaun itu sangat indah. Aku hanya butuh waktu, berikan aku waktu sejenak."

"Baiklah, aku akan menunggumu di sini. Jika kau tidak beranjak satu senti pun, maka aku memilih tidur saja."

Claire pun segera bangkit dari tempat tidur perlahan, membiarkan Leo yang masih merebah sambil sengaja memejamkan matanya. Sesaat kemudian Claire masuk ke dalam ruang ganti dan kemudian keluar sambil berusaha menarik resleting gaun itu di bagian punggungnya.

Leo yang sedikit mengintip melihat Claire yang kesulitan, segera saja bangkit dari rebahnya dan menghampiri gadis itu. Sang gadis terkejut membalikkan badan saat Leo sudah berada di belakangnya.

"Ingin kubantu?"

"A-aku ... i-ini---," ucap Claire gugup.

Leo menyentuh pinggang ramping Claire dan memutar pelan tubuh gadis itu. Dia mengambil ujung resleting gaun yang berada di tengah punggung dan sulit dijangkau gadis itu.

Sambil menaikkan resleting gaun itu, Leo mendekatkan wajahnya ke sebelah telinga Claire. "Itu sebabnya, kau butuh seseorang yang lebih tinggi darimu. Tangan kecilmu tidak akan bisa menjangkau dan mengait bagian belakang gaun seperti ini," bisiknya halus.

"Leo …."

Claire merasakan desir aneh dalam dirinya, terlebih saat dia menoleh dan kini matanya bertemu pandang dengan sang suami. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nona_happy
keromantisan para pria tampan kenapa diborong semua sama si leo ini? aahh ... jiwa haluku meronta
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 21: Segudang rencana Goldstein

    Semenjak kejadian makan malam itu, aura ketegangan semakin menyelimuti suasana mansion antara keluarga Goldstein dan Claire. Di sebuah ruang kerja dengan cahaya yang redup, Robert dan Ivand berdiskusi tentang keberadaan Alexandra yang dianggap menghalangi segala rencana. “Ayah. Aku tidak bisa membiarkan Alex tetap berada di mansion. Kau lihat bagaimana dia terus melindungi wanita itu!” Ivand bersandar di kursi sambil menggigit kepalan tangannya. Muncul perasaan khawatir dan geram atas sikap Alexandra yang tidak mendukung segala tujuannya. “Keterlibatan Alex tidak akan menghentikan langkahku memisahkan Leo dari wanita itu,” ucap Robert dengan nada ragu, “dan kau sangat

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 20 : Menanti Kedamaian

    Ketegangan terus bergulir hari demi hari, Claire tetap merasakan aura yang sama setiap kali berada di tengah-tengah keluarga Goldstein. Dia mulai tidak yakin keberadaan Alexandra akan membawanya pada kedamaian di dalam mansion itu. Entah sampai kapan dirinya bertahan sebagai menantu dan adik ipar yang tidak pernah diharapkan.Alexandra mengantar Claire ke dalam kamar, berusaha menenangkan sang adik ipar yang kembali terlihat ketakutan. Gemetar tubuh gadis itu bisa dirasakan olehnya, saat merangkul dan mengajak kembali ke dalam kamar. Ditambah sikap sinis Robert mengetahui Claire tidak menghabiskan makan malamnya, hal yang melanggar aturan keluarga Goldstein sejak dulu. Kamar Claire tampak nyaman dengan perabotan mewah, tetapi atmosfernya terasa suram, mencerminkan suasana hati penghuninya. Claire masih tampak gelisah, tetapi Alexandra berusaha menenangkan dengan senyuman hangat dan sikap lembut."Claire, maafkan sikap ayah dan adikku. Kami memiliki aturan yang kuat di dalam keluarga

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 19 : Pertemuan Alexandra dan Ivand

    “I-iya. Siapa kau?” ucap Claire sembari meremas dan memeluk selimut tebalnya. Tatapan Alexandra semakin aneh, bingung, kenapa gadis ini melihatnya seperti hantu. Namun, menyadari ini semua hasil tekanan dari Robert dan Ivand, seketika dia pun mengubah ekpresinya. Langsung mengembangkan senyum dan menatap Claire dengan iba. “Perkenalkan. Alexandra, anak tertua Goldstein.” Dengan gaya bicara tegas, tapi ramah. Alexandra mengulurkan jabat tangan. Claire masih mendelik karena tengah waspada, perlahan menurunkan pandangan pada uluran tangan Alexandra. “Se-senang bertemu denganmu.” Telapak tangan Claire terasa dingin, bukan karena udara malam di dalam ruangan. Akan tetapi, sebuah ketakutan mendalam begitu terasa, hingga tubuhnya merespon berlebihan. “Ada apa, Claire? Kenapa kau makan malam di kamarmu. Sebaiknya kau bergabung dengan kami di ruang makan, ayolah,” ajaknya sambil tersenyum ramah. Wanita bertubuh tinggi itu tahu, dia tidak boleh membuat Claire semakin takut.

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 18 : Alexandra Goldstein

    Ketika Alexandra tiba di mansion, suasana tegang langsung terasa. Mobil mewah yang dikendarainya berhenti tepat di depan pintu utama, menarik perhatian semua orang di sekitar. Pintu mobil terbuka, dan Alexandra keluar dengan anggun, mengenakan pakaian desainer yang menunjukkan kesuksesannya di dunia fashion. Rambut pirangnya tergerai sempurna, dan tatapan matanya yang tajam menunjukkan bahwa dia bukan lagi gadis yang pernah meninggalkan rumah ini.Saat memasuki ruang utama, Alexandra menurunkan kacamata hitamnya dan melihat suasana mansion yang masih sama seperti dia tinggalkan dulu. “Bau yang masih sama,” ucapnya sambil menghirup dalam-dalam, lalu mengempaskan napas lega. “Kau,” panggil seorang pria paruh baya.Alexa membalikkan tubuhnya dan dilihatnya kini wajah Robert, sang ayah, menatapnya dengan heran. “Ya, aku. Terkejut?”Robert Goldstein, dengan pandangan tajamnya, menyambut kedatangan putrinya yang sudah lama pergi. "Alexandra, apa yang membawamu kembali?" tanyanya dengan su

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 17 : Tekanan Dalam Mansion

    Di saat yang sama, Claire di mansion keluarga Goldstein merasakan kesepian dan ketidakpastian yang semakin dalam. Meskipun dia tahu apa yang Leo hadapi, dia berharap sang suami akan segera kembali dan membawanya keluar dari mimpi buruk.Claire merasa semakin tertekan. Di samping itu, Ivand terus membuatnya merasa tidak nyaman dengan pandangan sinis dan sikapnya yang misterius. Gadis itu tidak tahu apa-apa tentang dendam keluarga Goldstein, hanya merasakan ketegangan yang menyelimuti rumah besar itu.Sedangkan Robert, kini telah melarang Leo mengakses mansion untuk sementara waktu, hingga membuat Claire merasa semakin terisolasi. Tanpa ada yang bisa diandalkan di mansion dalam waktu dekat. Gadis itu mulai berpikir untuk kabur dan mencari bantuan di luar yaitu Flint.Malam itu, di balkon kamar, Claire memandang ke arah langit dengan perasaan cemas. Dia memikirkan Leo, berharap akan kembali dengan selamat. Sang gadis menghela napas panjang, mencoba mengusir rasa cemas yang menggerogoti pi

  • Gairah Pengawal Nona Muda   Chapter 16 : Kawasan Konflik

    Di sebuah ruang briefing yang tersembunyi, Leo berdiri di depan papan digital yang memproyeksikan peta kawasan konflik. Di sekelilingnya, lima anggota tim utama intelijen terbaiknya duduk dan siap untuk memberikan instruksi pada para agen lapangan."Baiklah, semua," kata Leo, membuka rapat dengan nada tegas. "Kita punya misi kritis di depan kita. Agen kita, John, telah ditawan oleh kelompok pemberontak di sektor ini," ujarnya sambil menunjuk pada titik merah di peta."Informasi terbaru yang kita dapatkan menunjukkan bahwa mereka menggunakannya sebagai alat tawar-menawar," tambah Leo. "Pemimpin pemberontak, dikenal sebagai Kael, meminta tebusan besar. Tapi kita tidak akan menyerah pada tuntutan mereka."Ethan, seorang ahli strategi, mengangkat tangan. "Bagaimana kita memastikan keselamatan John tanpa menuruti tuntutan mereka?""Kita akan menggunakan elemen kejutan dan strategi psikologis. Rencana kita adalah menyerang markas mereka secara diam-diam, menciptakan kekacauan dan ketakutan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status