Share

GPCD-7

"Kenapa tiba-tiba Kakek menghubungiku? Apakah mungkin ...." 

Carlton tak mau berpikir lebih panjang lagi, sehingga dia segera menjawab panggilan itu.

"Halo--" 

"Carl, di mana kamu? Jangan katakan kalau kamu sedang bersenang-senang dengan para wanita murahan itu daripada datang menemui Kakek kamu ini?!"

Belum sempat berbicara, sang Kakek sudah membentak Carlton dengan penuh emosi.

Jelas, pria itu mengerenyitkan dahi.

"Dari mana Kakek tahu? Apakah mungkin ada orang yang memberitahunya?" gumamnya

Entah mengapa, dia semakin yakin bahwa pelakunya bukanlah orang yang jauh darinya.

"Kakek! Aku sebenarnya mau bertemu dengan Kakek, hanya saja aku ...." 

Belum selesai Carlton menyelesaikan ucapannya....

CEKLEK!

Suara pintu kamar mandi pun terbuka dan muncullah sosok Adelia dari sana.

"Tuan, aku mau pergi sekarang!" teriaknya dengan nada keras.

Carlton langsung menoleh ke arah Adelia.

"Eh! siapa yang mengizinkan kamu untuk pergi dari sini?!" jawab Carlton dengan tegas.

Adelia menatap tajam Carlton.

"Ta-tapi! Tapi aku ...." 

Belum Adelia selesai bicara, terdengar suara marah di balik panggilan itu.

"Carl! Jelaskan mengapa ada wanita bersama kamu? Berarti yang kakek dengar itu benarkan? Kamu yang sedang membohongi Kakek!" bentak sang kakek yang semakin keras.

Carlton menepuk dahinya dan kali ini, dia tak bisa menutupinya lagi.

"Baiklah, Kakek! Aku akan berkata dengan jujur padamu. Sebenarnya tadi malam aku bersama dengan kekasihku karena kami saling merindukan, jadi terpaksa menginap di hotel ini," jawab Carlton.

"Maafkan aku Adelia! Aku terpaksa mengatakan ini pada kakekku!" gumam Carlton.

Dia menepuk dahinya lalu menatap ke arah Adelia.

"Bagus! Akhirnya kamu memiliki kekasih juga! Hahaha ... Cepat kenalkan wanita itu kepada Kakek! Kakek penasaran sekali!" Ujarnya.

Carlton kembali memijat dahinya.

Kali ini, dia benar-benar sudah berakhir, dia terjebak dengan kebohongan yang dibuat olehnya sendiri.

"Mati aku! Bagaimana caranya membawa Adelia bertemu dengan Kakek? Dia pasti akan menolak permintaan dari orang asing seperti aku!" gumam Carlton, dia merasa semuanya semakin merasa sulit.

Perlahan, dia menatap ke arah Adelia yang sudah memakai pakaiannya dengan rapi, lalu sedang sibuk menyisir rambutnya di depan cermin.

DEG!

Detak jantung Carlton berdetak sangat cepat.

"Cantik sekali!" batinnya.

Matanya terus menatap ke arah Adelia serta melupakan panggilan telepon yang masih terhubung.

"Halo Carl! Kamu masih mendengar suara Kakek kan?"

Teriakan sang kakek membuat Carlton kembali tersadar.

"Ah! Iya kakek! Aku ... Aku akan memberitahu dia kalau kakek ingin bertemu dengan dia," jawab Carlton

"Kalau begitu, nanti kita bicara lagi!" Carlton langsung mengakhiri panggilan itu tanpa menunggu jawaban dari kakeknya.

Tut' tut' tut'

Panggilan telepon berakhir, Carlton segera datang mendekati Adelia.

"Babe, aku akan mengantar kamu pulang! Kamu tidak boleh menolak tawaran dariku!" ucap Carlton.

Lalu, dia hendak melingkarkan kedua tangannya di perut Adelia, namun segera ditepis oleh Adelia..

"Tidak usah! Aku bisa pulang sendiri!" jawabnya dengan tegas.

"Tapi, aku tidak mengizinkan kamu pulang sendiri! Berhenti menolak dan turuti saja ajakan dariku!" Balas Carlton, dia malah memaksa Adelia.

Adelia pun melihat ke arahnya.

"Aku bilang tidak usah! Ya tidak usah! Tolong jangan memaksa seperti ini!" ujar Adelia

Dia sangat kesal pada Carlton.

"Terserah! Pokoknya aku akan mengantar kamu pulang dengan selamat! Oh, ya nama kamu Adelia kan?" tanya Carlton.

Adelia mengangguk lalu memalingkan wajahnya.

"Ya, namaku Adelia! Terserah kamu saja! Tapi setelah ini, anggap saja kita tidak pernah satu sama lainnya dan tolong lupakan tentang semua yang terjadi tadi malam," ucap Adelia.

Dia langsung mendorong Carlton lalu berjalan melewatinya.

Carlton menatap kepergian Adelia dengan menghembuskan nafas panjang.

"Haistt! Mudah sekali kamu mengatakannya! Tapi maaf, sepertinya aku tidak akan mau melepaskan kamu!" Carlton tersenyum tipis.

Setelah itu, dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Adelia sendirian.

Namun baru saja masuk, Carlton sudah kembali keluar.

"Jangan lupa habiskan sarapan kamu, Babe! Aku tidak mau kalau kamu lemas karena tidak diberi makan olehku!" ucapnya.

Lalu kembali menutup pintu meninggalkan Adelia yang sedang menatapnya.

Adelia tersenyum kecil dan berkata, "Dia sedang memberikan perhatian padaku?"

Namun, Adelia tersadar kembali dan secepatnya dia menaikan bahunya.

"Tidak! Dia tidak mungkin perhatian padaku! Dia hanya mengingatkan aku, karena ini memang tanggung jawab yang harus dia berikan."

Setelah itu, Adelia segera menghabiskan semua sarapan yang ada didepannya dan dia ingin secepatnya bergegas pergi meninggalkan kamar itu.

Adelia makan sangat cepat dan sebelum Carlton keluar dari dalam kamar mandi, Adelia bergegas pergi meninggalkannya dan dia tak mau berurusan lagi dengan Carlton.

"Maaf! Setelah ini kita tak akan pernah bertemu lagi!" gumam Adelia.

Dia segera membuka pintu, meninggalkan tempat itu.

Namun, saat Adelia baru sampai di depan pintu lift.

Dia teringat tentang uang yang dia miliki saat ini.

"Duh! Bagaimana ini? Uangku sudah habis diambil kakak tadi malam, sekarang aku harus bagaimana?" Keluh Adelia.

Dia menepuk pelan dahinya sampai....

DING!

Suara pintu lift pun terbuka dan membuyarkan lamunannya saat ini.

"Sudahlah! Aku bisa jalan kaki, toh! Sekarang kondisi tubuhku juga sudah jauh lebih baik. Walaupun ...." Adelia melihat ke arah tubuh bagian bawahnya dan di sana terasa tidak nyaman baginya.

"Haistt! Sudahlah! Aku harus bertahan!" ucapnya.

Setelah itu, dia bergegas masuk ke dalam lift meninggalkan Carlton.

Diam-diam, dia berharap tak akan bertemu lagi dengannya.

***

"Sialan!" 

Carlton yang baru saja keluar dari kamar mandi, langsung tersentak ketika tak melihat Adelia di mana pun.

Sekarang, dia merasa sangat marah.

Tanpa basa-basi, dia menghubungi Daffa saat itu juga!

"Cari wanitaku sekarang juga!" teriak Carlton, "segera!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status