"Kenapa tiba-tiba Kakek menghubungiku? Apakah mungkin ...."
Carlton tak mau berpikir lebih panjang lagi, sehingga dia segera menjawab panggilan itu.
"Halo--"
"Carl, di mana kamu? Jangan katakan kalau kamu sedang bersenang-senang dengan para wanita murahan itu daripada datang menemui Kakek kamu ini?!"Belum sempat berbicara, sang Kakek sudah membentak Carlton dengan penuh emosi.Jelas, pria itu mengerenyitkan dahi.
"Dari mana Kakek tahu? Apakah mungkin ada orang yang memberitahunya?" gumamnya
Entah mengapa, dia semakin yakin bahwa pelakunya bukanlah orang yang jauh darinya.
"Kakek! Aku sebenarnya mau bertemu dengan Kakek, hanya saja aku ...."
Belum selesai Carlton menyelesaikan ucapannya....
CEKLEK!
Suara pintu kamar mandi pun terbuka dan muncullah sosok Adelia dari sana.
"Tuan, aku mau pergi sekarang!" teriaknya dengan nada keras.
Carlton langsung menoleh ke arah Adelia.
"Eh! siapa yang mengizinkan kamu untuk pergi dari sini?!" jawab Carlton dengan tegas.
Adelia menatap tajam Carlton.
"Ta-tapi! Tapi aku ...."
Belum Adelia selesai bicara, terdengar suara marah di balik panggilan itu.
"Carl! Jelaskan mengapa ada wanita bersama kamu? Berarti yang kakek dengar itu benarkan? Kamu yang sedang membohongi Kakek!" bentak sang kakek yang semakin keras.
Carlton menepuk dahinya dan kali ini, dia tak bisa menutupinya lagi.
"Baiklah, Kakek! Aku akan berkata dengan jujur padamu. Sebenarnya tadi malam aku bersama dengan kekasihku karena kami saling merindukan, jadi terpaksa menginap di hotel ini," jawab Carlton.
"Maafkan aku Adelia! Aku terpaksa mengatakan ini pada kakekku!" gumam Carlton.
Dia menepuk dahinya lalu menatap ke arah Adelia.
"Bagus! Akhirnya kamu memiliki kekasih juga! Hahaha ... Cepat kenalkan wanita itu kepada Kakek! Kakek penasaran sekali!" Ujarnya.
Carlton kembali memijat dahinya.
Kali ini, dia benar-benar sudah berakhir, dia terjebak dengan kebohongan yang dibuat olehnya sendiri.
"Mati aku! Bagaimana caranya membawa Adelia bertemu dengan Kakek? Dia pasti akan menolak permintaan dari orang asing seperti aku!" gumam Carlton, dia merasa semuanya semakin merasa sulit.
Perlahan, dia menatap ke arah Adelia yang sudah memakai pakaiannya dengan rapi, lalu sedang sibuk menyisir rambutnya di depan cermin.
DEG!
Detak jantung Carlton berdetak sangat cepat.
"Cantik sekali!" batinnya.
Matanya terus menatap ke arah Adelia serta melupakan panggilan telepon yang masih terhubung.
"Halo Carl! Kamu masih mendengar suara Kakek kan?"
Teriakan sang kakek membuat Carlton kembali tersadar.
"Ah! Iya kakek! Aku ... Aku akan memberitahu dia kalau kakek ingin bertemu dengan dia," jawab Carlton
"Kalau begitu, nanti kita bicara lagi!" Carlton langsung mengakhiri panggilan itu tanpa menunggu jawaban dari kakeknya.
Tut' tut' tut'
Panggilan telepon berakhir, Carlton segera datang mendekati Adelia.
"Babe, aku akan mengantar kamu pulang! Kamu tidak boleh menolak tawaran dariku!" ucap Carlton.
Lalu, dia hendak melingkarkan kedua tangannya di perut Adelia, namun segera ditepis oleh Adelia..
"Tidak usah! Aku bisa pulang sendiri!" jawabnya dengan tegas.
"Tapi, aku tidak mengizinkan kamu pulang sendiri! Berhenti menolak dan turuti saja ajakan dariku!" Balas Carlton, dia malah memaksa Adelia.
Adelia pun melihat ke arahnya.
"Aku bilang tidak usah! Ya tidak usah! Tolong jangan memaksa seperti ini!" ujar Adelia
Dia sangat kesal pada Carlton.
"Terserah! Pokoknya aku akan mengantar kamu pulang dengan selamat! Oh, ya nama kamu Adelia kan?" tanya Carlton.
Adelia mengangguk lalu memalingkan wajahnya.
"Ya, namaku Adelia! Terserah kamu saja! Tapi setelah ini, anggap saja kita tidak pernah satu sama lainnya dan tolong lupakan tentang semua yang terjadi tadi malam," ucap Adelia.
Dia langsung mendorong Carlton lalu berjalan melewatinya.
Carlton menatap kepergian Adelia dengan menghembuskan nafas panjang.
"Haistt! Mudah sekali kamu mengatakannya! Tapi maaf, sepertinya aku tidak akan mau melepaskan kamu!" Carlton tersenyum tipis.
Setelah itu, dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Adelia sendirian.
Namun baru saja masuk, Carlton sudah kembali keluar.
"Jangan lupa habiskan sarapan kamu, Babe! Aku tidak mau kalau kamu lemas karena tidak diberi makan olehku!" ucapnya.
Lalu kembali menutup pintu meninggalkan Adelia yang sedang menatapnya.
Adelia tersenyum kecil dan berkata, "Dia sedang memberikan perhatian padaku?"
Namun, Adelia tersadar kembali dan secepatnya dia menaikan bahunya.
"Tidak! Dia tidak mungkin perhatian padaku! Dia hanya mengingatkan aku, karena ini memang tanggung jawab yang harus dia berikan."
Setelah itu, Adelia segera menghabiskan semua sarapan yang ada didepannya dan dia ingin secepatnya bergegas pergi meninggalkan kamar itu.
Adelia makan sangat cepat dan sebelum Carlton keluar dari dalam kamar mandi, Adelia bergegas pergi meninggalkannya dan dia tak mau berurusan lagi dengan Carlton.
"Maaf! Setelah ini kita tak akan pernah bertemu lagi!" gumam Adelia.
Dia segera membuka pintu, meninggalkan tempat itu.
Namun, saat Adelia baru sampai di depan pintu lift.
Dia teringat tentang uang yang dia miliki saat ini.
"Duh! Bagaimana ini? Uangku sudah habis diambil kakak tadi malam, sekarang aku harus bagaimana?" Keluh Adelia.
Dia menepuk pelan dahinya sampai....
DING!
Suara pintu lift pun terbuka dan membuyarkan lamunannya saat ini.
"Sudahlah! Aku bisa jalan kaki, toh! Sekarang kondisi tubuhku juga sudah jauh lebih baik. Walaupun ...." Adelia melihat ke arah tubuh bagian bawahnya dan di sana terasa tidak nyaman baginya.
"Haistt! Sudahlah! Aku harus bertahan!" ucapnya.
Setelah itu, dia bergegas masuk ke dalam lift meninggalkan Carlton.
Diam-diam, dia berharap tak akan bertemu lagi dengannya.
***
"Sialan!"
Carlton yang baru saja keluar dari kamar mandi, langsung tersentak ketika tak melihat Adelia di mana pun.
Sekarang, dia merasa sangat marah.
Tanpa basa-basi, dia menghubungi Daffa saat itu juga!
"Cari wanitaku sekarang juga!" teriak Carlton, "segera!"
Tut' tut' tut' Daffa yang belum bicara apapun, langsung terkejut. "Bos!" Daffa menatap layar ponselnya yang sudah berubah menjadi gelap. "Kenapa dia menyusahkan sekali! Aku bahkan tidak tahu wajah wanitanya, bagaimana mungkin aku mencarinya!" keluh Daffa, putus asa. Tak lama, asisten Carlton itu mengirim pesan pada Carlton. [Bos, bagaimana rupa wanita anda? Maaf, tapi saya kan belum sempat melihatnya sama sekali] Pesan pun terkirim. Setelahnya, dia menaruh gelas yang masih ada di tangannya, lalu bergegas bangun dari tempat duduknya.Sambil berjalan ke arah kasir untuk membayar satu gelas kopi yang sudah dia habiskan. "Terima kasih!" ucap Daffa sambil memberikan uang tagihan atas satu cangkir kopi yang sudah dia habiskan. "Terima kasih kembali, mas!" jawab sang kasir dengan senyuman ramahnya. Setelah selesai, Daffa berjalan keluar dari Cafe itu dan bergegas menuju kamar tempat Carlton berada. Drrt! [Foto masuk]"Cari wanita ini!" Daffa langsung membuka pesan itu dan ... m
Di sisi lain, Adelia masih saja sibuk dengan semua pikirannya bahkan tak peduli dengan semua yang ada di sekitarnya. Hanya saja, tepukan di bahunya membuatnya tersentak. "Nona!""Ah, iya!" jawab Adelia, yang segera menghapus air matanya. Hanya saja, dia bingung dengan pria di hadapannya kini. "Siapa Anda?" Daffa tersenyum, lalu segera duduk di sebelahnya. "Maaf mengganggu waktunya, tapi tadi saya melihat anda sedang menangis, jadi saya ingin memberikan ini pada anda," ucap Daffa sembari memberikan satu bungkus tissue ke arah Adelia. Ya, dia sedikit berbohong. Daffa takut kalau memberitahu bahwa dirinya bawahan Carlton akan membuat wanita ini kabur. "Ini ...." Adelia menatap Daffa sejenak. Walaupun ada rasa ragu, dia akhirnya mengambil tissue itu. "Terima kasih!" ucapnya, tulus. Segera dihapusnya air mata. Sedangkan Daffa, dia terus menatapnya sambil tersenyum. "Dia manis sekali! Ah, pantas saja Bos langsung menyukainya. Kalau itu aku, tentu saja aku juga sama seperti Bos," g
Kini, Adelia diam-diam melirik ke arah Carlton yang sedang mengemudi. Jujur saja, Carltok jauh lebih tampan dari Alvin. Sayangnya, ini bukan tipe ketampanan yang disukai Adelia. Wanita itu lantas memalingkan wajahnya lagi ke arah jendela.Carlton sendiri menyadari tatapan Adelia. Pria itu tersenyum tipis, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Adelia."Babe, aku memang tampan! Jika kamu masih belum puas, silahkan tatap lagi. Aku sungguh tidak merasa keberatan sama sekali!" ucap Carlton.Adelia segera menarik tangannya. "Jangan sentuh tanganku secara sembarangan!" pekiknya dengan kesal.Carlton menaikan alisnya. "Kenapa tidak boleh? Bukankah aku bahkan sudah pernah menyentuh setiap inci dari tubuh kamu?" godanya. Adelia sontak melirik tajam ke arah Carlton. "Kamu!" Hanya saja, dia tak bisa melanjutkan ucapannya. Jadi, wanita itu hanya bisa menatap kesal Carlton dan kembali memalingkan wajahnya.Carlton menghela nafas panjang, lalu segera menepikan mobilnya membuat Adeli
Mobil pun berhenti tepat di sebuah gedung yang asing bagi Adelia. "Ini ...." Adelia menatap ke arah Carlton saat mobil itu berhenti. Carlton menoleh ke arah Adelia. "Ikut aku!" ajak Carlton. Adelia yang masih takut pun, masih duduk diam. "Mau apa ke dalam? Ka-kamu jangan katakan kamu ...." Adelia segera menyilangkan kedua tangannya di dada secara refleks. "Eh!" Carlton menaikan alisnya ketika melihat Adelia seperti itu. "Kenapa seperti itu? Apakah aku terlihat seperti seorang yang mau memakan kamu?" ucap Carlton. "Aku ...." Adelia merasa canggung dan secepatnya melepaskan kedua tangannya. "Aku tidak berfikir seperti itu! Hanya saja, aku takut kamu akan melakukan hal tidak senonoh seperti yang sebelumnya kamu lakukan padaku!" jawab Adelia, dia memalingkan wajahnya ke arah jendela. Carlton terkekeh mendengarny
Carlton memicingkan matanya saat mendengar ucapan Adelia."Aku kenapa?" tanyanya.Adelia yang sudah membuka mulutnya sangat lebar langsung mengatupkannya kembali."Kamu ... Kamu pasti mengajukan pinjaman online memakai data-data milik aku kan? Ya kan?" tuduh Adelia.Seketika, Carlton tertawa keras saat mendengarnya."Hah! Pinjaman online? Aku meminjam data-data kamu untuk membuat pinjaman online? Hahahaha ... Hahahaha ...." Carlton tertawa keras dan baru kali ini, ada wanita sepolos Adelia."Kamu? Kenapa kamu tertawa?" tanya Adelia yang bingung melihat Carlton tertawa terbahak-bahak."Aku ... Pinjaman online? Hahahaha ...." Carlton tertawa lagi, dia tak bisa menghentikan tawanya itu sampai menangis, karena dia tak bisa berhenti tertawa."Kenapa sih kamu terus tertawa? Aku benar-benar bingung sama kamu!" ucap Adelia, dia masih tak mengerti dengan tawanya Carlton.Sehingga, Carlton pun menghentikan tawanya dan berusaha unt
Carlton yang sudah berada di dalam ruangan.Semua orang memberi hormat kepadanya dan ternyata, semuanya sudah di atur oleh Daffa untuk mengurus segalanya dan sisanya Carlton yang melanjutkan."Selamat siang Tuan!" sapa semuanya dengan sopan."Ya! Selamat siang juga," jawab CarltonDia segera duduk dan memberikan kartu identitas milik Adelia serta menunjukkan kartu keluarga online yang ada di layar ponselnya."Cepat selesaikan! setengah jam harus selesai!" perintahnya.Petugas yang ada dua orang di hadapan Carlton mengangguk patuh."Baik Tuan! Kami akan menyelesaikan semuanya dalam setengah jam, mohon untuk menunggu sebentar, ya!" ucapnya dengan sopan.Keduanya bergegas melakukan pekerjaan mereka sesuai permintaan Carlton dan tak ada yang berani yang membantah, karena mereka sudah menerima uang dari Daffa.Carlton menghela napas panjang dan melihat ke sekelilingnya."Haiistt!"Carlton mel
"Ini ...."Adelia tersentak saat melihat melihat layar ponselnya yang terus menyala, karena ponselnya terus berdering."Ada apa?" tanya Carlton saat melihat ekspresi wajah Adelia yang tiba-tiba diam itu.Adelia pun tersentak."Ah! A-aku mau menjawab panggilan telepon ini dulu," jawabnya, yang langsung bergegas menjauh dari Carlton.Sedangkan Carlton, dia menatap kepergian Adelia."Siapa yang menelepon? Kenapa dia terlihat panik sekali?" gumam Carlton."Apa mungkin dia si brengsek itu?" ucapnya."Kalau benar dia, aku harus tahu apa yang sedang mereka bicarakan! Aku ... aku tidak mau kalau dia mengganggu wanita yang sudah jadi istriku! Ya, aku tidak mau!" ucap Carlton.Yang segera memasukkan dua buku nikah ditangannya dan belum sempat diberikan kepada Adelia."Pak, semuanya sudah selesai kan? Apakah saya bisa pergi sekarang?" tanya Carlton."Bisa Tuan! Semuanya sudah selesai,
"Eh!"Adelia terkejut saat melihat ada tangan yang tiba-tiba memeluk tubuhnya."Si-siapa kamu?" tanyanya, yang langsung menoleh ke arah si pemilik tangan yang sudah menyelamatkan dirinya."Ka-kamu! Kenapa kamu ada di sini?"Adelia terkejut ketika melihat Carlton lah yang menolongnya."Kenapa harus terkejut saat melihat aku? Bukannya sangat wajar ya, kalau aku berada di sini?" jawab Carlton, dia tersenyum menatap Adelia.Seketika Adelia segera menjauh dari Carlton dan pelukan itu terlepas."A-aku! Aku hanya terkejut mengapa kamu sudah berada di sini? Bukannya tadi kamu masih berada di dalam?" tanya Adelia, dia merasa canggung sendiri."Ckckck ... memangnya kenapa kalau aku sudah ada di sini? Sepertinya kamu sedang menyembunyikan sesuatu dibelakang aku, ya kan?" tanya Carlton, dia menyipitkan matanya, menatap tajam Adelia.Adelia langsung memalingkan wajahnya."A-aku tidak menyembunyikan sesuatu darimu, hanya