Entah ini kabar baik atau tidak bagi Lili, ketika dokter kandungan yang baru saja memeriksanya, memberikan pernyataan mengejutkan, jika ia sedang hamil, dan usia kandungannya telah memasuki usia empat minggu.Seketika tubuh Lili terasa lemas, namun bukan karena keterkejutan semata. Ada perasaan campur aduk dalam dadanya. Di dalam lubuk hati Lili yang terdalam, ia senang. Karena dirinya ternyata tidak mandul. Tapi disisi lain, ayah bayi yang sedang dikandungnya adalah Lio, pria yang bu lkan menjadi suaminya, setelah beberapa kali ia berhubungan badan dengan pria itu."Dok, bagaimana bisa? Sahabatku ini katanya mandul, tapi sekarang bisa hamil?" tanya Devi dengan wajah penuh tanda tanya. Ia masih berdiri di sisi ranjang rumah sakit tepatnya di ruang UGD, mendampingi Lili yang masih terbaring lemah.Dokter wanita paruh baya itu tersenyum lembut. "Masalah kesuburan pada perempuan bisa sangat kompleks. Hormon bisa berubah seiring waktu, stres, pola makan, gaya hidup. Semuanya bisa berpeng
Meskipun tenaga Lili benar-benar habis, ia tidak bisa berhenti berlari sekuat tenaga, sebelum anak buah Luna berhasil mendekatinya.Sampai akhirnya setelah sampai di jalan umum yang begitu jauh dari kompleks apartemen Luna.Lili jatuh tersungkur di trotoar, dengan nafas tersengal. "Tolong." ucapnya benar-benar seperti bisikan, meskipun jalanan tersebut sepi dari pejalan kaki.Kemudian Lili coba untuk bangkit dari tempatnya, tapi tenaga yang benar-benar sudah terkuras habis, membuatnya hanya bisa tergeletak kembali di trotoar. "Tolong aku." pintanya kembali, pandangannya kabur dan kini Lili tidak sadarkan diri.Sampai akhirnya ada pengemudi ojek online yang menghentikan laju motornya dan mendekati Lili."Ya ampun, Mbak." ucap Pengemudi ojek online tersebut yang mengenal Lili, karena beberapa kali pernah mendapatkan orderan dari Lili.Pengemudi ojek online tersebut coba untuk membangunkan Lili yang sudah tidak sadarkan diri, dengan menepuk pipinya. "Mbak bangun." ucapnya. Namun, Lili t
"Maaf Nona, sepertinya Tuan Mark akan datang malam nanti. Maaf aku baru memberi tahu anda sekarang." anak buah Luna memberi tahu."Loh, kenapa? Dia sangat menginginkan perempuan tidak tahu diri itu sejak lama.""Masih dalam perjalanan dari luar kota.""Sejak kapan, dia pergi keluar kota. Kenapa dia tidak memberitahu aku?" tanya Luna dan kini langsung menghubungi Tuan Mark."Halo sayang, aku dengar kamu berhasil membawa perempuan itu untukku, terima kasih sebelumnya sayang. Dan ya, sebutkan kamu mau apa dariku?" tanya Tuan Mark dari balik sambungan telepon.Namun, Luna tidak ingin menjawab pertanyaannya yang ada malah bertanya balik. "Kenapa keluar kota tidak memberitahu?" "Dadakan sayang, ini lagi dalam perjalanan pulang." jelas Tuan Mark. "Oh ya, paksa dia menggunakan pakaian sexy, seperti yang sering kamu gunakan saat kita ingin bermain sayang." pinta Tuan Mark pada Luna."Siap sesuai perintah darimu, tapi ingat. Ini semua tidak gratis!""Aku tahu sayang, ya sudah ya. Ketemu nanti
Setelah selesai bertemu dengan tamunya dari luar negeri. Lio segera ingin menemui Lili yang ia suruh untuk menunggunya di kafe dimana keduanya sering makan, karena ia tidak ingin Lili menunggunya di kantor, takut perempuan itu bosan.Namun, sebelum menuju kafe yang tidak jauh dari kantornya. Lio mampir terlebih dahulu di sebuah toko bunga dan membeli satu buket bunga Lily putih yang begitu indah.Senyum merekah dikedua sudut bibir Lio, sambil menatap buket bunga Lily yang berada di tangannya. "Cantik, sama seperti kamu. Li," Ucap Lio bayangan Lili muncul memenuhi otaknya.Bergegas Lio masuk ke dalam mobil, dan menuju kafe dimana Lili sudah menunggunya cukup lama. "Maaf Li, bila kamu menunggu lama." kata Lio di dalam mobil.Setelah mobilnya terparkir di halaman parkir kafe. Lio bergegas masuk dan menuju meja dimana Lili menunggunya.Tautan kening menghiasi wajah Lio, karena meja itu kosong. Padahal jelas, tadi Lili mengirim foto nomor meja yang kini telah kosong.Lio kini memutuskan me
Lili segera menjauhkan kepalanya, untuk melepas tautan bibirnya dengan bibir Lio, bukan hanya karena ada mama Feli dan juga Romi, tapi ia sadar tidak pantas ia berciuman dengan pria yang tidak memiliki status apapun dengannya.Meskipun Lili sudah menyimpan rasa pada Lio di dalam lubuk hatinya yang paling dalam."Maaf," Ucap Lio menyadari ia sudah terlalu jauh pada Lili.Lili menganggukkan kepalanya sambil mengukir senyum.Mama Feli kini mendekati keduanya. "Teruskan saja tidak apa-apa. Mama tidak lihat kok." Ucapnya sambil tersenyum.Mambuat pipi Lili merah merona. Sedangkan Iko sendiri langsung menanggapi ucapan sang mama. "Nanti Ma, kalau tinggal berdua kami teruskan lagi." Ucap Lio asal.Mambuat Lili langsung menatap tajam padanya."Jangan marah, aku hanya bercanda." kata Lio, ingin rasanya ia membawa Lili ke dalam pelukannya lagi.Lili menggelengkan kepalanya, bertepatan mama Feli meraih tangannya, lalu meraih tangan Lio kemudian menyatukannya. "Mama berharap, kalian cepat bersam
Romi menahan langkah Lio yang baru saja hendak melangkah keluar dari ruang kerjanya. Wajah Romi tampak sedikit tegang, seolah berusaha keras untuk menyembunyikan kegelisahan."Kamu mau ke mana?" tanya Romi."Mencari Lili," jawab Lio tanpa ragu, rahangnya mengeras. "Aku yakin Luna dalang di balik menghilangnya Lili."Romi menghela napas panjang, mencoba tetap tenang. "Biar aku saja yang mencari dia. Kamu kembali saja ke ruang kerja kamu. Aku janji akan cari Lili dan membawanya padamu."Lio menatap Romi tajam. "Tidak bisa! Kamu tidak tahu bagaimana rasanya kalau orang yang paling kamu cintai menghilang begitu saja. Aku ingin memberi pelajaran pada siapa pun yang sudah berani menyentuh Lili."Romi mendekat, menepuk bahu sahabat dan juga atasannya itu. "Aku justru takut, Li. Jangan-jangan ini hanya akal-akalan Luna untuk memancingmu keluar. Serahkan padaku. Kamu tetap di sini, jaga fokus. Hari ini juga ada rapat penting yang harus kamu hadiri, karena rapat itu tidak bisa ditunda atau diwa