Lio memicingkan matanya menatap pada Bela yang baru saja mengatakan keinginannya, untuk ia membebaskan Zian. Yang kini telah mendekam di dalam penjara, setelah di vonis hukumnya lima tahun penjara. Karena apa yang telah dilakukannya.Tentu saja permintaan Bela tidak akan pernah Lio kabulkan. Setelah berbulan bulan mencari Zian yang kabur, dan kini telah mendapat ganjaran. Tidak mungkin Lio membebaskan mantan sahabatnya itu yang kapan saja akan merusak rumah tangganya."Hanya itu permintaan aku," ujar Bela. Yang ingin rumah tangganya dengan Zian kembali."Tidak ada permintaan kamu yang lain?" tanya Lili, yang juga merasa keberatan jika Zian keluar dari dalam penjara."Hanya itu yang aku mau Li. Aku mohon bebaskan Zian," pinta Bela. "Kalian berdua sudah bilang, akan mengabulkan apapun permintaan aku, bukan. Dan kebebasan Zian yang aku inginkan.""Tidak!" sahut Lio dengan tegas."Tapi kamu sendiri yang bilang ingin mengabulkan apapun kan?""Tapi tidak dengan membebaskan Zian, biarkan dia
Devi terdiam sejenak mendapat pelukan tiba-tiba dari sang suami. Pelukan yang terasa begitu berbeda, dengan pelukan Romi yang pernah Devi rasakan dulu.Karena pelukan kali ini terasa begitu hangat."Aku salah Vi, dan aku ingin berubah lebih baik." ucap Romi masih memeluk istrinya tersebut.Alhasil, mendengar ucapan Romi. Devi segera melepaskan diri dari pelukan sang suami yang begitu hangat."Keluar dari kamarku!" Perintah Devi tanpa menatap pada Romi."Vi, tolong beri aku kesempatan untuk berubah, aku akan mencintaimu, seperti kamu mencintaiku."Mendengar ucapan Romi, membuat Devi akhirnya menatap pada Romi. "Dulu aku memang sangat mencintaimu, tapi sekarang semua berbeda." Bohong Devi.Kemudian Devi mendorong tubuh Romi untuk keluar dari dalam kamarnya.Dan saat Romi sudah berada di luar pintu, Devi segera menutup pintu kamarnya. Lalu menguncinya dari dalam."Vi, jangan seperti ini. Aku akan berubah." Ucap Romi sambil mengetuk pintu kamar sang istri.Dari balik pintu kamarnya, Devi
Setelah melepas paksa tangan Romi, kini papa Hasan mengusir menantunya tersebut. "Pergi dari sini!"Papa Rey dan juga mama Riri yang berdiri di belakang sang putra, tidak mengatakan apapun. Bagi keduanya, apa yang dilakukan papa Hasan, wajar. Karena memang putranya tersebut salah besar."Pa, aku mohon. Maafkan aku," Pinta Romi dengan kesadaran penuh. "Aku ingin memperbaiki hubungan aku dengan Devi," ucapnya.Papa Hasan kini memilih diam, sampai akhirnya mama Hani mendekat Setelah mendengar keributan."Romi." ucap mama Hani, melihat keberadaan sang menantu. Lalu menatap pada mama Riri dan juga papa Rey berganti.Romi mendekati mama mertuanya tersebut. "Maafkan aku, Ma." Romi kembali berlutut, sekarang di hadapan mama Hani. "Maafkan aku, setelah apa yang aku lakukan pada Devi." mohon Romi.Mama Hani yang sudah tahu, jika Romi terpengaruh oleh mantra sihir dari perempuan itu. Kini meminta Romi untuk bangun. "Bangunlah, untuk apa kamu seperti ini." ucapnya sambil menarik satu tangan Romi.
Devi hanya melirik sekilas pada Romi, tanpa menjawab pertanyaannya. Lalu melangkahkan kakinya kembali yang sempat terhenti karena kehadiran Romi yang mengsejajarkan langkahnya.Romi mengikuti langkah Devi, lebih dari dua jam ia menunggu Devi keluar dari ruang perawatan Lili. Tentu saja ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk berbincang dengan istrinya tersebut."Aku akan mengantar kamu." ucap Romi terus mengikuti langkah Devi.Devi tetap diam dan terus melangkah keluar dari rumah sakit. Harusnya ia menunggu taksi online yang di pesannya tepat di lobi rumah sakit.Tapi demi menghindari Romi, Devi terus melangkah dan membatalkan taksi online yang telah di pesannya. Dan memilih mencari taksi di depan rumah sakit, sepertinya ide yang bagus agar Romi tidak menunggunya."Vi, aku ingin bicara sebentar saja dengan kamu." pinta Romi tanpa menghentikan langkahnya."Tidak ada yang perlu kita bicarakan." sahut Devi, akhirnya membuka mulut. "Tentu saja ada Vi, kita masih suami istri. Apapun ma
Romi terus menatap pada Devi, dimana istrinya tersebut terus memalingkan wajahnya ketika melihat kehadirannya.Tentu saja Devi akan memalingkan wajahnya, karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk melupakan Romi. Meskipun itu akan sulit bayi Devi, karena cintanya yang begitu besar pada pria yang masih menyandang status sebagai suaminya itu.Romi mengalihkan tatapannya pada perut Devi yang mulai membuncit, karena jaraknya berdiri tidak jauh dari Devi, membuat satu tangan Romi refleks mengelus perut sang istri.Mendapat sentuhan tiba-tiba dari tangan Romi, membuat Devi langsung menampik tangan suaminya tersebut. "Jangan sentuh aku!" tegas Devi, dan akhirnya menatap pada Romi. "Vi, bayi yang kamu kandung juga bayiku." kata Romi, dan ingin mengelus perut Devi kembali.Tapi dengan segera Devi memundurkan langkah untuk menjauh dari Romi."Bayi ini bayiku." Ucap Devi sambil mengelus perutnya.Romi menatap pada Devi dengan intens, membuat Devi langsung memalingkan wajahnya."Aku mem
Mama Feli dan juga Lio berbincang berdua di sofa.Sebelum sang putra menanyakan kenapa ia bisa mengetahui, jika Lona yang berada di balik semua kejadian yang hampir saja mencelakai Lili. Mama Feli segera memberi tahu, dari mana dirinya tahu."Bela, mama tahu dari Bela. Dan dia juga menyerahkan beberapa bukti yang kini sudah berada di kantor polisi." Mama Feli menyebut nama perempuan yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Rumah sakit yang sama, dengan rumah sakit dimana Lili sang menantu berada.Lio menautkan kening. "Bela?" tanyanya."Iya dia yang memberi tahu. Semalam mama menjenguk dia, dan dia mengatakan Luna menyuruh orang bayaran untuk menghabisi Lili, dan dia juga menunjukkan bukti, dari foto dan juga beberapa video yang kini berada di kantor polisi untuk jadi bukti.""Pasti dia juga terlibat." kata Lio, yang masih tidak percaya dengan Bela."Kamu bicara apa hah? Kalau dia terlibat, untuk apa dia sampai mengorbankan diri,""Bisa saja untuk menutupi kedoknya Ma, pokok