Mona tidak bisa berkata-kata sekarang, lelaki itu benar-benar mementingkan dirinya sendiri. Dia takut jika sampai mereka berbuat macam-macam disini, ada orang yang melihat. Nama baiknya akan semakin tercoreng, bahkan rusak dengan mudah. Tapi ancaman dari lelaki itu membuat Mona tidak bisa melakukan apapun, kecuali menurut.Andri membelai wajah cantik kakak iparnya itu dengan gaya sensual. Bibirnya bahkan tak segan mencium setiap detail pipi putih nan mulus itu. Malam ini adalah malam yang penuh nafsu bagi Andri, dia tidak akan melepaskan Mona walau hanya sedetik."Layani aku sekali saja, setelah itu aku akan pulang."Andri meminta jatah yang biasa wanita itu berikan padanya. Bukan salah dia karena Mona yang memulai semua ini sejak awal. Ketergantungan akan seks, membuat lelaki itu tidak bisa jauh-jauh dari kakak iparnya. Dia bahkan merasa begitu cemburu ketika Mona dekat dengan suaminya sendiri. "Tidak bisakah kau tunda nafsumu itu nanti Andri? Ini bukan waktu yang tepat untuk kita b
"Sayang, apa yang sedang kau bicarakan?"Mona berusaha untuk meyakinkan sesuatu, jika suaminya tidak menuduh dia macam-macam. Namun semua itu baru dugaan saja, karena dia tidak tahu apa isi kepala sang suami sebenarnya."Banyak sekali bicara. Lebih baik kau cepat bawakan aku makanan!" tegas Raka Raka istrinya.Wanita itu tidak akan banyak bertanya lagi, lebih baik dia menuruti apa yang dikatakan oleh suaminya. Lagi pula Mona juga sudah memasak untuk Raka, sayang jika makanan itu tidak disentuh oleh sang suami.Dengan pikiran yang masih kemana-mana, Mona menyiapkan satu persatu lauk yang dia masak. Dia bahkan membawanya ke kamar, karena sang suami tidak bisa pergi ke meja makan. Wanita itu melihat Raka sedang menatap laptopnya, kemudian menatap ketika tahu jika dia sudah sampai di sana."Apa yang kau masak?" tanya Raka."Semua makanan kesukaanmu sayang. Kau ingin aku suapi?" tanya Mona."Tidak perlu. Kau bisa tidur jika mengantuk, aku bisa makan sendiri."Lelaki itu mengambil piring ya
"Kau mau pergi kemana?"Raka menatap penuh curiga, ketika sang istri berdandan begitu cantiknya. Mona tidak biasa berdandan seperti itu, bahkan dengan pakaian yang pendek dan modis. Sebagai seorang suami, dia merasa curiga dan penuh rasa cemburu."Aku ingin keluar sebentar, berbelanja beberapa keperluan rumah tangga. Bukankah kau sendiri lihat? Di dapur sudah banyak barang-barang yang habis."Mona mencoba mencari sebuah alasan, agar dia bisa pergi keluar. Hari ini, Andri mengajaknya untuk bertemu. Kebetulan dia juga ada beberapa hal yang ingin disampaikan pada lelaki itu, semoga saja Raka bisa memberikan Mona ijin."Kau pergi sendirian?" Tanya sang suami.Mona mengangguk, "Iya sendirian. Bukankah kau ada acara hari ini? Jadi tidak masalah jika kau tidak bisa mengantarku berbelanja."Iya memang. Hari ini aku harus pergi ke bank, mengurus beberapa berkas untuk mencairkan uang. Kau pergilah sendiri, jika sempat aku bisa menjemputmu."Raka mencoba memberikan pengertian, mungkin dengan mak
"Banyak sekali belanjaan yang kau bawa. Apa kau tidak kerepotan membawa semuanya?"Raka mengambil beberapa belanjaan yang dipegang oleh istrinya, kemudian menaruhnya di meja. Sedangkan Mona mengambil sisanya untuk langsung menyimpannya di dapur. Wajah wanita itu terlihat sangat lelah hari ini, bukan tentang berbelanja, tapi tentang ucapan Andri yang membuatnya pusing. Dia memang sudah berhasil membujuk adik iparnya itu dengan mudah, namun permintaan yang diberikan Andri cukup sulit. Mereka harus tetap menjalani hubungan ini seperti layaknya orang berpacaran, dan Mona harus selalu membagi waktunya pada dua orang bersaudara itu."Aku sangat lelah hari ini. Bolehkah aku beristirahat?" Tanya Mona pada suaminya."Oh baiklah," jawab Raka.Wanita itu masuk ke dalam kamarnya, membiarkan sisa barang belanjaan berserakan di atas meja. Raka pun merasa heran, apakah sang istri tengah marah? Mungkin karena dia yang tidak bisa menjemputnya."Kenapa aku harus repot-repot memikirkan wanita itu? Sifat
"Kau ingin merebut perusahaan dariku Andri?"Wajah Andri terlihat sumringah sekali, entah mengapa dia tak tahu. Jika Mona sangat bangga dengan suaminya yang seorang pengusaha, maka dia pun akan menjadi seorang pengusaha. Andri akan merebut perusahaan yang sebelumnya adalah milik dua Bersaudara itu. Namun karena dulu dia sempat menolak karena tidak ketertarikannya, Andri akan merebutnya kembali. "Kenapa harus menggunakan kata merebut? Bukankah dulu Ayah memberikan kita perusahaan itu untuk dibagi dua?" Raka tersenyum kecil, rupanya adik lelaki itu masih mengingat wasiat yang dikatakan oleh ayahnya dulu. Mereka memang diberikan satu perusahaan untuk dikelola bersama, namun entah mengapa dia jadi tidak senang karena Andri menginginkannya.Perusahaan itu adalah miliknya, dia bangun sendiri dengan susah payah. Jika Andri menginginkannya begitu saja, ini seperti sebuah perebutan. Jika saja sejak dulu sang adik mau membantunya dari nol, mungkin Raka tidak akan mempermasalahkannya. Akan tet
Setelah begitu banyak drama yang terjadi, kedua bersaudara itu pergi ke tempat tujuan. Mereka berusaha bekerjasama untuk membangun kembali perusahaan yang hampir hancur. Kepercayaan Raka terhadap orang-orang disekitarnya mulai di ambil alih oleh sang adik, dia menyelidiki siapa saja yang menurutnya bisa merugikan perusahaan.Dalam waktu dua hari saja, Andri berhasil menemukan orang-orang yang dengan berani mengambil uang perusahaan. Lima diantaranya sudah dia pecat atas ijin dari sang kakak, namun ada beberapa dana perusahaan yang masih belum jelas kemana perginya."Kau yakin tidak ada satu orang pun yang Kakak curigai lagi?" tanya Andri kepada sang kakak.Raka menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, semua orang yang berkhianat telah kau pecat. Siapa lagi yang berani mengambil uang perusahaan?""Entahlah, mungkin masih ada satu musuh besar yang tersembunyi disini."Ketika kedua orang itu tengah asyik mengobrol, seorang wanita cantik datang menghampiri mereka. Dia tersenyum dengan tatapan
"Bos maafkan aku, tapi aku tidak bisa pergi denganmu malam ini.""Loh, memangnya kau mau kemana?"Wajah Raka terlihat begitu kesal, ketika wanita itu menolaknya untuk pergi. Padahal malam ini, dia ingin mengajak Angel untuk makan malam seperti biasa. Menemani hari-hari sepinya yang penuh dengan drama.Selama ini hubungan mereka memang cukup dekat, terlebih karena Angel yang mendekati Raka terlebih dahulu. Wanita itu pandai sekali menggoda setiap lelaki yang menjadi incarannya, apalagi ketika tahu jika lelaki itu adalah seorang bos besar pemilik perusahaan. Angel akan mendekati setiap orang yang ingin dia miliki, namun sekarang dia memiliki incaran baru yang lebih menggoda. Andri, lelaki itu lebih tampan dari pada Raka. Walaupun posisinya yang masih belum jelas, Angel bisa tahu jika lelaki itu memiliki potensi. Dengan kemampuan yang dia miliki, dia bisa membuat lelaki itu memiliki perusahaan. "Aku ada urusan keluarga Bos, jadi maaf ya kita mungkin bisa pergi lain waktu."Angel tersen
"Kenapa Kakak mengkhianati kak Mona?"Pertanyaan dari sang adik sontak membuat lelaki itu menatap ketakutan. Raka khawatir jika sampai Andri mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada sang istri, bahkan kemungkinan adiknya itu juga akan melapor kepada sang ibu. Ini bukanlah situasi yang bagus, terlebih ketika Raka dalam keadaan yang salah "Tidak ada yang mengkhianati disini, wanita itu yang mendekati aku terlebih dahulu."Raka berbicara enteng sekali, seolah dia benar-benar orang yang tidak berdosa. Padahal semalam, lelaki itu mengajak Andri untuk meniduri Angel berdua. Dia tidak tertarik, bahkan langsung pergi begitu saja, akan sangat berbahaya jika sampai Mona mengetahuinya. Namun sebuah bukti berhasil dia dapatkan, ketika Andri berhasil merekam kejadian yang penuh dengan gairah itu."Rupanya cintamu tidak sekuat itu Kak, jika saja kak Mona tahu tentang hal ini, dia pasti akan sakit hati."Andri berusaha untuk memperingati kakaknya, agar Raka tidak pernah bermain-main dengan wanit