"Apa di rumah Kakak tidak ada siapa-siapa?" Tanya Andri.
"Tidak, memangnya kenapa? Kau sedang memikirkan sesuatu yang mesum ya?"Wajah lelaki itu langsung memerah, dia merasa malu sendiri dengan ucapannya. Padahal maksud Andri adalah, dia ingin tahu ada siapa dirumahnya. Namun sang kakak ipar malah berpikiran ke arah yang berbeda. Hal ini membuat Andri terlihat seperti lelaki mesum. Padahal Mona sendiri tahu, jika adik iparnya bukan lelaki yang seperti itu."Jangan salah paham Kak, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya memastikan jika nanti para tetangga tidak akan berpikiran macam-macam kepada kita," ucap Andri kepada wanita itu.Mona menepuk pundak adik iparnya itu, "Kenapa harus berpikiran macam-macam? Lagi pula kita ini kan saudara ipar, bukan siapa-siapa."Yang dikatakan kakak iparnya itu benar. Mereka hanya saudara ipar, tapi tetap saja beberapa orang pasti akan berpikiran berbeda. Mereka mungkin akan mulai menyebarkan gosip baru, bahkan lebih parah dari yang keduanya pikirkan."Tapi Kak bagaimana jika mereka berpikiran macam-macam?" Tanya Andri dengan wajah takutnya."Ah, kau itu cemen sekali. Jangan pikirkan omongan orang-orang, kita ya kita!" Tegas wanita itu kenapa adik iparnya."Iya kalau begitu aku mampir dulu Kak, kebetulan Andri juga lapar," jawab lelaki itu.Setelah keduanya selesai berkompromi, Andri pun segera mengajak Mona untuk pulang. Lagi pula mereka sudah selesai menonton, tidak ada kegiatan lain yang akan keduanya lakukan.Mona langsung naik ke atas motor itu. Seperti biasa, dia berpegang sangat erat kepada adik iparnya. Kesabaran Andri sedang di uji sekarang, dia harus kembali merasakan gairah yang tak tertahankan. Apalagi ketika dua gunung milik kakak iparnya itu menempel di punggungnya, perasaan aneh kian Andri rasakan."Ndri, tidak bisakah kita pergi jalan-jalan dulu? Atau mungkin membeli makanan untuk di rumah?" Tanya Mona kepada adik iparnya."Memangnya Kak Mona gak masak di rumah?" Tanya balik Andri."Masak, tapi aku takut kau tidak menyukai masakan ku. Jadi lebih baik kau beli saja di luar, atau mungkin pesan secara online."Mona tidak terlalu pandai dalam memasak, jadi dia khawatir jika Andri tidak akan menyukai masakannya. Padahal lelaki itu tidak pernah pilih-pilih dalam makanan, dia akan sangat menghargai jika itu masakan buatan rumah."Kakak ini bicara apa? Lebih baik makan masakan Kakak saja di rumah," ucap Andri.Lelaki itu mencoba menutup pembicaraan. Karena dia pikir itu lebih baik. Mona pun tidak menjawab apapun lagi. Selama adik iparnya mau, iya sudah. Makan di rumah dengan masakan buatannya hari ini."Kau mau nasi yang banyak?"Wanita cantik itu mengambil piring milik Andri, dia juga menuangkan nasi ke piring adik iparnya. Setelah itu Mona memilih beberapa lauk yang mungkin dia sukai oleh Andri."Kak, jangan terlalu banyak. Bulan ini aku sedang diet," ucap lelaki itu dengan senyum indahnya.Mona tertawa kecil, "Apa lagi yang ingin kau kecilkan? Badanmu itu sudah sangat bagus Ndri, jadi berhentilah menyiksa diri sendiri.""Bagus apa Kak? Badanku jauh sekali jika di bandingkan dengan kak Raka. Dia itu sudah tampan, tinggi, belum lagi dengan badan yang penuh dengan otot. Hm, idaman semua wanita. Pantas saja kak Mona sampai jatuh hati padanya," goda Andri kepada kakak iparnya itu."Kau ini bicara apa? Tidak ada gunanya memiliki semua kesempurnaan itu, jika dia tidak pernah bisa menghargai hati perempuan."Wajah Mona langsung berubah, terlihat sekali kesedihan dari raut wajahnya. Andri merasa menyesal karena sudah mengatakan hal itu kepada kakak iparnya. Sebuah candaan yang mungkin membuat Mona merasakan kembali kesedihan. Sang kakak memang selalu sibuk dengan bisnis keluarga, sampai lupa untuk pulang. Terkadang Andri juga merasa bersalah dalam hal ini, karena dia yang tidak pernah mau membantu bisnis keluarga. Andri menyerahkan semuanya kepada sang kakak, padahal dia sendiri tahu jika lelaki itu baru saja menikah dan memiliki keluarga sendiri."Maaf ya Kak, jika kata-kataku membuat Kakak sedih," ucap Andri dengan penuh penyesalan."Tidak apa, hari-hariku memang selalu penuh kesedihan Ndri. Jadi jangan meminta maaf seperti itu. Oh iya, aku dengar kau bekerja sebagai model. Kenapa memilih bidang seperti itu?" Tanya Mona pada lelaki itu.Andri tersenyum, "Iya karena aku memang lebih menyukai pekerjaan yang bebas Kak. Belum lagi jika di sana, begitu banyak wanita cantik hahaha..""Oh jadi begitu, pantas saja kau memikirkan sekali penampilanmu. Jadi kau ingin menarik perhatian mereka? Dasar lelaki."Mona langsung duduk setelah menggoda adik iparnya itu. Namun sebuah pemandangan hampir membuat Andri tersedak nasi yang baru saja dia kunyah. Wanita itu tanpa sengaja memperlihatkan sedikit dari bagian dadanya tepat dihadapan sang adik ipar.Sialan! Godaan apa lagi ini? Please kak Mona, kau bisa membuat kesabaran ini habis.Andri langsung melahap nasi untuk memenuhi mulutnya, dia tidak ingin sampai berpikiran jorok. Namun entah mengapa wanita itu seolah terus saja memancingnya, walaupun mungkin tidak disengaja.Mereka makan dengan lahap, bahkan tanpa ada pembicaraan sedikitpun. Obrolan demi obrolan terus Andri dan Mona lakukan. Bahkan untuk menemani sang kakak ipar di sana, Andri mengajak Mona untuk berkebun. Mereka membersihkan taman belakang, lalu menanam ulang bunga yang tidak terawat.Waktu terus berjalan, tidak terasa jika malam telah tiba. Andri yang kelelahan tertidur di sofa, sedangkan Mona sibuk di dapur untuk memasak makan malam. Ketika wanita itu hendak mengajak Andri makan, dia melihatnya sudah tertidur di tengah rumah.Entah mengapa, wajah lelaki itu terlihat sangat menggemaskan. Wajahnya yang putih, bibirnya yang tebal namun seksi, membuat Mona ingin sekali mencubitnya. Andai saja jika sang suami yang berada di posisi seperti ini, mungkin dia akan mencium lalu memeluknya. Mereka akan menghabiskan waktu bersama hingga pagi. Menghidupkan malam yang dingin ini dengan kehangatan di atas ranjang."Astaga Mona, kenapa pikiranmu kotor seperti itu? Dia ini adik iparmu, bukan suami. Tapi jika dipikir-pikir, bagus juga jika dia jadi selingkuhan ku. Arghh sudahlah, pikiranmu sudah sangat kotor!"Ketika wanita itu hendak kembali ke dapur, suara Andri membuatnya kembali terdiam. Lelaki itu tengah mengigau, bahkan menyebut-nyebut nama kakak iparnya. Seketika Mona bingung, apa yang sedang lelaki itu mimpikan?"Mona... Terus seperti itu iya..""Mona...""Cantik sekali wajahmu malam ini..."Ingin sekali Mona tertawa, mendengar celotehan Andri ketika sedang mengigau. Mungkin dia sedang memimpikan hal yang lucu, tapi Mona tidak tahu itu apa.Wanita itu kembali berjalan menghampiri sang adik ipar, menyentuh kepalanya. Bahkan tanpa sadar Mona mengusap rambut yang halus itu."Lucu sekali kau Andri.." gumam wanita itu pelan.Karena meras ada sesuatu yang menggerayami kepalanya, lelaki itu pun terbangun. Dia terkejut karena melihat sang kakak ipar sudah duduk di sampingnya, bahkan Mona dengan santai mengusap kepalanya."Eh.. sudah bangun rupanya. Mimpi apa kau ini Ndri? Lucu sekali, karena sampai menyebut namaku.""Hah, aku menyebut nama Kakak?""Lebam? Kau yakin jika itu ulah Kakakmu?"Kania menatap serius pada putra bungsunya itu, dia memastikan jika ini bukanlah bualan yang dibuat oleh Andri. Kania hanya khawatir, jika menantunya itu membuat sebuah fitnah, agar Raka semakin terpojokkan. Memanfaatkan kepolosan Andri sebagai jalan. Benar-benar wanita licik yang hanya mementingkan harta dan kedudukan."Bu, bisa saja lelaki itu marah dan melampiaskan semuanya amarahnya pada kak Mona. Bukanlah Ibu lihat? Bagaimana Kakak begitu kesalnya mendengar kedudukan yang selama ini dia miliki, Ibu berikan padaku. Lelaki itu memiliki temperamen yang buruk," ucap Andri pada sang Ibu."Iya aku memang melihat tempramen lelaki itu berbeda dari sebelumnya, iya mungkin karena keadaan yang dia rasakan saat ini. Namun apapun itu, kau tidak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga Kakakmu. Biarkan saja meraka mengurus masalah mereka masing-masing Andri," ucap Kania pada putranya itu.Andri bingung harus berkata apa lagi, dia seolah dibatasi ten
"Sialan!"Andri mengumpat kesal, dengan wajah paniknya. Bukan hanya lelaki itu saja, tetapi Mona juga. Kedua orang yang sudah ketahuan basah tengah bercinta di ruangan terbuka itu, tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka saling menatap, sembari memperbaiki penampilan yang acak-acakan. Mona benar-benar bingung, bagaimana jika kejadian ini sampai kepada suami dan mertuanya?!"Apa yang kau lihat? Pergi sana!"Lelaki itu membentak wanita paruh baya yang sejak tadi masih berdiri kaku memandang dirinya. Itu adalah bi Mina, pembantu yang sudah bekerja bersama keluarganya 20 tahun. Dia sangat syok, melihat pemandangan yang tidak menyenangkan seperti ini. Namun apapun itu, dia tidak bisa menegur bahkan menasehati majikan kesayangannya itu."Maafkan Bibi, permisi..."Bi Mina pergi meninggalkan kedua pasangan yang masih terengah-engah itu, berusaha tidak ikut campur tentang apa yang terjadi. Sementara Mona sibuk mencari cara, agar hal buruk tidak menimpanya."Andri bagaimana ini? Dia pasti mengadu
"Office boy??"Mona membulatkan matanya, mendengar cerita dari suaminya itu. Mertua yang begitu dia hormati, mulai bertindak diluar nalar terhadap Raka, setelah kejadian yang menimpanya beberapa waktu yang lalu. Satu kesalahan lelaki itu lakukan, namun Kania membalasnya dengan banyak hal yang cukup mengejutkan. Dari mulai mencabut jabatan, hingga kehidupan mewah yang selama ini Raka rasakan. Mona pun ikut terjerat dalam situasi ini, karena dia adalah istrinya. Walaupun sang ibu mertua tidak menyalahkan dia atas apapun, tetap saja Mona merasa ikut terpojokkan sekarang ini.Sekarang, sebuah pekerjaan baru Raka lakoni. Posisi yang tidak pernah dia bayangkan seumur hidupnya. Bagaimana nanti orang-orang akan menilai dirinya? Jika seorang bos besar seperti dirinya, kini tak memiliki kekuasaan apapun. "Aku tidak habis pikir, bagaimana bisa wanita tua itu memberiku pekerjaan yang sangat rendah seperti itu. Apa anak sialan itu yang meminta Ibu melakukannya?!" Gerutu Raka pada sang istri.Mona
"Jadi kau memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan pusat?"Kania menatap serius wajah putra bungsunya itu, dia merasa kaget karena keputusan Andri yang mendadak seperti ini. Setelah menaklukkan perusahaan yang dia rebut dari kakaknya, dia menginginkan perusahaan pusat yang ibu nya kuasai. Karena dengan begitu, Andri bisa leluasa mengawasi Mona dari kakaknya yang brengsek itu. Dia juga sedang menyiapkan rencana yang akan merusak rumah tangga Mona dan sang suami. Setelah itu dia akan memiliki wanita yang sangat dia cintai itu."Memangnya aku tidak boleh ikut bergabung dengan perusahaan kesayangan ibu itu? Bukankah aku juga anak kesayangan Ibu?" tanya Andri dengan senyuman kecil diwajahnya.Kania tertawa mendengar ucapan lelaki itu. Sejak kapan dia bersikap manis seperti ini? Karena sejak awal Andri tidak pernah tertarik sedikitpun dengan yang namanya dunia bisnis. Dia bahkan selalu marah jika disangkut pautkan dengan hal seperti itu. Namun sekarang? Lelaki itu sangat terobsesi, seol
"Apa yang terjadi dengan wajahmu? Siapa yang melakukan semua ini Mona?!"Andri dibuat syok dengan keadaan wajah Mona yang penuh dengan memar. Setelah cukup jauh diperjalanan dan menahan perasaan rindu, lelaki ini malah dibuat syok setengah mati. Wanita yang dia cintai penuh dengan luka lebam, bahkan raut wajahnya penuh dengan rasa takut. "Raka, dia menyiksaku setiap hari Andri."Mata lelaki itu semakin membulat sempurna, ketika tahu sang kakak lah yang melakukan semua ini pada kekasihnya Mona. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan, dan benar-benar tidak bisa termaafkan. Emosi lelaki itu jelas memuncak, mengetahui wanita yang sangat dia cintai di perlakukan seperti ini. "Lelaki sialan! Berani sekali dia berbuat seperti ini padamu. Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal hah? Kenapa kau biarkan Kakakku menyiksamu seperti ini?!"Hati Andri rasanya remuk, hancur, tak berbentuk. Dia tidak bisa berkata-kata lagi dengan kondisi yang sedang Mona alami sekarang. Ini mungkin jawaban dari semu
"Kau senang melihat suamimu hancur? Bukankah ini yang kau tunggu-tunggu selama ini Mona?"Sudah hampir sebulan Raka tidak kembali ke perusahaan itu, mengurus bisnis keluarga yang dulu dia jalani setiap harinya. Kini lelaki itu sudah menganggur, tak diperlukan lagi oleh ibunya. Setiap Minggu dia hanya mendapat jatah uang dari Kania, untuk hidup sehari-hari. Uang di dalam tabungannya tidak cukup banyak, karena dia berikan pada wanita selingkuhannya. Namun hubungan mereka benar-benar berakhir, karena Raka tak memiliki apapun lagi. Andri adalah orang paling penting di perusahaan sekarang, dan semua orang menghormatinya. Raka merasa iri sekali."Kau bicara apa? Apa kehadiranku disini tidak cukup untuk membuktikan apapun Raka?"Mona menahan amarahnya, dengan menusuk roti di atas piring itu dengan garpu. Selama Raka berada dirumah, dia tidak bisa melakukan apapun kecuali melayani lelaki itu. Mona juga harus menahan rasa rindunya pada sang kekasih karena lelaki ini. Andri, entah kapan mereka