"Eh.. sudah bangun rupanya. Mimpi apa kau ini Ndri? Lucu sekali, karena sampai menyebut namaku."
"Hah, aku menyebut nama Kakak?"Seketika Andri bingung harus menjawab apa, terlebih karena dia sudah memimpikan sebuah hal mesum yang tidak pantas untuk di bicarakan. Miliknya bahkan sampai bangun, ketika mengingat secara detail mimpi yang baru saja dia alami.Bagaimana Andri bisa bermimpi seperti itu? Bercinta dengan wanita yang tak lain adalah kakak iparnya sendiri. Ini bukanlah hal baik, Andri harus membuang pikrian kotor itu jauh-jauh. Mungkin karena seharian bersama dengan wanita cantik itu, pikriannya mulai tak karuan."Andri, kau kenapa?" Tanya Mona. Wanita cantik itu kebingungan karena melihat adik iparnya melamun seperti itu. Apa yang sedang Andri pikirkan? Membuat dia semakin penasaran saja."Eh maaf Kak, kepalaku masih pusing. Oh iya jam berapa ini? Sepertinya aku harus segera pulang," ucap lelaki itu. Andri seolah sedang menghindari pembicaraan dengan kakak iparnya itu.Mona menatap ke arah jam dinding, ini masih belum terlalu larut. Dia tahu betul jika Andri sedang mengalihkan pembicaraan mereka, lucu sekali.Sebuah ide konyol Mona pikirkan, bagaimana jika dia menggoda adik iparnya itu. Ini tentang mimpi, bukan godaan yang lain. Lagi pula dia juga sangat penasaran, tentang namanya yang terus saja dipanggil tanpa henti."Apa kau sedang menghindari pembicaraan kita Andri? Wah, kau berani sekali seperti itu pada kakak iparmu," ucap Mona dengan wajah kesalnya.Andri yang merasa bersalah, langsung bangkit dari tempatnya duduk. Dia menatap kakak iparnya itu dengan perasaan bersalah. Lelaki ini memang sangatlah polos, baru saja di goda seperti itu malah berpikiran serius. Andri merasa jika Mona sedang kesal, bahkan marah padanya. Padahal wanita itu biasa saja, tidak menyimpan kemarahan apapun."Bukan begitu Kak, aku hanya malu jika menceritakan mimpi itu padamu," ucap Andri kepada kakak iparnya itu.Mona tertawa kecil, "Oh aku tahu. Kau pasti sedang bermimpi basah, kan? Hayo mengaku saja. Berani sekali bermimpi seperti itu tentang kakak iparmu."Andri semakin bingung saja harus berbuat apa, terlebih ketika Mona langsung menebaknya seperti itu. Dia pandai sekali membaca pikiran si adik ipar, hanya dengan satu tebakan saja.Andri menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia hanya sedang memikirkan kata-kata yang akan dia ucapkan kepada kakak iparnya itu. Mona bisa saja marah jika Andri mengatakan apa yang sudah dia mimpikan itu. Ketika keduanya saling beradu gairah hingga membuat Andri mengigau seperti tadi. Atau mungkin Mona malah tertawa ketika mendengar cerita yang mungkin bisa menjadi sangat lucu."Ehh tidak Kak! Mana mungkin aku berani bermimpi seperti itu tentang kakak ipar ku sendiri," sangkal Andri.Semakin dilihat, adik iparnya itu semakin menggemaskan saja. Mona sampai mengusap kepala Andri perlahan, memandangnya dengan senyuman yang indah. Hal yang membuat jantung lelaki itu berdebar kencang. Begitu cantiknya Mona dari jarak sedekat ini. Sebuah khayalan pun kembali datang di pikiran Andri.Lelaki itu membayangkan jika Mona tengah membelai wajahnya yang tampan, sedangkan dia pun ikut membelai pundak mulus itu dengan penuh gairah. Keduanya saling menatap satu sama lain, sampai akhirnya berciuman. Hembusan nafas Mona semakin lama membuat Andri kian bergairah, mereka saling menindih satu sama lain."Andri..""Andri..."Plok plok!Wanita itu menepuk-nepuk wajah Andri untuk membuatnya sadar. Dan ilusi lelaki itupun hilang dalam sekejap."Hey Andri? Kau melamun lagi?!"Tanya Mona kepada adik iparnya itu.Andri mengusap wajahnya, dia harus sadar dari lamunan yang kotor itu. Akhir-akhir ini Andri selalu saja bermimpi basah, bahkan tanpa sebab yang jelas. Mungkin ini sudah masuk ke dalam fase dewasa, ketika dia memang sudah seharusnya untuk menikah. Namun karena tidak ada waktu untuk berkencan ataupun berkenalan dengan seorang wanita, hanya Mona yang selalu muncul di dalam pikirannya. Wanita yang dulu sempat dia sukai, namun sudah menikah dengan sang kakak."Maafkan aku Kak, sepertinya ini efek mengantuk hehehe," ucap Andri dengan senyuman diwajahnya.Senyuman Andri sangatlah manis, Mona sampai terkesima melihatnya. Jika saja yang ada dihadapannya itu adalah sang suami Raka, mungkin Mona akan langsung mencubitnya. Bahkan wanita cantik itu bisa saja mencium, lalu membuat momen panas diantara keduanya. Namun sayang, ini adalah Andri bukan Raka.Apa yang kau pikirkan Mona? Terlalu lama sendirian, membuat pikiran kotormu muncul. Dia itu Andri, bukan Raka. Dia tidak mungkin bisa membuat dirimu merasakan kehangatan, tidak mungkin bisa. Sadarlah Mona!Mona terlihat sangat resah. Sebagai seorang wanita yang normal, dia juga ingin merasakan kehangatan seorang lelaki. Namun karena ketidakadaan sang suami di sisinya, dia harus menahan itu semua."Ah sudahlah! Lebih baik kita makan saja. Ayo Ndri, kita makan malam sebelum kau pulang."Mona pun berdiri dari tempatnya duduk, berusaha untuk melupakan semua kegelisahan yang sempat menghampiri dirinya. Dia tidak boleh sampai goyah karena hal itu, apalagi ketika sekarang tengah ada seorang lelaki di dalam rumahnya.Andri pun melakukan hal yang sama, dia tidak ingin larut dalam hal mesum yang selalu saja dia pikirkan. Apalagi ketika sedang berhadapan dengan wanita secantik Mona, siapa saja pasti akan langsung bergairah."Makanlah yang banyak, jangan diet atau macam-macam lagi. Kau itu sudah sempurna Andri," ucap Mona sembari menuangkan nasi ke piring adik iparnya."Kakak juga ya, jangan diambil pusing dengan situasi yang Kakak hadapi sekarang. Berpikirlah positif, Kak Raka bekerja untuk kalian berdua. Jadi jangan sampai hal itu, membuat hubungan kalian retak."Andri mencoba untuk membuat Mona tidak terlalu memikirkan hal buruk yang dilakukan suaminya di sana. Terlebih karena mereka harus berhubungan jauh seperti ini. Siapa saja pasti akan langsung curiga ketika ditinggal jauh oleh suaminya bekerja. Terlebih karena mata lelaki itu setajam elang, mereka bisa dengan mudah menemukan mangsa dimana pun mereka berada."Iya tidak negatif bagaimana jika dia pulang sebulan sekali. Bahkan untuk bercinta saja tidak pernah ada waktu. Astaga! Kenapa aku harus membahas hal ini bersama dengan dirimu. Maafkan aku Andri."Mona merasa jika hal seperti ini tidak pantas untuk dia bicarakan dengan adik iparnya itu. Jadi lebih baik diam daripada semua semakin bertambah panas. Namun Andri yang menyadari jika Mona tengah merasa begitu tertekan, langsung berjalan menghampirinya. Dia memeluk wanita cantik itu dari belakang, dengan harapan Mona akan sedikit baikan.Andri tidak akan membuat wanita yang sempat dia cintai itu merasakan penderitaan, bahkan oleh kakaknya sendiri. Sebisa mungkin, Andri akan membuat sang kakak ipar bahagia. Walaupun mungkin dengan cara seperti ini."Kau itu terlalu cantik untuk menderita, jadi bagaimana jika kita bersenang-senang?""Bersenang-senang apa Ndri?""Kau itu terlalu cantik untuk menderita, jadi bagaimana jika kita bersenang-senang?""Bersenang-senang apa Ndri?"Otak wanita cantik itu langsung berkeliaran kemana-mana. Mungkin karena mendengar kata bersenang-senang langsung dari mulutnya. Padahal mungkin, kata bersenang-senang yang di ucapkan oleh Andri, berati hal lain.Pelukan itu sangat hangat, hingga membuat Mona merasakan kenyamanan. Dia menatap sang adik ipar, dalam sekali. Sedangkan Andri hanya tersenyum, dengan pelukan yang masih begitu erat."Apa yang sedang Kakak pikirkan? Wajah kak Mona merah seperti itu," bisik Andri. Mona memang sedang membayangkan yang tidak-tidak. Terlebih ketika pelukan yang dia rasakan begitu dalam sekali. Sebuah benda asing pun kian wanita itu rasakan, hangat dan sedikit menonjol."Aku tidak memikirkan apapun, wajahku merah karena gerah!" Tegas Mona pada adik iparnya itu."Bohong, Kakak pasti sedang memikirkan yang tidak-tidak. Aku tahu itu loh kak Mona.."Andri senang sekali menggoda kakak iparn
"Kau yakin wanita itu akan datang kemari?"Seorang wanita paruh baya sedang makan dengan lahapnya, dia terlihat begitu sibuk dengan notepad yang ada atas meja makan itu. Kania. Dia adalah ibu dari Andri dan juga Raka, mertua Mona. Wanita paruh baya itu memang jarang sekali terlihat di rumah, dia selalu sibuk dengan pekerjaan kantor yang begitu menumpuk. Seperti hari ini, rencananya untuk libur harus gagal karena rapat dadakan di kantor. Padahal menantunya sendiri akan datang dengan maksud yang baik, Mona ingin bertemu dengan ibu dari lelaki yang dia cintai."Iya, Mona akan datang kemari. Tidak bisakah Ibu libur hari ini saja? Kak Mona begitu kesepian di rumah, jadi dia aku ajak main kemari saja."Andri memang bermaksud baik, dia ingin membuat kakak iparnya itu bahagia. Di hari-harinya yang penuh dengan perasaan sepi, setidaknya wanita itu akan merasa terhibur di sini. Bertemu dengan mertua, dan juga adik iparnya. Namun sayang, Kania adalah tipikal orang yang sibuk. Dia sangat menyuka
“Lupakan saja lelaki brengsek itu! Kau hanya akan sedih jika terus mencintainya!”Sebuah kata-kata yang membuat Mona membulatkan matanya. Dia menatap sang adik kakak yang terlihat penuh dengan amarah. Apa yang terjadi dengan lelaki itu? Kenapa Andri tiba-tiba berbicara seperti itu padanya?Dia meminta Mona untuk melupakan Raka, sang suami. Padahal selama ini, Andri sendiri yang berusaha untuk berpikir positif pada kakaknya itu. Raka sibuk bekerja di sana, sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya sendiri. Hal yang begitu dipercaya oleh Andri.Namun sekarang kenapa cara berpikirnya tiba-tiba berubah? “Kenapa kau berbicara seperti itu Andri? Dia itu Kakakmu, kau tidak boleh berbicara hal yang buruk tentangnya. Bukankah kau sendiri tahu jika Raka sangat sibuk dengan pekerjaannya? Jadi aku akan sangat mengerti.”Mona berusaha untuk selalu berpikiran positif, walaupun pada kenyataan hatinya merasa risau. Dia hanya ingin pernikahannya dengan lelaki yang begitu dia cintai
Tubuh Mona terasa begitu gelisah. Ciuman yang dilakukan oleh adik iparnya itu berhasil membuat birahinya naik. Dia tidak tahan lagi, terlebih karena Mona sudah lama tidak mendapatkan sentuhan dari sang suami. Lelaki itu berhasil mengisi kesepian di dalam hatinya, hingga membangkitkan gairah yang selalu wanita itu tahan setiap saat.Ciuman yang semakin membara itu terhenti oleh dorongan yang dilakukan Mona. Membuat Andri menatap kakak iparnya dengan penuh kebingungan. Kenapa wanita itu menghentikan ciuman mereka? Apakah Mona merasa menyesal?"Ada apa?" Tanya Andri pada kakak iparnya itu."Ini terlalu berlebihan. Lebih baik kita hentikan saja Andri," ucap wanita itu.Mona berusaha untuk lepas dari dekapan lelaki itu, namun Andri menahannya. Dia sudah terpancing nafsunya oleh Mona, tapi wanita itu malah meminta untuk berhenti. Rasanya tanggung sekali, apalagi milik Andri sudah menegang seperti ini."Aku tidak ingin menghentikan permainan ini. Kau yang sudah memulai semuanya Kak, jadi jan
"Eh Mona, kau masih di rumah ternyata. Aku pikir kau sudah pulang," ucap wanita paruh baya itu.Kania baru saja pulang dari kantor, dia langsung duduk di samping Mona yang saat itu tengah menonton televisi. Andri memang belum sempat mengantarkan wanita itu pulang, karena tubuhnya yang terasa lemas. Mereka sudah melakukan perbuatan menyenangkan itu beberapa kali. Padahal sebelumnya Mona sempat menolak, bahkan munafik. Wanita itu penuh dengan gairah, dia terus meminta Andri untuk melayaninya. Sekarang lelaki itu kewalahan, kedua kakinya gemetar dan lemas, belum lagi wajahnya yang lesu tak bertenaga."Belum Bu. Tadi diluar hujan, jadi sembari menunggu Ibu pulang aku main dulu saja."Wanita itu tersenyum manis, dia meneguk teh yang ada di atas meja. Mona bahkan sempat menawarkan minuman itu pada sang mertua, namun Kania menolaknya."Bagaimana Raka, apa dia sering menelpon? Ibu dengar, pekerjaannya sudah tidak terlalu sibuk. Mungkin dia bisa pulang lebih sering," ucap wanita paruh baya it
"Kau? Kenapa kalian bisa bersama malam-malam begini?"Suara Raka terdengar sangat marah, dia merasa sangat curiga ketika adik dan juga istrinya berada di tempat yang sama. Apalagi sekarang waktu sudah memasuki malam hari, orang-orang seharusnya tidur bukan malah berduaan seperti itu. Andri sepertinya sudah salah langkah, dia terlalu kesal karena mendengar suara kakaknya berbicara dengan nada tinggi. Lelaki itu memarahi wanita yang sangat dia cintai saat ini."Apa yang harus aku katakan?" Bisik Andri sembari menjauhkan ponselnya.Mona menggelengkan kepalanya, "Mana aku tahu. Oh iya, bilang saja jika kau baru mengantarku pulang.""Oh, ok ok!" Sahut Andri cepat.Lelaki itu kembali mendekatkan ponselnya ke arah telinga, lalu menjawab pertanyaan sang kakak yang sejak tadi terus saja mengoceh tanpa henti. Hati lelaki itu merasa penuh curiga, dengan kedekatan Andri dan juga Mona."Andri?! Apa kau tidak mendengarkan Kakakmu bicara!" Bentak Raka dari dalam telpon."Sinyalnya sedang jelek Kak
"Arghh... Andri jangan lakukan itu!""Ahh..."Suara desahan terus saja keluar tanpa henti, walaupun Mona berusaha untuk menahannya. Lelaki tampan bertubuh kekar itu, begitu lihai memainkan klitoris yang basah dan berlendir. Bagi sebagian orang memang sangat menjijikan. Namun untuk Andri, ini adalah rasa ternikmat yang mampu membangkitkan gairahnya.Wanita itu sudah mengalami klimaks berkali-kali, namun Andri tetap merasa tidak cukup. Dia kembali menghujani kakak iparnya dengan jilatan dan lumayan yang cepat, mematikan. Bahkan tak sungkan, dua buah jari masuk ke dalam sana untuk mengocoknya."Andri cukup! Arghhh..."Tubuh Mona bergetar karena tidak kuat lagi menahan nikmat. Andri pun melepaskannya, kemudian membuka celana yang sejak tadi terasa begitu sesak. Benda panjang dan cukup besar itu sudah mulai mengeras, bahkan tak sabar untuk segera keluar. Haus akan kehangatan yang baru saja dia rasakan beberapa saat yang lalu.Lengan berurat itu meminta Mona untuk memegang miliknya terlebih
"Ahhh.. mghhh... yes baby! Faster!""Fuck! Ahh... Ahh.. ahh..."Suara desahan yang memilukan keluar dari speaker ponsel. Seolah menunjukan betapa nikmat dan kasarnya permainan yang tengah mereka lakukan. Seorang wanita tanpa busana terlihat serius menatapnya, mata indah itu seolah tak berkedip dengan pemandangan yang dia lihat. Pikiran dia bahkan tengah kemana-mana, membayangkan dirinya berada di posisi tersebut. Untung saja di rumah tidak ada siapapun lagi kecuali dirinya, karena jika tidak akan sangat memalukan.Mona. Sejak kapan dia jadi budak seks seperti ini? Ketika dirinya begitu haus akan sentuhan laki-laki. Padahal wanita ini sudah berusaha sangat keras, untuk menahan gairah yang senantiasa muncul. Namun kedatangan Andri di dalam hidupnya, membuat Mona tidak bisa menahan diri. Lelaki itu mampu membuat gejolak yang selama ini dia tahan muncul dengan brutal."Aishh.. aku benar-benar masih ingin melakukannya. Andri, kenapa dia masih belum datang juga? Bukankah kemarin lelaki itu