Share

Bab 2. Sah

Author: ZeeHyung
last update Last Updated: 2025-08-04 18:36:54

" Yakin, apa itu." Rossa penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Darren padanya.

"Baiklah, saya akan katakan syaratnya. Syaratnya, sangat mudah kamu tidak boleh berharap apapun dariku. Cinta dan yang lainnya. Saya hanya kasih kamu nafkah saja tidak batin. Karena saya tidak bisa mengkhianati Rissa dan jangan akui saya sebagai suamimu di kampus. Anggap saja kita tidak kenal satu sama lain dan jaga sikapmu jika berpapasan dengan saya. Di mana pun kamu dan saya bertemu. Apa kamu paham?" tanya Darren dengan tatapan mata yang tajam.

Aura Darren benar-benar berbeda. Kalau dulu Darren masih lembut wajahnya, sikapnya tapi kini menakutkan. Rossa pun mau tidak mau menerimanya karena sudah terlanjur juga dia menerima perjodohan ini.

"Baik. Aku juga tidak menginginkan itu. Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, kita sudahi. Permisi," ucap Rossa yang berdiri dan meninggalkan Darren.

Darren tidak menjawab apa yang Rossa katakan Dia memilih diam duduk tanpa sedikitpun masuk ke dalam restoran.

Darren menatap langit dengan tatapan yang sulit di tebak. Ada rasa sedih di hati Darren harus menduakan istrinya. Darren akhirnya berdiri dan berjalan masuk ke restoran. Dari luar Darren mendengar kedua orang tuanya dan mertuanya membicarakan masalah pernikahan mereka.

Dan seminggu kemudian Darren dan Rossa resmi menikah. Mereka kini menjadi pasangan suami istri. Air mata Rossa mengalir dengan deras. Rossa tidak menyangka kalau dirinya menikahi kakak iparnya sendiri.

"Saya terima nikah dan kawinnya Rossa Bayuni Binti Aziz Rustam dengan mas kawin seperangkat alat solat dan uang 2 miliar rupiah dan berlian 30 karat dibayar tunai."

"Bagaimana saksi? Sah?" tanya pak Penghulu kepada para saksi.

"Sah."

"Sah."

"Alhamdulillah," sahut Pak penghulu dan para kerabat.

Dari dalam kamar terdengar ijab kabul yang Darren ucapkan. Nyonya Mala terharu anaknya sudah menjadi istri.

"Selamat, Sayang. Kamu sudah menjadi istri Mas Darren Wijaya. Jadilah, istri yang baik untuknya, ya," ucap Nyonya Mala kepada Rossa yang saat ini masih di kamar dan merenungi nasibnya setelah menjadi istri Darren Wijaya.

"Dan dia bukan lagi Abang iparmu dia suamimu jadi Mama harap hormati dia. Mama tahu kalian memang kurang dekat dan belum memahami satu sama lain dan belum ada cinta diantara kalian tapi Mama berdoa agar kalian bisa menemukan cinta yang sebenarnya."

" Karena Mama yakin Mas Darren akan menjadi suamimu yang akan mencintaimu lebih dari apapun dan dia akan menempatkanmu di hatinya dan menerimamu sepenuhnya tanpa memikirkan mendiang dari istrinya. Bukannya Mama ingin Darren melupakan kakakmu. Tapi, Mama hanya ingin saat ini kamu menjadi istri satu-satunya untuk Darren," ucap Nyonya Mala kepada Rossa.

Rossa hanya bisa menangis mendengar doa dari ibunya. Lain cerita kalau dia menikah dengan orang yang dicintai pasti dia akan bahagia dan tangisannya saat ini adalah tangisan bahagia. Tapi sekarang tangisannya adalah tangisan yang campur aduk.

Tidak bisa Rossa gambarkan bagaimana tangisannya saat ini dan dia hanya mengganggukan kepala. Tidak ada pesta mewah atau pesta impian para gadis saat menikah. Saat ini Rossa memikirkan sang kekasih yang sangat dia cintai. Apa yang akan dia katakan kepada kekasihnya nanti.

Rossa bingung dan mungkin ia akan dibenci oleh sang kekasih. Rossa hanya bisa pasrah dan mengikuti kemauan dari kedua orang tuanya. Selesai acara ijab kabul Rossa dibawa keluar dan menemui Darren. Pria yang baru saja menjadi suaminya. Dan pria itu terlihat sangat datar, dingin hingga membuat Rossa hanya bisa menundukkan kepala.

Perlahan air matanya mengalir kembali tanpa bisa dia cegah. Semua prosesi pernikahan sudah selesai Rossa ikuti. Sekarang, Rossa mengikuti suaminya kembali ke rumah sang suami. Sebelum pulang Rossa memeluk kedua orang tuanya. Rossa menangis sejadinya karena harus berpisah dari orang tuanya.

"Mama, maafkan aku jika selama ini aku banyak salah kepada Mama. Aku akan menjadi istri yang penurut dan aku akan berusaha menjadi istri yang baik," ucap Rossa dengan suara yang lirih dan juga air mata yang terus mengalir di kedua pipinya.

Mata Rossa sudah bengkak karena sedari tadi dirinya menangis. Nyonya Mala menghapus air mata Rossa. Anak bungsunya sekarang sudah menjadi istri orang.Rossa berjanji tidak lagi manja, dia akan menjadi istri yang baik untuk Darren.

"Kamu akan menemukan kebahagiaanmu dan dia. Maafkan Mama sayang karena sudah memaksamu untuk menikahi Derren. Tapi, kamu harus tahu yang Mama dan Papa tidak akan salah memilih orang dia akan jadi pelindungmu menggantikan kami. Dan dimanapun kamu berada kami selalu ada di hatimu," ucap Nyonya Mala yang mencium pipi anaknya Rossa dengan penuh kasih sayang.

Rossa semakin terharu dengan perkataan ibunya. Tidak ketinggalan Rossa berpamitan dengan ayahnya. Berat rasanya Rossa meninggalkan kedua orang tuanya, namun semua sudah jalan kehidupannya jadi dia harus terima.

"Jaga dirimu, Papa sayang kamu, nak ingat itu," ucap sang ayah yang berat melepaskan putri kecilnya.

Rossa hanya menganggukkan kepala dan memeluk pria tuanya dengan erat ada rasa enggan untuk melepaskan ayahnya itu.

Pria yang disebut dengan suaminya barunya hanya menatap Rossa dengan tatapan biasa saja, tidak ada sedikitpun senyuman di wajah Darren. Selesai berpamitan Rossa bergegas mendekati Darren.

Rossa yakin kalau Darren pasti sudah lama menunggu dirinya. Rossa naik ke mobil Derren. Sedangkan mobil kedua mertuanya sudah lebih dulu meninggalkan rumahnya. Darren segera melajukan mobil tidak ada pembicaraan sama sekali diantara keduanya.

Rossa melihat rumah yang dia tempati dari kecil menjauh dan kini rumah tersebut akan jarang dia tempat.

"Jangan terlalu banyak drama, aku tidak suka dengan wanita yang lemah dan cengeng. Dan satu hal lagi kamu jangan mengatakan kalau kamu itu istriku. Aku tahu kamu kuliah di kampus yang sama di tempat aku mengajar. Aku harap kamu merahasiakan status kita. Kamu mengerti dan itu syaratnya yang sudah aku berikan kepadamu malam itu. Jadi turuti semuanya, mengerti?" tanya Darren dengan suara khasnya.

Mendengar peringatan dari Darren Rossa tidak menjawabnya. Dia memilih memalingkan wajahnya ke tempat lain. Rossa lebih memilih untuk tidak membahas perjanjian antara dirinya dan juga Darren.

Tidak mendapat jawaban Rossa membuat Darren kesal dan dia melajukan mobil dengan cukup kencang. Rossa yang melihat mobil melaju dengan cukup kencang hanya bisa pasrah jika mobil ini tabrakan paling dia meninggal dan itu lebih baik daripada harus seumur hidup bersama pria dingin dan arogan dan tak punya hati ini.

Sayangnya, mobil selamat sampai di tujuan. Sesampainya di rumah, Darren segera keluar dari mobil dan dia membanting pintu dengan cukup kencang.

Melihat sikap Darren yang semakin arogan membuat Rossa semakin tidak memperdulikan dia. Anggap saja dia akan hidup di rumah ini sebagai orang asing. Rossa segera keluar dari rumah dan semua para pelayan menyambutnya dan membawa barang-barang milik Rossa.

"Pak Yan, tunjukkan kamarnya yang sudah kalian siapkan jangan masukan dia ke kamarku, mengerti," teriak Darren kepada kepala pelayan untuk membawa Rossa ke kamar yang sudah disiapkan oleh para pelayan.

Rossa tidak akan tinggal satu kamar dengan Darren karena dia melarang istri barunya itu untuk satu kamar dengannya. Sebab, kamar yang dia tempati merupakan kamar yang penuh kenangan dengan istri yang terdahulu yang tidak lain kakak dari Rossa.

Mendengar perintah dari Darren, Pak Yan selaku kepala pelayan menganggukkan kepala. Dia akan mengikuti apa yang majikannya itu katakan.

Rossa yang mendengar jika dia tidak satu kamar dengan Darren tentu saja dirinya senang karena dia tidak perlu melayani Darren selayaknya suami.

"Nona Rossa, mari saya tunjukkan kamar Anda," ucap Pak Yan dengan sopan kepada Rossa sambil mengayunkan tangan ke arah tangga agar Rossa mengikutinya.

Rossa mengganggukan kepala dan tersenyum. Perlakuan Pak Yan masih baik padanya. Rossa juga tenang dia bisa bebas di kamarnya nanti.

Sesampainya di kamar, Rossa segera merapikan pakaiannya dan barang-barang yang dia bawa dari rumah segera dimasukkan ke dalam lemari.

Para pelayan yang ingin membantu dilarang oleh Rossa dia sudah terbiasa melakukannya sendiri. "Jangan Mbak, biar saya saja. Terima kasih," ucap Rossa dengan sopan.

Pelayan pun keluar kamar membiarkan Rossa sendirian di kamar barunya. Rossa melihat kamar barunya yang cukup bagus dan dia sangat senang bisa menepati kamar yang sangat bagus.

Dulu dia pernah sekali ke sini waktu acara 7 bulanan mendiang kakaknya setelah itu tidak pernah lagi sampailah saat ini dia menjadi penghuni tetap di rumah ini.

"Sepertinya, aku akan jadi penghuni tetap di rumah ini. Bukan hanya tetap, mungkin selamanya atau tidak," jawab Rossa yang melihat sekeliling kamar yang berwarna hijau muda.

Warna itu adalah warna kesukaan almarhumah kakaknya. Rossa segera mengganti pakaian dia tidak ingin berlama-lama memakai kebaya putih. Karena dirinya ingin bertemu dengan seseorang.

"Aku harus bertemu dengan dia. Aku yakin dia pasti menghubungiku sedari kemarin. Aku ingin menjelaskan kepadanya apa yang terjadi," gumam Rossa yang segera mengganti seluruh pakaiannya.

Make up dihapus dengan cepat, setelah itu Rossa memakai pakaian yang sangat sederhana. Pakaian yang biasa dia gunakan saat bertemu dengan sang kekasih.

Rossa akan menemui kekasih hatinya, fia akan mengatakan kalau hubungan mereka sudah tidak bisa lagi dilanjutkan karena dirinya sudah menikah dengan pria lain dan semua yang dia lakukan demi janjinya Rossa kepada ibunya. Kalau dia harus memutuskan hubungan dengan kekasihnya demi kebaikan bersama dan Rossa menurutinya.

Setelah selesai berpakaian Rossa mengambil tas selempang dan turun menuju pintu keluar. Tidak terlihat keberadaan dari Darren. Rossa segera memesan taksi online.

Setelah 15 menit menunggu, taksi online tiba dan Rossa bergegas naik ke taksi untuk bertemu dengan sang kekasih. Dari atas balkon Darren berdiri tegak menatap Rossa yang pergi begitu saja namun dia tidak memperdulikannya. Saat panggilan telepon masuk Darren langsung menjawabnya dan terdengarlah suara seseorang yang mengatakan sesuatu kepadanya.

"Baik, aku akan ke sana," jawab Darren yang segera turun dari rumah dengan raut wajahnya semakin datar dan dingin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 46. Diusir

    "Ah, tidak ada. Ayo pergi. Jam istirahat tinggal dikit lagi," ucap Rossa yang segera pergi meninggalkan Chiko. Chiko terpaku melihat Rossa pergi begitu saja meninggalkan dia dan karena penasaran Chiko melihat sekeliling untuk mencari siapa yang Rossa cari tadi. Tidak dapat mencari apa yang Rossa cari Chiko pun pergi menyusul Rossa. "Tuan, mereka sudah pergi," ucap Malik ke Darren yang bersembunyi di bawah kolong. Darren sembunyi karena Rossa memandang dia. Karena tidak mau ketahuan Darren sembunyi dan setelah tidak ada lagi barulah dia keluar. "Kenapa harus sembunyi sih?" tanya Mimi yang mulai menyantap makanannya dengan tenang. "Kamu tidak lihat dia memperhatikan kita. Dia tahu itu saya. Karena, kami sehati," jawab Darren. Mimi mendengar perkataan Darren membolakan matanya. "Sehati tapi curigaan. Menyebalkan," sahut Mimi. Darren mendengus kesal mendengar Mimi berkata seperti itu. Darren pun akhirnya ikut makan. Rasa lapar mulai terasa dan membuat Darren menghabisi makannya. B

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 45. Masa Bodoh

    "Monica, kenapa kamu di sini?" tanya Chiko ke Monica yang muncul di antara dirinya dan Rossa. Monica tertawa mendengar pertanyaan dari Chiko yang menanyakan kenapa dia di sini. "Tentu aku ke sini karena mau bertemu dengan Darren. Tapi, aku mau beli makanan untuk dia. Apa ada yang keberatan aku bertemu dengan dia?" tanya Monica melirik ke arah Rossa. Rossa mendengar Monica ingin melihat Darren menggelengkan kepala dan tersenyum. Rossa melanjutkan makannya dan tidak peduli dengan Monica. "Dia pikir aku akan cemburu gitu? Tidak sayang. Aku tidak cemburu." Rossa mencibir Monica yang terlalu banyak drama dan trik licik dan Rossa tidak peduli. "Oh, ya sudah sana. Kenapa di sini. Lagi pula Darren di kantornya. Bukan di sini," jawab Chiko. Monica masih melirik Rossa yang terlihat cuek dengan dia. Dan tidak memperdulikan dirinya. Hingga Monica kesal dengan Rossa. Chiko melirik ke arah Monica yang melirik ke arah Rossa. Dia heran kenapa Monica melihat Rossa seperti itu. Ada dendam di ked

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 44. Dia Arya

    Darren masih mencari siapa yang membuat Rossa ketakutan. Dia ingin tahu tapi tidak ada satupun yang mencurigakan di sini semuanya biasa saja. "Siapa yang kamu lihat. Kenapa mas tidak tahu siapa yang kamu lihat?" tanya Darren yang masih mencari orang tersebut. "Tuan, apa tuan yakin ada yang menakuti nona Rossa?" tanya Malik yang juga ikut melihat sekeliling siapa yang membuat tuannya cemas. "Aku yakin sekali. Mana mungkin aku tidak tahu. Raut wajahnya berubah kamu tidak lihat itu. Aku yakin ada yang mencoba untuk mengusik istriku, tapi siapa dia?" tanya Darren lagi. Darren tidak mungkin mendekati Rossa yang ada dia akan ketahuan lebih baik dia diam dan memperhatikan dari kejauhan. Darren terus mencari orangnya begitu juga dengan Malik dan Mimi yang melihat sekeliling siapa yang dimaksud oleh bos mereka. Darren melihat ke arah kanan dekat pintu dan ternyata ada pria duduk di meja dengan memakai topi dan masker terus memandang Rossa dengan lekat dan dia tidak sedikit pun berkedip ma

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 43. Menguntit

    "Kemana mereka. Ck, ini semua karena kalian. Bisa-bisanya mereka lolos begitu saja. Ayo kita cari dia. Kamu Mimi kurangilah bercanda. Kalau asisten saya terserang penyakit jantung bisa bahaya," ucap Darren ke Mimi. Mimi menggarukkan kepala dia merasa bersalah karena mengejutkan kekasihnya dan bosnya. Padahal, dia hanya memanggil saja. "Maafkan saya, bos. Ayo kita pergi. Bukannya mau memata-matai Caca. Nanti kelewat loh," sindir Mimi membuat Darren berdecih. "Hukum dia, Malik," ketus Darren membuat Mimi tersenyum kecil. Ketiganya segera pergi mencari di mana Rossa makan siang. Sebenarnya, Darren tidak mau mengikuti Rossa dan Chiko tapi dia tidak mau Chiko mencari kesempatan dengan istrinya itu. Lebih baik dia melihat sendiri apa yang Chiko lakukan pada istrinya. Darren mengirim pesan ke Rossa menanyakan keberadaan Rossa. Dan Rossa yang sudah di tempat makan sebelah kantornya menjawab keberadaannya. "Dia di sini. Ayo masuk tapi jangan sampai ketahuan. Ingat, kita menyamar saja. Ja

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 42. Kelakuan Mimi

    "Benar juga yang kamu katakan itu bagaimana kalau dia hanya menganggapmu biasa saja tapi Caca pandangannya pria itu berbeda. Pria memandang wanita yang dicintai itu dalam dan aku sudah merasa dari awal kita masuk ke sini kalau Mas Chiko menaruh hati denganmu kalau pria yang tidak mencintai kita pandangannya itu tidak seperti Mas Chiko memandangmu dan juga mas Chiko memperlakukanmu lebih dari yang pria lain lakukan. Maksudku pria yang tidak mencintai kita tidak terlalu berlebihan memperlakukan kita tapi aku lihat dia beda.""Tapi entahlah aku juga bingung jelasinnya. Kamu jadi pergi makan siang dengan dia? Tadi di mobil aku dengar suamimu mengatakan tidak boleh lebih dari 15 menit memangnya makan apa yang sampai 1 jam atau 2 jam?" tanya Mimi."Hah! Aku tidak tahu. Mungkin masakan yang mahal maksudku makanan yang dibuat sangat lama bisa sampai satu atau dua jam. Dan makannya hanya satu menit," jawab Rossa yang langsung keluar dari lift di susul Mimi. Rossa duduk di meja kerja dan mulai

  • Gairah Semalam Dengan Kakak Ipar    Bab 41. Menjaga Perasaan

    "Iya, Monica. Temanku katakan dia datang ke kantor dan menghasut yang lain untuk memusuhi aku. Karena aku dikatakan merebut kamu. Tidak bisakah kamu umumkan aku sebelum ulang tahun perusahaan, Mas?" tanya Rossa. Rossa meminta ke Darren untuk mengatakan ke karyawan di kantor kalau dia itu istrinya tanpa harus menunggu perayaan ulang tahun perusahaan. Rossa menatap sendu ke arah Darren berharap Darren akan mengabulkannya. Darren tidak menyangka kalau Monica berani menghasut karyawan di kantor miliknya. "Kamu jangan khawatir. Aku akan urus masalah ini. Tidak ada yang berani mengganggu kamu lagi. Aku pastikan mereka akan mendapatkan hukumannya. Dan untuk Monica akan aku pastikan dia tidak akan membuatmu mendapatkan masalah. Kamu jangan khawatir ya," jawab Darren menggenggam tangan Rossa. Rossa menganggukkan kepala pelan ke arah Darren dia yakin kalau suaminya bisa menyelesaikan ini. Dia gerah dengan bullyan dari rekan kerjanya. Hanya karena Monica iri padanya dia harus mendapatkan ge

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status