LOGIN"Perusahaan Papa sudah dijual sebelum kecelakaan tersebut terjadi dan aku baru tahu ternyata perusahaan Papa sudah tidak ada lagi dan hasil penjualan untuk membayar semua hutang-hutang yang menumpuk dan rumah yang kami tempati juga sudah disita oleh bank. Aku tidak tahu sejak kapan Papa berhutang," jawab Rossa dengan suara yang lirih.
Kini dia sudah benar-benar miskin tidak punya tempat tinggal kalaupun diusir oleh Nyonya Pingkan dan suaminya dia akan mencari rumah yang lebih kecil untuk dirinya sendiri dan uang yang selama ini dia simpan akan dia gunakan untuk kuliah dan kehidupan sehari-harinya. Mendengar perkataan dari Rossa tentu saja Nyonya Pingkan menangis dan langsung berdiri memeluk menantunya itu. "Kamu jangan sedih, Sayang. Ada Mama di sini kita akan membeli rumahmu itu. Mama yakin rumah itu pasti banyak kenangan untukmu. Papamu akan mengurusnya benar begitu, Pa?" tanya Nyonya Pingkan kepada suaminya. "Benar. Papa akan mengurus semuanya. Rumah itu akan jadi milikmu sekarang kamu tidak perlu memikirkan apapun fokus kuliah saja dan fokus bekerja. Jika kamu tidak suka bekerja di perusahaan itu maka kerjalah di perusahaan Papa, ya," jawab Tuan Tommy Wijaya yang dianggukan oleh Rossa. Rossa memeluk Nyonya Pingkan dan dia juga ikut menangis dalam pelukkan Nyonya Pingkan. Rossa tidak menyangka masih ada orang yang sayang dengannya dan peduli dengannya. "Sekarang kamu istirahat bukannya besok kamu harus bekerja benar 'kan?" tanya Nyonya Pingkan yang dianggukan oleh Rossa. Air mata Rossa dihapus dengan kedua tangan Nyonya Pingkan yang penuh kehangatan. Keduanya saling bertatapan dan senyum manis terukir jelas di sudut bibir Rossa mendapatkan perhatian lebih dari yang dia harapkan "Kalau begitu Rossa istirahat dulu, ya Ma, Pa. Kalian juga istirahat. Jangan lelah Rossa tidak ingin kalian berdua sakit," ucap Rossa yang dianggukan oleh Nyonya Pingkan dan Tuan Tommy. Ketiganya segera masuk ke dalam kamar masing-masing karena memang sudah larut malam. Rossa menempati kamar yang cukup besar dan sangat cantik dan juga anggun. Sejak tinggal di rumahnya Nyonya Pingkan sengaja merubah kamar tersebut tujuannya satu agar Rossa nyaman tinggal di kamar dan di rumahnya. Keesokan harinya, Rossa sudah siap dengan pakaian kerjanya yang memang sudah disiapkan oleh Nyonya Pingkan. Cukup banyak pakaian kerja yang diberikan oleh Nyonya Pingkan dan semuanya sangat modis juga mahal. Rossa diterima sebagai admin keuangan karena dia mengambil jurusan ekonomi manajemen keuangan jadi Rossa melamar bekerja di perusahaan tersebut sebagai admin keuangan. Walaupun belum lulus pihak perusahaan sangat kagum dengan kepintaran Rossa jadi dia diterima karena rekomendasi kampus. Rossa akan kuliah malam sedangkan paginya dia bekerja. "Rossa, ini bekal untuk kamu nanti kamu makan ya. Mama tidak ingin sampai kamu sakit dan kelaparan kamu akan di antar jemput oleh Pak Bedul. Dia akan mengantarmu ke kantor dan menjemputmu pulang. Kamu tidak boleh naik angkutan umum, ya. Mama tidak suka banyak pencopet kamu mengerti," ujar Nyonya Pingkan yang sangat protektif dengan Rossa. Padahal dulu juga Rossa suka naik angkutan umum tapi sekarang tidak lagi walaupun Rossa menolaknya tapi Nyonya Pingkan tetap bersikeras untuk meminta Rossa diantar jemput oleh supir pribadinya. "Iya, Ma. Rossa akan makan ini. Terima kasih banyak. Lalau begitu Rossa pergi dulu. Papa, Rossa pergi dulu, assalamualaikum," ucap Rossa yang segera menyalami satu persatu orang tua angkatnya lebih tepatnya mertuanya. Karena sekarang dia tidak seperti seorang istri jadi dia mengabaikan kata mertua. Rossa diantar oleh Pak Bedul yang biasanya mengantarnya ke kampus kali ini Rossa akan di antar ke kantor. Rossa beruntung di kampusnya ada jadwal kuliah malam walaupun harus bayar lebih dari biasa bagi Rossa tidak masalah asal dia kerja. Perjalanan menuju ke kantor barunya memakan waktu sekitar 30 menit dan saat sampai di kantor semua karyawan terlihat baru saja sampai di kantor dan mereka terlihat terburu-buru. Rossa pun ikut berlari takut terlambat masuk kantor. "Caca! Tunggu aku. Rossa Bayuni," teriak seorang wanita dari belakang memanggil namanya dan yang memanggilnya sahabat terbaik Rossa dia adalah Mimi. Mimi satu kampus dengan Rossa dan dia juga ikut melamar pekerjaan di perusahaan tersebut dan keterima. Rossa yang mendengar namanya dipanggil segera berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata, Mimi. Mimi segera melambaikan tangan ke Rossa. "Kamu baru sampai tumben terlambat mana motormu?" tanya Rossa yang menggandeng tangan sahabatnya itu. "Itulah masalahnya, motor kesayanganku tiba-tiba rusak dan dia sudah masuk ke dalam bengkel. Oh ya Tuhan. Aku tadi naik bus Trans dan kamu tahu aku harus berdesak-desakan dengan semua orang beruntung aku bisa dapat tempat duduk bayangkan kalau aku berdiri bisa-bisa kakiku patah eh lebih tepatnya kram," jawab Mimi yang tertawa menceritakan perjalanannya menggunakan bus Trans. "Ya sudah. Nikmati saja dan sebentar lagi kita akan mendapatkan gaji. Dan kamu bisa beli motor baru," ucap Rossa yang dianggukan oleh Mimi. "Benar itu. Sebentar lagi, aku akan beli Oto dan ngenggg ... otoku lewat minggir kasih jalan, hahaha," sahutnya Mimi sambil tertawa dan memperagakan dirinya membawa motor barunya. Rossa tertawa melihat kelakuan sahabatnya Mimi. Keduanya segera menghadap personalia untuk absensi dan yang lainnya. Setelah itu, keduanya masuk ke dalam ruangan dan duduk di kubikel yang sudah disediakan. Tidak lupa Rossa dan Mimi berkenalan dengan teman barunya yang ada di ruangan tersebut. Rossa bekerja di perusahaan besar bergerak di bidang mebel ekspor dan impor. Rossa melamar pekerjaan karena diberitahukan oleh salah satu dosen yang ada di kampusnya dan Dosen tersebut mengirimkan link untuk Rossa dan Mimi untuk melamar pekerjaan. Rezki tidak kemana Rossa dan Mimi diterima di perusahaan tersebut dengan gaji yang lumayan cukup besar. "Baiklah semuanya, mohon perhatian. Kita hentikan sejenak pekerjaan kita. Karena hari ini kita kedatangan CEO. Dan CEO perusahaan ini ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian. Sekarang kita berkumpul di aula. Ayo semuanya berkumpul di aula. Tinggalkan dulu pekerjaan kalian. Ayo cepat bergerak nanti kita akan di skorsing kalau terlambat. Ayo ... ayo." sang Manager meminta kepada seluruh admin keuangan untuk segera ikut ke aula karena saat ini CEO perusahaan mereka ingin menyampaikan sesuatu kepada seluruh karyawan di perusahaan tersebut. Rossa dan Mimi segera ikut dengan teman-teman yang lain ke aula. Saat sampai di aula seluruh karyawan sudah berkumpul. Rossa melihat ke kiri ke kanan semuanya terlihat sangat berwibawa. "Ocha, coba lihat seluruh karyawan di sini penampilannya luar biasa ya. Aku tidak menyangka perusahaan ini benar-benar mensejahterakan karyawannya," bisik Mimi dengan cukup pelan. Mimi takut terdengar oleh karyawan yang lain jika dia bergosip. "iya, mereka memang sudah sejahtera tinggal giliran kita saja nih. Semoga kerja sambil kuliah tidak mengganggu kuliah kita, ya," ucap Rossa yang dianggukkan oleh Mimi. Saat tiba di aula mereka masih menunggu pembawa acara mulai pembukaan acara. Dan acara dimulai dengan ucapan salam dan sebagainya. Barulah setelah itu pembawa acara memperkenalkan CEO perusahaan tersebut. Tepukan gemuruh terdengar di seluruh ruangan. Rossa dan Mimi ikut bertepuk tangan namun senyum di bibir Rossa hilang saat melihat pria yang ada di depannya. "Tidak mungkin. Bagaimana bisa dia ada di sini bukankah dia dosen dan bukankah dia tidak ada di sini maksudku di indonesia?" tanya Rossa dalam hati. Rossa mendapatkan kabar dari teman-temannya yang mengatakan kalau Darren, dosen di kampusnya sekaligus suaminya sudah tidak mengajar lagi di kampus mereka dan sejak saat itulah dia tidak mendapatkan kabar sama sekali kemana Darren. Mulai dia masuk rumah sakit dan keluar dari rumah sakit dan sampai saat ini pun dia tidak ada kabar. Bahkan kedua orang tua dari Darren juga tidak ada sepatah kata pun menyebutkan keberadaan dari Darren di rumah dan baru kali ini dia melihat keberadaan dari Darren yang semakin hari semakin berubah. "Caca, kamu lihat dia ? Dia suamimu, kenapa dia di sini, ya?" tanya Mimi dengan berbisik pelam memandang ke arah Rossa yang matanya sudah berkaca-kaca. Mimi tahu kalau sahabatnya ini sudah menikah dengan dosennya dan sekarang suami dari sahabatnya ini ada di depan mata. Suami yang tidak pernah terlihat kini terlihat di depan mereka berdua dan yang membuat mereka terkejut sang dosen bersama dengan seorang wanita dan terlihat sangat mesra. Mimi semakin kesal dan dia benci pria pengkhianat. "Dasar laki-laki tidak tahu diri, lelaki tidak diuntung bisa-bisanya di saat istrinya sakit dan keluar dari rumah sakit sampai detik ini tidak ada sedikitpun dia memperlihatkan batang hidungnya. Tapi, sekarang dia malah bermesraan dengan siluman itu. Aku benar-benar membencinya, kamu tidak tahu siapa dia, Ca?" tanya Mimi. "Dia calon istrinya," jawab salah satu karyawan membuat Rossa dan Mimi langsung memandang ke arah karyawan tersebut yang tersenyum ke arah keduanya. ''Ca-calon istri?" tanya Mimi yang syok mendengarnya. "Benar, calon istri. Kalian tidak tahu?" tanya karyawan pria tersebut ke Mimi dan Rossa. Dan dijawab keduanya dengan menggelengkan kepala.Monica menggelengkan kepalanya dia takut dengan Darren benar-benar takut dan entah kenapa dirinya merasa kalau Darren sangat berbeda dengan Darren yang dia kenal. "Ak--aku tidak melakukan itu. Sumpah, dia berbohong padaku. Aku jujur padamu kalau aku tidak melakukan itu. Jangan percaya dia, aku tidak seperti yang dia katakan," jawab Monica ke Darren. Darren menatap Monica dia semakin kesal dengan Monica bagaimana bisa Monica berkata seperti ini. Sedangkan saksi sudah jelas mengatakan kalau dia pelakunya dan dia yang sudah membuat istrinya meninggal tapi kenapa Monica masih berkata seperti ini. Apa salah istrinya dan anaknya. "Aku katakan padamu Monica kamu terus berbohong maka kamu akan dapat hukuman yang berat. Kamu tahu dia kebahagiaan aku. Dia segalanya untukku. Kenapa kamu lakukan itu. Kenapa? Apa yang kamu lakukan padaku itu kejam Monica. Kalau kamu tidak suka pada dia lampiaskan padaku. Istriku tidak bersalah, dia permata cinta aku setelah kamu tinggalkan aku menerimanya, tapi
"Kamu tidak percaya denganku, Darren? Aku tidak pernah melakukan apapun. Kenapa kalian kaitkan aku dengan Rassi. Bukannya dia sudah meninggal dan dia meninggal juga karena pendarahan pasca lahiran bukan? Tapi, kenapa kalian kalian malah memintaku untuk mengaku. Memangnya, apa salahku kepada Rassi. Kalian pikir aku yang membunuhnya ?" tanya Monica yang ngotot kalau dia tidak ada kaitannya dengan kematian Rassi. Darren yang geram langsung memukul Monica dengan cukup kencang. Dia melampiaskan kepada Monica karena apa yang sudah Monica lakukan kepada istrinya dan juga anaknya sangat keterlaluan. Monica yang dipukul oleh Darren menjerit histeris dia berusaha untuk melepaskan dirinya dari Darren. Namun, tidak bisa Darren terus memukul Monica. "Tutup matanya dan mulutnya." Darren memerintahkan anak buahnya menutup mata dan mulut Airin. Anak buah Darren melakukan apa yang Darren perintahkan. Perjalanan menuju ketempat yang mereka tuju memakan waktu lumayan lama. Dan mereka akhirnya sampai
Monica tidak bisa berbuat apa-apa sekarang dirinya harus menyediakan uang yang diminta. Dan itu jumlahnya tidak sedikit. 5 miliar dan itu harus cash dia ambil. "Aku harus ke bank karena jika terlambat sedikit suster sialan itu akan membongkar semuanya. Aku akan habisi dia," ucap Monica yang keluar dari toko menuju bank. Terlebih dahulu dia menghubungi pihak bank dengan menanyakan apakah ada. Walaupun sedikit berdebat tapi Monica akhirnya bisa dan pihak bank menyiapkan uang. Alasan Monica untuk gaji karyawan dan sebagainya. "Darren, dia licik juga ya. Bisa-bisanya dia ingin menghabisi suster itu. Apa dia tidak takut kalau ketahuan?" tanya Chiko geleng kepala dengan tingkah Monica. "Kalau dia takut mana mungkin dia bunuh istriku. Dan juga anakku yang tidak bersalah dan bodohnya aku mengiyakan saja. Tanpa selidiki dulu," jawab Darren yang merasa bersalah karena dia tidak selidik kematian istrinya. Chiko menepuk pundak Darren dengan pelan dia tahu sahabatnya ini pasti sedih memikirka
Sejak kejadian tersebut Cici mulai terlihat menjauh dari Chiko begitu juga dengan Rossa dan Darren dia tidak pernah terlihat sama sekali di depan mereka dan itu membuat Rossa khawatir dengan sepupunya biasanya Cici selalu ada di sekitarnya tapi kini tidak ada. "Sayang, kamu kenapa? Apa yang kamu cari?" tanya Darren kepada Rossa yang melihat Rossa kepalanya ke kiri dan ke kanan. "Aku mencari sepupu Cici. Tapi, sejak masuk kerja dia tidak terlihat sama sekali. Aku tidak tahu kenapa dia tidak ada apakah dia berhenti bekerja. Padahal waktu itu dia datang ke rumah dan dia ingin menginap di rumah tapi aku melarangnya," jawab Rossa yang masih celingak celinguk mencari keberadaan Cici. "Kenapa kamu melarangnya bukankah menginap satu atau dua hari tidak masalah. Kamu ada teman dan kalian para wanita bisa pergi bersama atau apa gitu," ucap Darren yang merasa aneh dengan Rossa kenapa tidak izinkan Cici menginap di rumahnya.Rossa tidak menjawab apa yang dikatakan oleh Darren dia memilih diam.
Mobil Chiko sampai di kos kosan Cici. Tidak ada yang bicara keduanya sepanjang jalan hanya diam. Cici membuka sabuk pengaman dan menoleh ke arah Chiko yang juga memandang dirinya. "Ci, bisa nanti malam aku datang ke sini? Aku mau ajak kamu pergi. Itupun kalau tidak keberatan," ungkap Chiko memberanikan diri untuk mengajak Cici. Terlepas Cici mau atau tidak itu urusan nanti. Yang penting ajak saja dulu. Sisanya belakangan pikir Chiko. "Mau kemana?" tanya Cici dengan sedikit malu-malu. "Kemana saja. Kalau bisa ke KUA juga boleh," sahut Chiko yang diakhir kata sedikit pelan hingga Cici melotot. Dia samar-samar mendengar kata KUA. "Anda katakan apa? KUA?" tanya Cici ingin memastikan apakah yang dia dengar itu benar atau tidak. "Ah, kamu salah dengar itu. Mana ada aku katakan itu. Mau atau tidak?" tanya Chiko lagi yang memaksa Cici untuk ikut dengan dirinya. Mendengar kata aku Cici makin merasa ada yang aneh dengan bosnya ini. Cici menggelengkan kepala dia tidak boleh tergoda. Dia h
"Iya, aku tahu agama tidak mungkin mengambil suami orang. Aku sangat bersyukur Caca mau menerima aku dan mau mencarikan aku pekerjaan jadi sudah sepantasnya aku tidak menusuknya dari belakang," ungkap Cici mengatakan kalau dia tidak seperti kacang lupa kulitnya yang menusuk orang yang sudah berbuat baik padanya. Mimi tersenyum mengejek ke arah Cici. Dia tahu betul kalau Cici itu berbohong dan dia tidak mungkin melakukan itu dan dia juga yakin kalau Cici pasti hanya asal bicara. Seperti pepatah, lain dimulut lain dihati. Itulah, Cici saat ini. "Mimi, sudah jangan ribut. Diamlah," pinta Rossa ke Mimi untuk tidak ribut karena dia tidak mau Cici makin membencinya dan dia yakin Cici pasti menuduhnya kalau dia lah yang salah. "Ca, kamu keberatan kalau aku tinggal di sini. Nanti kalau sudah kembali bekerja aku akan ke kos lagi. Di kosan aku kesepian. Tidak ada teman bercerita, bisa tidak?" tanya Cici ke Rossa. "Tidak. Kamu tidak boleh di sini. Aku saja tidak tinggal di sini. Kamu tidak t







