Share

Rahasia Kita

Author: Nona Lee
last update Last Updated: 2023-07-02 23:02:57

"Kau sudah bangun?"

David menatap wanita yang tengah duduk di depan cermin besar itu, menyisir rambutnya yang basah setelah keramas. Tubuh montoknya hanya dibungkus handuk pendek berwarna putih, membuat lelaki itu menelan ludahnya kasar. Mirae benar-benar sangat cantik, walaupun wajahnya polos tanpa make-up.

"Kau cantik sekali tanpa make-up seperti ini Mirae."

Lelaki itu berjalan menghampiri Mirae disana, dengan tubuh yang masih tanpa pakaian. Bibirnya mencium lembut pipi mulus itu, dengan lengan yang memeluk tubuhnya dari belakang. Mirae hanya diam, tanpa membalas.  Waktu bekerjanya sudah selesai, dan kini sudah saatnya dia untuk pulang.

"Harusnya aku sudah pulang sejak semalam, tapi kau malah menahan ku."

Mirae berbalik menatap lelaki tampan itu, lalu memegang dadanya yang bidang dan kekar. Senyuman kecil nampak dari wajah cantiknya, membuat David ikut tersenyum juga. Dia masih tidak menyangka, akan menghabiskan malam yang panjang dengan lelaki tampan ini. Orang yang dia hargai sebagai atasan dan juga teman suaminya.

"Jangan ceritakan apapun kepada Rey, kau sudah berjanji padaku."

David membalasnya dengan cubitan dipipi Mirae manja, membuat wanita itu menepisnya karena sakit.

"Ini akan menjadi rahasia kita sayang, asalkan kau akan terus menjadi wanita simpananku," ucap David dengan senyuman nakalnya.

"Ini hanya cinta satu malam, jangan pernah berharap akan terjadi lagi. Kau sudah memiliki istri David," jawab Mirae dengan suara yang lembut.

"Mm kau pun sudah memiliki suami Mirae, apa bedanya itu? Kau bisa mendapatkan uang lebih ketika bersamaku. Apa bedanya itu?" Tanya David kembali.

"Rey akan curiga, aku tidak bisa pergi setiap malam. Kau pun akan dapat masalah nantinya David," jawab Mirae.

"Tidak akan, karena kita akan bermain rapi.."

Lelaki itu menyudahi percakapan mereka, lalu memeluk wanita dihadapannya. David tidak ingin kehilangan Mirae, yang susah payah dia dapatkan. Wanita itu harus menjadi miliknya, tanpa bisa lepas begitu saja. David sedang memikirkan sebuah cara, agar Mirae tetap bersama dirinya setiap saat.

Wanita itu tidak terlalu menghiraukan apa yang dikatakan oleh atasannya, dia langsung bergegas untuk segera pulang ke rumah. Walaupun sang suami belum menelpon atau menanyakan kabar dirinya, dia berharap jika Rey akan menunggunya di rumah.

"Kau benar-benar ingin pulang sekarang?" Tanya David pada wanita itu.

"Iya aku harus cepat pulang," jawab Mirae.

"Jadi berapa yang harus aku bayar?" Tanya David kembali.

"Sesuai perjanjian kita," jawab wanita itu.

David mengambil dompetnya, kemudian memberikan wanita itu selembaran uang seratus ribu rupiah. Mungkin jumlahnya hampir dua juta rupiah, berbeda dengan perjanjian pertama mereka. David tahu jika Mirae tidak akan pernah menerima kartu debit yang dia berikan. Jadi lelaki itu memilih untuk memberikan uang secara bertahap, agar tetap bersamanya.

"Ini terlalu banyak, aku akan mengembalikannya."

Ketika Mirae hendak memberikan uang yang terlalu banyak itu, David malah merebut ponsel yang sedang dia pegang. Lelaki itu menghapus aplikasi open boking yang Mirae unduh, lalu memasukan nomor miliknya untuk disimpan. Dia tidak ingin wanita itu mencari lelaki lain untuk ditiduri, kecuali dirinya.

"Apa yang kau lakukan?!" Tanya Mirae yang langsung merebut kembali ponsel miliknya.

"Aku tidak ingin kau menjual dirimu pada lelaki lain, jadi cukup denganku saja. Jika kau mau, jadi saja wanita simpananku. Berapa pun aku akan memberinya padamu," ucap lelaki itu dengan wajah seriusnya.

"Kau yakin? Tidak ingin mencari wanita lain?" Tanya Mirae dengan wajah seriusnya.

"Tentu saja, ini akan menjadi rahasia kita berdua. Percayalah, kau akan merasa lebih baik ketika bersamaku."

Kata-kata lelaki itu membuat Mirae terutama sejenak, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi dimasa depan. Apakah hubungan ini akan saling menguntungkan selamanya? Atau malah membawa malapetaka yang akan merusak rumah tangganya. Namun dibalik itu semua, Mirae merasa sangat bahagia bisa kembali merasakan gairah yang sempat hilang di dalam hidupnya. David adalah orang pertama yang membuat  wanita itu lupa akan masalahnya.

"Kau memang lelaki yang sangat baik, terima kasih telah menawarkan hal ini padaku."

Mirae mengusap wajah lelaki tampan itu mesra, kemudian mengecup bibirnya sekilas. David sampai diam terpaku, tanpa bisa berkata-kata lagi. Dia merasa sudah berhasil telah mendapatkan wanita yang di inginkannya.

"Jadi kau mau menerima tawaranku?" Tanya David dengan lengan yang menggenggam erat wanita itu.

Mirae mengangguk, "Hm, aku setuju. Asalkan kau bisa menjaga rahasia ini dengan rapi. Ingat! Jangan buat istrimu merasa curiga, kau harus tetap memberi dia perhatian seperti biasa."

"Iya aku tahu. Sekarang, aku akan sering bermain ke rumahmu sayang. Ah rasanya benar-benar seperti mimpi."

Kedua orang itu saling berpelukan, lalu kembali berciuman. Mirae memeluknya tanpa ragu, begitu pun David. Hubungan baru telah mereka buat sekarang, tinggal bagaimana keduanya menjalaninya dengan baik. Mirae cukup bahagia, karena bisa mendapatkan orang yang mampu menerima dia dengan baik. Disamping itu, David juga bisa membantu keuangannya yang sedang tidak baik-baik saja. Dia sangat bahagia, benar-benar bahagia.

"Sampai jumpa nanti, jangan lupa hubungi aku sayang."

"Hm."

David mengantar Mirae sampai dirumahnya, walaupun tidak langsung di depan. Mereka mencari tempat tersembunyi, agar orang-orang yang kenal dengan mereka, tidak melihatnya.

Mirae turun dari mobil, lalu berjalan meninggalkan David disana. Wajahnya terlihat penuh dengan kebahagiaan, seolah baru saja mendapatkan keberuntungan. Dia sampai lupa, masalah yang baru saja di alaminya beberapa hari ini, bersama sang suami.

"David.. tidak ada salahnya aku menjalin hubungan seperti ini bukan? Lagi pula siapa yang memulai mengkhianati cinta yang aku berikan pada lelaki sialan itu? Tentu saja kau Rey!"

Sifat lembut Mirae kini berubah, karena rasa sakit di dalam hatinya. Dia merasa bodoh karena terus saja mengalah pada orang yang selalu menindas nya. Padahal selama ini, Mirae sudah sangat sabar dan memberikan segalanya pada lelaki itu. Namun apa yang Rey berikan padanya? Hanya rasa sakit.

"Maafkan aku Rey, tapi lebih baik aku bersama David dari pada bersamamu..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Iwan aliando
part dua dong
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gairah Teman Suamiku   Jangan Macam-Macam Denganku

    Malam itu begitu sunyi. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar samar dari ruang tamu, berpadu dengan desau angin yang sesekali menyelinap lewat celah jendela. Rey sudah terlelap di kamar, napasnya berat dan teratur. Aroma alkohol masih samar tercium dari tubuhnya, membuat Mirae meringis pelan setiap kali angin malam membawa bau itu ke hidungnya. Dia menatap wajah suaminya lama dari tepi ranjang, wajah yang dulu membuatnya jatuh cinta, kini justru membuat dadanya sesak oleh rasa takut. Sudah cukup, batinnya berbisik. Malam ini semuanya harus berakhir. Pelan, Mirae turun dari ranjang. Langkahnya ringan, seolah takut udara pun mendengar. Dia sudah menyiapkan koper kecil sejak sore tadi, berisi beberapa pakaian, dokumen penting, dan sedikit uang yang dia simpan diam-diam. Dia mengenakan jaket tipis, mengambil ponsel, lalu menatap sekali lagi wajah suaminya yang tertidur pulas di bawah cahaya temaram lampu kamar. Ada sedikit rasa takut, tapi juga tekad yang tak bisa lagi ditahan

  • Gairah Teman Suamiku   Hati Yang Telah Mati

    Sore itu langit tampak sendu. Awan menggantung berat di atas perumahan kecil tempat Mirae tinggal, seolah ikut menanggung beban yang terasa di dadanya. Suara televisi di ruang tamu menyala pelan, tapi hanya jadi latar kosong di antara kesunyian rumah itu. Rey belum pulang, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir setelah pertengkaran mereka, dia sedikit terbiasa. Dia duduk di lantai kamar, memeluk lutut, menatap koper besar di bawah ranjang. Koper itu sudah lama tak dia sentuh, tapi entah kenapa sore ini tangannya gatal untuk menariknya keluar. Tangannya gemetar saat membuka resletingnya, mencium bau kain yang lama tersimpan."Sudah cukup aku bersabar," bisiknya lirih pada diri sendiri. "Aku tidak mau hidup seperti ini lagi." Dia mulai melipat beberapa pakaian. Satu per satu, tanpa rencana yang jelas. Tapi hatinya tahu, ini langkah pertama menuju kebebasan. Setiap lipatan kain seperti mewakili kenangan pahit yang ingin Mirae tinggalkan. Malam-malam penuh tangis, s

  • Gairah Teman Suamiku   Bawa Aku Pergi

    Pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Sinar matahari menembus tirai kamar, tapi bukannya memberi hangat, malah membuat dada Mirae terasa sesak. Dia duduk di tepi ranjang dengan mata sembab, masih mengenakan pakaian tidur yang kusut sejak semalam.Langkah kaki Rey terdengar dari arah dapur, berat dan tegas seperti dentuman yang memantul di dada. Lelaki itu muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja kerja rapi, kontras dengan wajahnya yang masih menyimpan sisa amarah malam tadi."Kau tidak perlu pergi bekerja hari ini," katanya datar.Mirae mengangkat kepalanya perlahan. "Tapi Rey, aku-""Aku bilang, kau tidak perlu pergi."Nada suaranya tidak tinggi, tapi tajam. Seperti belati yang mengiris tenang tanpa suara.Mirae menelan ludahnya. "Aku harus bekerja, mereka butuh aku di sana."Rey mendekat. "Tidak ada yang butuh kau di luar sana. Kau akan tetap di rumah, paham?"Dia berhenti tepat di depan Mirae, menunduk sedikit hingga wajah mereka hanya berjarak sejengkal."Dan jangan coba-co

  • Gairah Teman Suamiku   Aku Ingin Bercerai

    Hening menggantung setelah pertengkaran panjang itu. Bau alkohol dan serpihan kaca masih memenuhi ruang tamu. Mirae berdiri di antara kekacauan, sementara Rey menatapnya dari seberang ruangan dengan napas terengah. Wajah keduanya tampak lelah, tapi api di mata mereka belum padam. "Aku sudah cukup, Rey," suara Mirae akhirnya pecah, pelan tapi pasti. Rey menatapnya tajam. "Apa maksudmu?" Mirae mengangkat dagunya, menatap langsung ke arah suaminya. "Aku ingin bercerai." Kata itu jatuh seperti bom di udara. Hening. Rey hanya mematung selama beberapa detik sebelum tawa kecil keluar dari bibirnya, tawa yang tidak lucu sama sekali. "Kau bilang apa barusan?" "Aku ingin bercerai," ulang Mirae tegas, meskipun suaranya bergetar. "Aku tidak sanggup lagi hidup begini. Aku ingin berhenti jadi istrimu, Rey." Wajah Rey berubah. Tawa yang tadi terdengar perlahan lenyap, berganti dingin. "Jadi kau pikir kau bisa pergi begitu saja? Setelah semua ini?" Mirae mengangguk pelan. "Aku sudah be

  • Gairah Teman Suamiku   Bara Yang Tak Padam

    Langkah Mirae cepat, hampir tergesa. Tumit sepatunya menghentak trotoar yang mulai dingin, sementara angin malam meniup rambutnya ke wajah. Nafasnya terengah, bukan karena lelah, melainkan karena amarah yang terus membara di dada. Dia tak peduli arah tujuannya. Yang penting jauh dari Rey. Namun suara langkah kaki di belakangnya terdengar semakin dekat, berat, dan tergesa."Mirae!" teriak Rey keras, suaranya menggema di sepanjang jalan. Wanita itu pura-pura tidak mendengar. Tapi tak sampai tiga detik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengannya kuat. Tubuh Mirae tertarik ke belakang dengan kasar hingga hampir kehilangan keseimbangan."Lepaskan, Rey!" Mirae menepis, tapi genggaman itu tak bergeming."Aku bilang ikut aku!" suaranya rendah, serak, namun penuh tekanan."Aku tidak mau!" balas Mirae keras, menatap tajam suaminya. "Aku muak bicara denganmu di rumah. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan!" Namun Rey menariknya lebih dekat, begitu dekat hingga Mirae bisa mencium b

  • Gairah Teman Suamiku   Tuduhan Tak Terbukti

    Matahari sore sudah condong ke barat ketika sebuah mobil silver akhirnya berhenti di depan rumah mewah keluarga David. Pagar otomatis terbuka perlahan, dan mesin mobil itu meraung pelan sebelum mati.David turun dengan langkah santai, meski wajahnya sedikit letih. Namun di balik keletihan itu, ada sisa senyum yang sulit disembunyikan. Senyum yang masih terbawa dari hotel, dari tatapan Mirae, dari pagi penuh kenangan di pelukannya.Begitu dia membuka pintu rumah, suasana berbeda langsung menyambutnya. Ruangan itu sunyi, tapi hawa panas menekan. Mina sudah berdiri di ruang tamu, kedua tangannya bersedekap di dada, wajahnya memerah menahan emosi.Begitu tatapan mereka bertemu, Mina langsung meledak."Kau baru pulang sekarang? Sudah jam berapa ini, hah?!" suaranya lantang, penuh amarah yang ditahan sejak semalam.David menutup pintu perlahan, tidak terkejut sama sekali. Dia sudah menduga ledakan ini akan datang. "Aku sibuk," jawabnya singkat, meletakkan kunci mobil di meja."Sibuk?!" Mina

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status