21+ Mirae tidak pernah menyangka, akan terjebak dalam permainannya sendiri. Ketika seorang lelaki tampan memberinya begitu banyak cinta dan uang, namun dengan imbalan yang setimpal. Hubungan terlarang mereka jalani, sampai sebuah kenyataan pahit harus keduanya terima dengan lapang dada, jika David adalah teman suaminya. Bisakah Mirae mengakhiri hubungan terlarang itu? Bagiamana jika sampai Rey tahu, jika wanita yang dia cintai mengkhianatinya.
View More"Sepuluh juta? Uang untuk apa itu Mirae?"
Seorang lelaki berkaos hitam itu cukup terkejut, mendengar ungkapan dari salah seorang pegawainya. Apalagi ketika dia tahu, jika wanita itu memiliki seorang suami yang berhubungan akrab dengannya. Untuk apa dia meminjam uang sebanyak itu?"Mirae, apa suamimu tahu kau akan meminjam uang?"Lelaki tampan itu kembali bertanya, seolah tidak percaya jika dia akan meminjam uang sebanyak itu. Dia bukan seorang bos yang memiliki banyak uang, karena usaha yang dia jalankan hanya bisnis kecil-kecilan. Dia hanya memiliki belasan pegawai, yang bekerja langsung dibawah tanggung jawabnya."Mm, sebenarnya ini keperluan pribadi Bos. Jadi aku harap Bos tidak mengatakan apapun pada suamiku nantinya."Wanita bernama Mirae itu menundukkan kepalanya, berharap jika lelaki yang baru sebulan menjadi atasannya itu, akan meminjamkan uang. Dia sangat butuh untuk melunasi hutang yang menumpuk beberapa bulan terakhir ini, tanpa suaminya tahu. Mirae harus mencari uang pinjaman lain, untuk menutupi semuanya.David, nama lelaki yang kini berhadapan langsung dengan wanita cantik itu. Dia cukup terkejut, karena Mirae tidak menginginkan pembicaraan mereka ini sampai pada sang suami. Lelaki yang cukup akrab bahkan seorang berbincang hangat dengannya. David hanya khawatir, jika sampai Rey berpikiran buruk terhadap mereka."Aku bukannya tidak bisa memberimu pinjaman, tapi jika sampai Rey tahu, ini akan jadi masalah Mirae. Apalagi uang yang kau pinjam cukup banyak," ucap lelaki bernama David itu.Mirae memegang lengan atasannya tanpa sadar, dia bahkan memohon dengan tatapan melas. Berharap jika David akan memberikan jawaban yang berbeda dari sebelumnya."Bos tolong, bantu aku sekali ini saja. Sebagai gantinya kau akan menuruti apa yang kau perintahkan!" Ucap Mirae penuh semangat.Seketika tatapan David berubah, mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu. Sebegitu antusiasnya Mirae, demi mendapatkan pinjaman yang sangat dia inginkan itu. Hingga rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh atasannya.David berpikir sejenak, sebuah hal kotor yang selalu melintas di dalam otak lelaki dewasa. Sebuah malam indah, dengan wanita cantik bertubuh seksi yang ada dihadapannya itu. Tapi sebisa mungkin David menghilangkan pikrian buruk itu, karena Mirae adalah istri temannya."Semuanya? Kau yakin akan menuruti apa yang aku perintahkan padamu?" Tanya lelaki itu dengan senyuman kecil diwajahnya.Entah mengapa Mirae merasa tidak enak, apa dia sudah salah bicara?Wanita itu membalikan badannya, berusaha untuk tidak berpikiran buruk pada atasannya yang super baik itu. David adalah seorang kepala rumah tangga, yang memiliki istri yang sangat cantik. Dia tidak mungkin memanfaatkan kemalangan orang lain, untuk kepentingannya semata.Namun sebuah pelukan dari belakang, membuat tubuh wanita itu mendadak lemas. Jantungnya berdetak begitu kencang, bahkan wajahnya pun ikut mendadak pucat. Dia berusaha keras melepaskan pelukan yang mendekapnya begitu erat, lalu memberi batasan pada bos tampannya itu."Bos jangan seperti ini, nanti ada yang lihat bagaimana?!"Mirae merasa sangat risih dengan sikap atasannya itu, namun di sana tidak akan ada orang yang bisa melihat mereka. Ruangan itu sangat tertutup, dan para pegawai lain sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.David mengambil dompet yang ada di dalam saku celananya, kemudian memperlihatkan kartu debit miliknya pada wanita itu. Dia memamerkan dengan sombongnya, seolah bisa membeli apapun dengan jumlah uang yang ada di dalamnya.Kekayaan yang ada di dalam hidupnya, memang tidak murni semua adalah miliknya. Namun dia adalah kepala keluarga, yang sudah bersusah payah menjalankan bisnis kecil-kecilan itu. David bisa menyenangkan istrinya, kemudian menabung untuk beberapa keperluan pribadi. Tidak ada salahnya, jika dia berusaha pamer di depan wanita miskin ini bukan?"Hanya sepuluh juta? Bagaimana cara kau membayarnya nanti?" Tanya David pada wanita itu.Mirae menatap serius, "Aku bisa mencicilnya setiap bulan.""Aku tidak butuh cicilan, bagaimana jika kau membayarnya dengan cara lain?" Tanya lelaki itu kembali."Cara lain? Apa yang kau maksudkan itu Bos?" Tanya Mirae dengan wajah penuh curiga.Dimas mendekatkan wajahnya pada wanita dihadapannya, lalu tersenyum bagaikan iblis. Tidak ada maksud sedikitpun untuk memanfaatkan Mirae, namun dia juga butuh timbal balik untuk semua kebaikannya selama ini. Hubungan David dengan sang istri sedang tidak baik sekarang ini, dan dia butuh seseorang yang mampu mengerti dirinya. Mirae adalah sosok hangat, yang selama ini dia pandang dengan penuh obsesi. Seorang istri dari teman sepermainannya, yang cukup membuat lelaki tampan ini tertarik."Aku ingin kau menemaniku makan malam ini, itu saja."Lelaki itu berbisik dengan suara pelannya, membuat bulu kuduk Mirae merinding setengah mati. Apakah ajakan itu benar adanya? Hanya sebuah cara makan tanpa permintaan yang lebih dari itu. Jujur dia sangat takut, jika sampai hal ini terdengar oleh suaminya. Apa yang akan dikatakan Rey nanti? Jika Mirae pergi dengan temannya sendiri."Bos, tidak bisakah kau meminta hal lain?" Tanya Mirae pada lelaki itu.David memutar bola matanya, "Tidak ada. Lagi pula apa salahnya kita pergi keluar? Hanya acara makan saja. Jangan bilang kau takut denganku, hm?""Aku hanya sedang memikirkan perasaan suamiku Bos. Dia pasti akan sangat marah," jawab Mirae."Aku tahu dia pernah selingkuh dibelakang mu, dan aku juga tahu jika hal itu terulang kembali hingga ketiga kalinya. Mirae jangan menjadi wanita yang bodoh, dia pantas merasakan hal yang sama denganmu di masa lalu. Rey itu lelaki idiot yang tidak bisa melihat wanita dengan baik. Bagaimana mungkin meninggalkan wanita secantik dirimu untuk seorang janda busuk? Aku tahu wanita itu Mirae, bahkan cerita keduanya."Perasaan Mirae terasa sangat gelisah sekarang ini, mendengar ungkapan menyakitkan yang dikatakan atasannya itu. Sekilas dia kembali mengingat perselingkuhan yang dilakukan suaminya beberapa waktu yang lalu, ketika dia baru saja kehilangan anak yang dia kandung selama sembilan bulan lamanya. Sebuah peristiwa yang akan selalu Mirae ingat seumur hidupnya, tanpa bisa dia lupakan.Pintu maaf memang sudah dia buka lebar untuk sang suami, namun entah mengapa rasa sakit itu tidak pernah hilang. Mirae hanya bisa pasrah dengan kejadian itu, dan menyadari semua kekurangannya. Namun David tidak berpikir demikian, dia merasa kesal karena temannya itu bersikap sok tampan dengan wajah pas-pasan nya. Dia paham bagaimana wanita ini menahan sakit, bahkan sekarang? Dia menyelesaikan masalah keuangannya sendiri, tanpa bantuan sang suami.Seorang wanita tangguh, kenapa harus di sia-siakan seperti itu?"Tolong jangan bahas itu lagi Bos. Jika kau tidak ingin meminjamkan uang, aku bisa mencarinya ke tempat lain."Mendengar ucapan itu dari bawahnya, David buru-buru memberikan kartu debit miliknya pada Mirae."180465, ambil saja sesuka hatimu. Jika sudah selesai, kau bisa kembalikan padaku."Wanita itu terdiam kaku, sembari menatap kartu debit yang ada ditangannya. Apa David benar-benar serius dengan keputusannya? Dia bahkan memberitahu password dari rekening yang tak seharusnya di ketahui orang lain."Bos, apa maksudnya ini?" Tanya Mirae dengan wajah bingungnya."Lupakan semua perkataan ku tadi, kau bisa meminjam tanpa syarat Mirae. Jika urusanmu sudah selesai, kau bisa kembalikan itu padaku besok. Pergilah.."Sore itu langit tampak sendu. Awan menggantung berat di atas perumahan kecil tempat Mirae tinggal, seolah ikut menanggung beban yang terasa di dadanya. Suara televisi di ruang tamu menyala pelan, tapi hanya jadi latar kosong di antara kesunyian rumah itu. Rey belum pulang, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir setelah pertengkaran mereka, dia sedikit terbiasa. Dia duduk di lantai kamar, memeluk lutut, menatap koper besar di bawah ranjang. Koper itu sudah lama tak dia sentuh, tapi entah kenapa sore ini tangannya gatal untuk menariknya keluar. Tangannya gemetar saat membuka resletingnya, mencium bau kain yang lama tersimpan."Sudah cukup aku bersabar," bisiknya lirih pada diri sendiri. "Aku tidak mau hidup seperti ini lagi." Dia mulai melipat beberapa pakaian. Satu per satu, tanpa rencana yang jelas. Tapi hatinya tahu, ini langkah pertama menuju kebebasan. Setiap lipatan kain seperti mewakili kenangan pahit yang ingin Mirae tinggalkan. Malam-malam penuh tangis, s
Pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Sinar matahari menembus tirai kamar, tapi bukannya memberi hangat, malah membuat dada Mirae terasa sesak. Dia duduk di tepi ranjang dengan mata sembab, masih mengenakan pakaian tidur yang kusut sejak semalam.Langkah kaki Rey terdengar dari arah dapur, berat dan tegas seperti dentuman yang memantul di dada. Lelaki itu muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja kerja rapi, kontras dengan wajahnya yang masih menyimpan sisa amarah malam tadi."Kau tidak perlu pergi bekerja hari ini," katanya datar.Mirae mengangkat kepalanya perlahan. "Tapi Rey, aku-""Aku bilang, kau tidak perlu pergi."Nada suaranya tidak tinggi, tapi tajam. Seperti belati yang mengiris tenang tanpa suara.Mirae menelan ludahnya. "Aku harus bekerja, mereka butuh aku di sana."Rey mendekat. "Tidak ada yang butuh kau di luar sana. Kau akan tetap di rumah, paham?"Dia berhenti tepat di depan Mirae, menunduk sedikit hingga wajah mereka hanya berjarak sejengkal."Dan jangan coba-co
Hening menggantung setelah pertengkaran panjang itu. Bau alkohol dan serpihan kaca masih memenuhi ruang tamu. Mirae berdiri di antara kekacauan, sementara Rey menatapnya dari seberang ruangan dengan napas terengah. Wajah keduanya tampak lelah, tapi api di mata mereka belum padam. "Aku sudah cukup, Rey," suara Mirae akhirnya pecah, pelan tapi pasti. Rey menatapnya tajam. "Apa maksudmu?" Mirae mengangkat dagunya, menatap langsung ke arah suaminya. "Aku ingin bercerai." Kata itu jatuh seperti bom di udara. Hening. Rey hanya mematung selama beberapa detik sebelum tawa kecil keluar dari bibirnya, tawa yang tidak lucu sama sekali. "Kau bilang apa barusan?" "Aku ingin bercerai," ulang Mirae tegas, meskipun suaranya bergetar. "Aku tidak sanggup lagi hidup begini. Aku ingin berhenti jadi istrimu, Rey." Wajah Rey berubah. Tawa yang tadi terdengar perlahan lenyap, berganti dingin. "Jadi kau pikir kau bisa pergi begitu saja? Setelah semua ini?" Mirae mengangguk pelan. "Aku sudah be
Langkah Mirae cepat, hampir tergesa. Tumit sepatunya menghentak trotoar yang mulai dingin, sementara angin malam meniup rambutnya ke wajah. Nafasnya terengah, bukan karena lelah, melainkan karena amarah yang terus membara di dada. Dia tak peduli arah tujuannya. Yang penting jauh dari Rey. Namun suara langkah kaki di belakangnya terdengar semakin dekat, berat, dan tergesa."Mirae!" teriak Rey keras, suaranya menggema di sepanjang jalan. Wanita itu pura-pura tidak mendengar. Tapi tak sampai tiga detik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengannya kuat. Tubuh Mirae tertarik ke belakang dengan kasar hingga hampir kehilangan keseimbangan."Lepaskan, Rey!" Mirae menepis, tapi genggaman itu tak bergeming."Aku bilang ikut aku!" suaranya rendah, serak, namun penuh tekanan."Aku tidak mau!" balas Mirae keras, menatap tajam suaminya. "Aku muak bicara denganmu di rumah. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan!" Namun Rey menariknya lebih dekat, begitu dekat hingga Mirae bisa mencium b
Matahari sore sudah condong ke barat ketika sebuah mobil silver akhirnya berhenti di depan rumah mewah keluarga David. Pagar otomatis terbuka perlahan, dan mesin mobil itu meraung pelan sebelum mati.David turun dengan langkah santai, meski wajahnya sedikit letih. Namun di balik keletihan itu, ada sisa senyum yang sulit disembunyikan. Senyum yang masih terbawa dari hotel, dari tatapan Mirae, dari pagi penuh kenangan di pelukannya.Begitu dia membuka pintu rumah, suasana berbeda langsung menyambutnya. Ruangan itu sunyi, tapi hawa panas menekan. Mina sudah berdiri di ruang tamu, kedua tangannya bersedekap di dada, wajahnya memerah menahan emosi.Begitu tatapan mereka bertemu, Mina langsung meledak."Kau baru pulang sekarang? Sudah jam berapa ini, hah?!" suaranya lantang, penuh amarah yang ditahan sejak semalam.David menutup pintu perlahan, tidak terkejut sama sekali. Dia sudah menduga ledakan ini akan datang. "Aku sibuk," jawabnya singkat, meletakkan kunci mobil di meja."Sibuk?!" Mina
"Mirae... kau dengar aku?"Ada senyum lembut di sudut bibir David ketika dia menunduk sedikit, mengecup kening Mirae. Satu ciuman, dua kali, hingga dia tergoda menempelkan bibirnya di pipi wanita itu. Mirae menggeliat pelan, kelopak matanya bergerak, sebelum akhirnya terbuka. Wanita itu menatap David dengan mata masih setengah terpejam. "Kau bangunkan aku dengan cara seperti itu?" suaranya serak, lirih, tapi senyum tipisnya membuat dada David hangat."Lebih baik daripada alarm kan?" David terkekeh kecil, lalu kembali mencium ujung hidung Mirae. Mirae tertawa pelan, menutup wajahnya dengan selimut sebelum akhirnya kembali bersembunyi di dada David. Momen kecil itu terasa ringan, manis, seolah mereka benar-benar pasangan yang bebas mencintai tanpa ada beban di luar sana. Namun kenyataan lain segera merusaknya.Brrr… brrr… brrr…Suara getar ponsel Mirae di meja samping membuat wanita itu menoleh sekilas. Alisnya berkerut, karena dia tahu persis siapa yang bisa menelponnya bertubi-t
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments